Kamis, 27 Juni 2019

BAHAS BUKU: HAFALAN BUYAR TANDA TAK PINTAR: IBNUL JAUZI





HAFALAN BUYAR TANDA TAK PINTAR
[AL-HATSTSU ‘ALA HIFZH AL-‘IM WA DZIKR KIBAR AL-HUFFAZH]
IBNUL JAUZI


Solo, Pustaka Arafah, 14o hlm: 20,5 cm
Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillahwashshalatuwassalamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.

MENGAJARI ANAK MENGHAFAL
.......Siapa saja yang dikaruniai anak oleh Allah Swt, maka hendaklah dia bersungguh-sungguh mengurusnya, karena taufik Allah Swt tersembunyi di belakang hal itu. Sebaiknya orang tua membiasakan anak untuk menjaga kebersihan dan kesucian dirinya, serta membekalinya dengan adab dan etika. Ketika anak itu sudah berusia 5 tahun, hendaklah dia sudah dididik untuk menghafalkan ilmu. Sesungguhnya menghafal di waktu kecil itu bagaikan mengukir di atas batu. Ketika anak-anak sudah menginjak usia dewasa sedang dia belum mempunyai dorongan yang kuat untuk mencari ilmu, maka tidak ada kejayaan baginya.

MAKANAN YANG DAPAT MEMBANTU MENGUATKAN HAFALAN
........Seorang laki-laki mengadu kepada Ali ra bahwa dia sering lupa. Ali ra berkata, “Kamu harus mengonsumsi tanaman Lubban (olibanum: dupa), karena dapat memelihara hati dan menghilangkan lupa.”
            Ibnu Abbas ra berkata, ‘Mencukur rambut bagian belakang kepala itu menambah kuatnya hafalan.’ Beliau juga berkata, “Ambillah beberapa takar kundur (adalah liban atau oliban atau olibanum, tumbuhan sebangsa dupa yang mengeluarkan getah) dan gula secukupnya, lantas tumbuklah keduanya sampai lembut, kemudian minumlah tumbukan itu, karena seseungguhnya itu baik untuk menghilangkan lupa.”
            Az-Zuhri berkata, “Anda harus mengonsumsi madu, karena itu baik untuk membantu hafalan.” Beliau juga berkata, “Siapa yang ingin menghafalkan hadits maka hendaklah dia mengonsumsi kismis.”
            Al-Juba’i berkata, “Saya dulu adalah orang yang tidak mampu menghafal. Kemudian dokter berkata kepada saya, ‘Konsumsilah kue susu (al-khubz bil hilab artinya kue susu sapi atau susu kambing).’ Kemudian saya mengonsumsinya selama 40 hari, setiap pagi dan sore tanpa makan makanan lainnya. Lalu pikiran saya menjadi bersih, hingga saya menjadi seorang hafizh, dan mampu menghafal 300 hadits setiap hari.”
            Adapun beberapa resep yang disarankan oleh para dokter yang dapat membantu hafalan adalah tanaman waj, kayu gaharu, dan myrobalan (suatu jenis tumbuhan), masing-masing sebanyak 10 dirham (maksudnya satuan berat; 1 dirham = 2,949 gram). Campuran ini dikonsumsi dalam keadaan dingin dan dicampur dengan 5 dirham jahe dan 5 dirham damar, yaitu sepertiga dari damar tersebut ditumbuk dan diadon dengan 1 kati madu (1 kati = 1 rithl Irak = 407,5 gram).
Resep lainnya:
            30 dirham kundur, 10 biji lada, ditumbuk jadi satu, lalu dikonsumsi setiap hari selama 40 hari.


CARA MENGUKUHKAN HAFALAN
Cara mengukuhkan hafalan adalah dengan banyak mengulang. Manusia berbeda-beda kemampuannya dalam hal ini. Di antara mereka ada yang hafalannya langsung masuk memori otaknya walau hanya dengan sedikit pengulangan.
Di antara mereka ada juga yang tidak bisa hafal kecuali dengan menghafalnya berulang-ulang. Oleh karena itu, sebaiknya manusia selalu mengurangi materi hafalannya sesudah dia hafal agar hafalannya itu tetap kokoh tersimpan pada memori otaknya. Rasulullah Saw bersabda: “Jagalah Al-Qur’an karena dia lebih cepat terlepasnya dari hari seseorang daripada lepasnya unta dari tali kekangnya. (HR. Ahmad)”.
Abu Ishaq Asy-Syirazi biasa mengulangi pelajaran yang didapatkan sebanyak 100 kali. Ilkiya mengulanginya 70 kali. Al Hasan bin Abu Bakar An-Naisaburi Al-Faqih berkata. “Seseorang tidak akan hafal sampai dia mengulanginya sebanyak 50 kali.” Al-Hasan mengatakan kepada kami bahwa orang yang faqih seharusnya mengulangi pelajaran berkali-kali di rumahnya. Ada seorang perempuan tua di rumahnya berkomentar, “Demi Allah aku telah hafal.” Al-Hasan berkata, “Ulangilah!”, maka wanita tua itu mengulanginya. Sesudah beberapa hari berlalu, Al-Hasan berkata, “Hai perempuan tua, ulangilah pelajaran itu.” Perempuan itu menjawab, “Aku tidak hafal.” Al-Hasan berkata, “Sesungguhnya aku mengulang-ulang pelajaran itu berkali-kali agar aku tidak tertimpa penyakit lupa seperti yang menimpamu sekarang ini.”

WAKTU-WAKTU YANG TEPAT UNTUK MENGULANG HAFALAN
Orang yang ingin menghafalkan sesuatu sebaiknya berusaha keras pada waktu kemauan dan potensi diri terkumpul. Manakala dia melihat hatinya sedang sibuk, maka sebaiknya dia tidak menghafal terlebih dahulu. Hendaknya dia menjaga apa yang telah dia hafal sebisa mungkin. Karena yang sedikit itu justru akan menetap sedangkan yang banyak itu biasanya tidak didapatkan. Waktu menghafal yang disarankan adalah pada waktu sahur, karena pada waktu itu seluruh potensi terkumpul. Bisa juga pada waktu pagi atau pada tengah malam. Sebaiknya tidak menghafalkan sesuatu di tepi sungai atau di depan panorama alam yang hijau, agar hati tidak sibuk dengan hal itu. Dan tempat yang tinggi lebih baik dari tempat yang rendah. Sebaiknya memberi kelonggaran kepada jiwa untuk menghafal dalam 1 atau 2 hari, agar jiwa itu menjadi seperti bangunan yang nyaman untuk bertempat tinggal.
Di bagian catatan kaki disebutkan.....Ibnul Azraq menukil dari perkataan Ibnul Jauzi, “Hendaknya seesorang mengistirahatkan jiwanya 1 atau 2 hari dalam seminggu dari menghaaflkan hadits, untuk mengulangi pelajaran yang lalu, agar hafalan itu tersimpan kuat. Seolah-olah jiwa meninggalkan hafalan itu, sehingga dirinya menjadi tenang dan hafalan pun menjadi kokoh.”
[Ir. Abdud-daim Al-Kahil dalam tulisannya menyebutkan waktu paling ideal untuk mengasah akal batin ialah pada waktu malam hari atau sebelum tidur. Beliau merujuk kepada QS. Al-Muzammil: 5-6, (silakan rekan rujuk ke mushaf, Allahummarhamnaa bil Qur’an, anassekuduk). Sebuah penelitian menyatakan bahwa otak itu tetap bekerja aktif dan tidak berhenti melaksanakan tugasnya walaupun manusia sedang tidur. Otak mampu melekatkan hafalan dan merekam apa-apa yang dia dengar saat empunya tidur.]

MATERI YANG SEBAIKNYA DIDAHULUKAN UNTUK DIPELAJARI
Materi yang sebaiknya didahulukan untuk dipelajari adalah materi aqidah, yaitu mencakup segala dalil mengenal Allah Swt dan apa yang berhubungan dengannya. Baru kemudian mengetahui tentang kewajiban, menghafal Al-Qur’an serta mendengarkan hadits.
Materi lain yang sebaiknya dihafalkan adalah pendahuluan ilmu nahwu yang merupakan dasar ilmu bahasa. Sedang fiqih merupakan pokok ilmu. Seluruh ilmu adalah terpuji, namun yang tercela hanyalah orang-orang yang menghabiskan umurnya hanya untuk menghafal kaidah nahwu dan bahasa. Apa yang mereka dapatkan, baik memahami lafal gharib (asing) dalam Al-Qur’an dan hadits serta hal-hal lain tidaklah tercela, namun hal itu menjadi tercela bila mempelajari selain itu adalah lebih penting (perlunya mempertimbangkan skala prioritas, anassekuduk). Ada sebagian orang yang menghabiskan waktu mereka untuk mengkaji ilmu-ilmu Al-Qur’an, mereka sibuk dengan hal itu, sampai-sampai tak sempat mengurusi sesuatu yang lebih penting daripada itu, yakni menghilangkan pemahaman yang keliru. Padahal usia kita sebenarnya cukup panjang kalau hanya disia-siakan untuk mempelajari hal itu saja. Sebagian lagi ada yang menghabiskan waktu untuk menghafal jalan periwayatan hadits. Menurut saya, ini baik, tetapi mendahulukan selain itu adalah lebih penting. Oleh karena itu saya melihat banyak orang yang tidak mengetahui fiqih, padahal itu penting baginya. Ketika seorang pencari hadits mendalami pengkajian dan penulisan hadits maka habislah waktu untuk menghafal. Ketika usianya sudah tua maka dia tidak mampu lagi menghafal perkara yang penting. Jika Anda ingin mengetahui keutamaan fiqih maka silakan Anda perhatikan kedudukan Al-Ashma’i di bidang bahasa, kedudukan Sibawaih di bidang nahwu, kedudukan Ibnu Ma’in dalam bidang para perawi hadits (rijalul hadits), lalu bandingkan kedudukan Imam Ahmad dan Imam Syafi’i di bidang fiqih. Kemudian jika ada syaikh yang sudah tua, yang memiliki sanad hadits, tetapi dia tidak mengetahui sedikit pun tentang fiqih, berhadapan dengan seorang pemuda ahli fiqih, lalu ada masalah yang dikemukakan. Apa yang akan terjadi? Syaikh itu pasti diam dan si pemuda yang berbicara. Ini sudah cukup menjadi bukti keutamaan fiqih. Banyak ulama dari kalangan ahli hadits sibuk mendalami ilmu-ilmu hadits dan berpaling dari fiqih. Manakala mereka ditanyai tentang suatu masalah di bidang hukum maka tersingkaplah kelemahan mereka.
.......................................OOOOOOOO.............................................
Sekian, selesai di Sekuduk, Kamis, 27-6-2019..19.28.00
Salam takzim, anassekuduk.....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH

                اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ ب...