HAFALAN
BUYAR TANDA TAK PINTAR
[AL-HATSTSU
‘ALA HIFZH AL-‘IM WA DZIKR KIBAR AL-HUFFAZH]
IBNUL
JAUZI
Solo, Pustaka Arafah, 14o hlm:
20,5 cm
Bismillahirrahmanirrahim,
alhamdulillahwashshalatuwassalamu
‘ala Rasulillah, amma ba’du.
MENGAJARI
ANAK MENGHAFAL
.......Siapa
saja yang dikaruniai anak oleh Allah Swt, maka hendaklah dia bersungguh-sungguh
mengurusnya, karena taufik Allah Swt
tersembunyi di belakang hal itu. Sebaiknya orang tua membiasakan anak untuk
menjaga kebersihan dan kesucian dirinya, serta membekalinya dengan adab dan
etika. Ketika anak itu sudah berusia 5 tahun, hendaklah dia sudah dididik untuk
menghafalkan ilmu. Sesungguhnya menghafal di waktu kecil itu bagaikan mengukir
di atas batu. Ketika anak-anak sudah menginjak usia dewasa sedang dia belum
mempunyai dorongan yang kuat untuk mencari ilmu, maka tidak ada kejayaan
baginya.
MAKANAN
YANG DAPAT MEMBANTU MENGUATKAN HAFALAN
........Seorang
laki-laki mengadu kepada Ali ra bahwa dia sering lupa. Ali ra berkata, “Kamu
harus mengonsumsi tanaman Lubban (olibanum: dupa), karena dapat memelihara hati
dan menghilangkan lupa.”
Ibnu Abbas ra berkata, ‘Mencukur
rambut bagian belakang kepala itu menambah kuatnya hafalan.’ Beliau juga
berkata, “Ambillah beberapa takar kundur (adalah liban atau oliban atau
olibanum, tumbuhan sebangsa dupa yang mengeluarkan getah) dan gula secukupnya,
lantas tumbuklah keduanya sampai lembut, kemudian minumlah tumbukan itu, karena
seseungguhnya itu baik untuk menghilangkan lupa.”
Az-Zuhri berkata, “Anda harus
mengonsumsi madu, karena itu baik untuk membantu hafalan.” Beliau juga berkata,
“Siapa yang ingin menghafalkan hadits maka hendaklah dia mengonsumsi kismis.”
Al-Juba’i berkata, “Saya dulu adalah
orang yang tidak mampu menghafal. Kemudian dokter berkata kepada saya, ‘Konsumsilah
kue susu (al-khubz bil hilab artinya kue susu sapi atau susu kambing).’ Kemudian
saya mengonsumsinya selama 40 hari, setiap pagi dan sore tanpa makan makanan
lainnya. Lalu pikiran saya menjadi bersih, hingga saya menjadi seorang hafizh,
dan mampu menghafal 300 hadits setiap hari.”
Adapun beberapa resep yang
disarankan oleh para dokter yang dapat membantu hafalan adalah tanaman waj,
kayu gaharu, dan myrobalan (suatu jenis tumbuhan), masing-masing sebanyak 10
dirham (maksudnya satuan berat; 1 dirham = 2,949 gram). Campuran ini dikonsumsi
dalam keadaan dingin dan dicampur dengan 5 dirham jahe dan 5 dirham damar,
yaitu sepertiga dari damar tersebut ditumbuk dan diadon dengan 1 kati madu (1
kati = 1 rithl Irak = 407,5 gram).
Resep lainnya:
30 dirham kundur, 10 biji lada,
ditumbuk jadi satu, lalu dikonsumsi setiap hari selama 40 hari.
CARA
MENGUKUHKAN HAFALAN
Cara
mengukuhkan hafalan adalah dengan banyak mengulang. Manusia berbeda-beda
kemampuannya dalam hal ini. Di antara mereka ada yang hafalannya langsung masuk
memori otaknya walau hanya dengan sedikit pengulangan.
Di antara
mereka ada juga yang tidak bisa hafal kecuali dengan menghafalnya
berulang-ulang. Oleh karena itu, sebaiknya manusia selalu mengurangi materi
hafalannya sesudah dia hafal agar hafalannya itu tetap kokoh tersimpan pada
memori otaknya. Rasulullah Saw bersabda: “Jagalah Al-Qur’an karena dia lebih
cepat terlepasnya dari hari seseorang daripada lepasnya unta dari tali
kekangnya. (HR. Ahmad)”.
Abu Ishaq
Asy-Syirazi biasa mengulangi pelajaran yang didapatkan sebanyak 100 kali. Ilkiya
mengulanginya 70 kali. Al Hasan bin Abu Bakar An-Naisaburi Al-Faqih berkata. “Seseorang
tidak akan hafal sampai dia mengulanginya sebanyak 50 kali.” Al-Hasan
mengatakan kepada kami bahwa orang yang faqih seharusnya mengulangi pelajaran
berkali-kali di rumahnya. Ada seorang perempuan tua di rumahnya berkomentar, “Demi
Allah aku telah hafal.” Al-Hasan berkata, “Ulangilah!”, maka wanita tua itu mengulanginya.
Sesudah beberapa hari berlalu, Al-Hasan berkata, “Hai perempuan tua, ulangilah
pelajaran itu.” Perempuan itu menjawab, “Aku tidak hafal.” Al-Hasan berkata, “Sesungguhnya
aku mengulang-ulang pelajaran itu berkali-kali agar aku tidak tertimpa penyakit
lupa seperti yang menimpamu sekarang ini.”
WAKTU-WAKTU YANG
TEPAT UNTUK MENGULANG HAFALAN
Orang yang ingin
menghafalkan sesuatu sebaiknya berusaha keras pada waktu
kemauan dan potensi diri terkumpul. Manakala dia melihat hatinya sedang sibuk,
maka sebaiknya dia tidak menghafal terlebih dahulu. Hendaknya dia menjaga apa
yang telah dia hafal sebisa mungkin. Karena yang sedikit itu justru akan
menetap sedangkan yang banyak itu biasanya tidak didapatkan. Waktu menghafal
yang disarankan adalah pada waktu sahur, karena pada waktu itu
seluruh potensi terkumpul. Bisa juga pada waktu pagi atau pada tengah malam. Sebaiknya
tidak menghafalkan sesuatu di tepi sungai atau di depan panorama alam yang
hijau, agar hati tidak sibuk dengan hal itu. Dan tempat yang tinggi lebih baik
dari tempat yang rendah. Sebaiknya memberi kelonggaran kepada jiwa untuk
menghafal dalam 1 atau 2 hari, agar jiwa itu menjadi seperti bangunan yang
nyaman untuk bertempat tinggal.
Di bagian catatan
kaki disebutkan.....Ibnul Azraq menukil dari perkataan Ibnul Jauzi, “Hendaknya
seesorang mengistirahatkan jiwanya 1 atau 2 hari dalam seminggu dari
menghaaflkan hadits, untuk mengulangi pelajaran yang lalu, agar hafalan itu
tersimpan kuat. Seolah-olah jiwa meninggalkan hafalan itu, sehingga dirinya
menjadi tenang dan hafalan pun menjadi kokoh.”
[Ir. Abdud-daim
Al-Kahil dalam tulisannya menyebutkan waktu paling ideal untuk mengasah akal
batin ialah pada waktu malam hari atau sebelum tidur. Beliau merujuk kepada QS.
Al-Muzammil: 5-6, (silakan rekan rujuk ke mushaf, Allahummarhamnaa bil Qur’an, anassekuduk).
Sebuah penelitian menyatakan bahwa otak itu tetap bekerja aktif dan tidak
berhenti melaksanakan tugasnya walaupun manusia sedang tidur. Otak mampu
melekatkan hafalan dan merekam apa-apa yang dia dengar saat empunya tidur.]
MATERI YANG
SEBAIKNYA DIDAHULUKAN UNTUK DIPELAJARI
Materi yang
sebaiknya didahulukan untuk dipelajari adalah materi aqidah, yaitu mencakup
segala dalil mengenal Allah Swt dan apa yang berhubungan dengannya. Baru
kemudian mengetahui tentang kewajiban, menghafal Al-Qur’an serta mendengarkan
hadits.
Materi lain yang
sebaiknya dihafalkan adalah pendahuluan ilmu nahwu yang
merupakan dasar ilmu bahasa. Sedang fiqih merupakan pokok ilmu. Seluruh ilmu
adalah terpuji, namun yang tercela hanyalah orang-orang yang menghabiskan
umurnya hanya untuk menghafal kaidah nahwu dan bahasa. Apa yang mereka
dapatkan, baik memahami lafal gharib (asing) dalam Al-Qur’an dan hadits serta
hal-hal lain tidaklah tercela, namun hal itu menjadi tercela bila mempelajari
selain itu adalah lebih penting (perlunya mempertimbangkan skala prioritas,
anassekuduk). Ada sebagian orang yang menghabiskan waktu mereka untuk mengkaji
ilmu-ilmu Al-Qur’an, mereka sibuk dengan hal itu, sampai-sampai tak sempat
mengurusi sesuatu yang lebih penting daripada itu, yakni menghilangkan
pemahaman yang keliru. Padahal usia kita sebenarnya cukup panjang kalau hanya
disia-siakan untuk mempelajari hal itu saja. Sebagian lagi ada yang
menghabiskan waktu untuk menghafal jalan periwayatan hadits. Menurut saya, ini
baik, tetapi mendahulukan selain itu adalah lebih penting. Oleh karena itu saya
melihat banyak orang yang tidak mengetahui fiqih, padahal itu penting baginya. Ketika
seorang pencari hadits mendalami pengkajian dan penulisan hadits maka habislah waktu
untuk menghafal. Ketika usianya sudah tua maka dia tidak mampu lagi menghafal
perkara yang penting. Jika Anda ingin mengetahui keutamaan fiqih maka silakan
Anda perhatikan kedudukan Al-Ashma’i di bidang bahasa, kedudukan Sibawaih di
bidang nahwu, kedudukan Ibnu Ma’in dalam bidang para perawi hadits (rijalul
hadits), lalu bandingkan kedudukan Imam Ahmad dan Imam Syafi’i di bidang fiqih.
Kemudian jika ada syaikh yang sudah tua, yang memiliki sanad hadits, tetapi dia
tidak mengetahui sedikit pun tentang fiqih, berhadapan dengan seorang pemuda
ahli fiqih, lalu ada masalah yang dikemukakan. Apa yang akan terjadi? Syaikh itu
pasti diam dan si pemuda yang berbicara. Ini sudah cukup menjadi bukti
keutamaan fiqih. Banyak ulama dari kalangan ahli hadits sibuk mendalami ilmu-ilmu
hadits dan berpaling dari fiqih. Manakala mereka ditanyai tentang suatu masalah
di bidang hukum maka tersingkaplah kelemahan mereka.
.......................................OOOOOOOO.............................................
Sekian, selesai di Sekuduk, Kamis, 27-6-2019..19.28.00
Salam takzim, anassekuduk.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar