Kamis, 28 Juli 2022

KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH




               

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.  اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ، مَنْ يُطِعِ اللهَ فَقَدْ رَشَدَ، وَمَنْ يَعْصِمِهَا فَإِنَّهُ لَا يَضُرُّ اِلَّا نَفْسَهُ وَلَا يَضُرُّ اللهَ تَعَالَى شَيْئًا[1].

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. قَالَ اللهُ فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْم: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا إِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلٰى ذِكْرِ اللهِ وَذَرُالْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.

اَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

 

Alhamdulillahirabbil’alamin, marilah kita bersyukur kepada Allah Swt karena dengan kehendakNya jualah, kita bisa berkumpul di Masjid Jami’ Jami’atul Khairiyah Sekuduk yang kita cintai, di majelis dan hari Jumat yang mulia ini. Shalawat dan salam moga selalu tercurah kepada Junjungan kita, Nabiyullah Muhammad Saw, beserta ahli keluarga dan para sahabat beliau. Mengawali khutbah, tak lupa khatib berpesan, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Sebagai insan faqir ilmu, khatib juga mengutarakan tidaklah yang berbicara ini lebih baik daripada yang mendengarkan. Semoga Allah Swt memberikan hidayah dan inayahNya sehingga apa yang disampaikan bermanfaat, mengandung kebaikan dan kebenaran.

 

Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Sebentar lagi kita akan menyambut pergantian tahun Hijriyah. Biasanya untuk menyambut pergantian momen seperti ini, kita sebagai orang yang beragama, terlebih sebagai seorang Muslim, diajak atau diingatkan untuk menilai, meneliti, mengevaluasi apa saja yang sudah dilakukan, bagaimana kualitas dan kuantitas dari amalan kita atau biasa disebut dengan Muhasabah diri atau evaluasi diri. Hal ini tentu tidak lepas dari kenyataan bahwa kita semua yang hadir di masjid saat ini, serta semua manusia yang masih hidup di atas bumi Allah Swt ini, memiliki modal yang sama yaitu waktu, usia, umur yang menandakan kita masih punya kesempatan untuk menambah amal kebaikan atau sebaliknya. Maka siapakah orang yang terbaik dan paling beruntung di antara kita? Bukan yang tinggi status sosialnya, bukan status ekonomi, bukan pula pangkat dan gelar. Tapi, marilah kita renungkan Firman Allah Swt berikut:

وَالْعَصْرِ۝ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِى خُسْرٍ۝ إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ۝

“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”. (QS. Al-Ashr)

Muhammad bin Hasan Aqil Musa Syarif dalam bukunya “Ajzuts Tsiqat” mengemukakan bahwa, kebanyakan orang-orang shaleh yang beramal menapaki jalan keshalehan dan mempelajarinya, dimulai dari usia 20 tahun. Artinya dia telah kehilangan kira-kira 1/3 dari usianya tanpa memanfaatkannya secara maksimal. Hal ini jika kita mengukur berdasarkan kepada hadits Rasulullah Saw yang menyatakan:

أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إَلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذٰلِكَ

“Usia umatku berkisar antara 60-70 tahun. Jarang sekali di antara mereka melewati (angka) itu.” (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah ra)[2]. Beliau melanjutkan jika kita anggap saja usia seseorang itu adalah 60 tahun. Bila dikurang dengan 20 tahun tadi, maka sisa usianya tinggal 40 tahun saja.

Lalu 40 tahun ini biasanya akan berjalan sebagai berikut:

Pertama, sepertiga usia digunakan untuk tidur. Ini dengan asumsi rata-rata tidur 8 jam per hari. Artinya usia 40 tahun itu berkurang sekitar 13 tahun 6 bulan.

Kedua, sepertiga usia digunakan untuk bekerja. Dengan demikian dari 40 tahun usia ini berkurang sekitar 13 setengah tahun lagi.

Ketiga, berdasarkan perkiraan di atas maka dari usia orang yang hidup selama 60 tahun tersisa sekitar 13 tahun saja. Dalam sisa usia inilah ia melaksanakan kewajiban-kewajiban agama, masalah-masalah dunia seperti menikah, memelihara anak, mengunjungi kerabat dan teman-teman, makan, minum, pergi bertamasya atau ke pasar, dan lain-lain.

Karena itulah generasi salaf (terdahulu) mengurangi waktu tidur, kerja dan pemenuhan kebutuhan mereka sehingga waktu lebih banyak dapat dicurahkan untuk mengejar keutamaan berlomba dalam kebaikan dan ibadah. Rumusan ini tentunya tidak dapat serta merta kita terapkan karena situasi dan kondisi serta tuntutan kehidupan kita tidaklah sama persis dengan mereka di masa lalu. Maka mungkin penerapan yang dapat kita lakukan untuk masa kini adalah dengan tetap menepati ibadah-ibadah wajib, disusul melaksanakan ibadah sunnah sesuai kadar kemampuan dan kesesuaian dengan kondisi masing-masing. Sehingga sangat penting bagi kita untuk mengetahui prioritas baik ibadah maupun hal yang sifatnya kewajiban-kewajiban terkait pemenuhuhan tuntutan hidup duniawi. Mungkin beberapa orang mampu memperbanyak puasa sunnah, sedangkan bagi yang pekerjaannya memerlukan energi lebih tidak sesuai. Di beberapa orang mungkin ibadah sedekah merupakan hal yang ringan, akan tetapi bagi yang lain mungkin hal tersebut berat, namun ia bisa saja mengubah bentuknya semisal bersedekah dengan senyum, nasihat, bantuan tenaga, dan lainnya. Di samping itu menjauhi penggunaan barang yang haram, menghindari perbuatan yang dilarang syariat juga adalah di antara cara untuk membuat masa yang ada lebih bernilai di sisi Allah. Hal-hal pemenuhan kebutuhan manusia, seperti bekerja yang halal, makan, minum, silaturahmi dan lain sebagainya juga bisa diberi nilai ibadah dengan baiknya niat dan juga dengan memperhatikan ada-adab yang diajarkan Rasulullah Saw misalnya dalam hal makan, kita menerapkan adab-adab makan dan sebagainya.

Jamaah Rahimakumullah....

Adapun tips bagaimana memulai introspeksi diri atau muhasabah ini, terutama mengingat momen menyambut pergantian Tahun Hijriyah ini, marilah kita renungkan perkataan Imam Ibnul Qayyim berikut: “Hendaknya mulai dari perkara-perkara yang wajib, apabila menjumpai kekurangan-kekurangan maka berusahalah untuk menutupnya. Kemudian perkara-perkara yang dilarang, jika sadar bahwa dirinya pernah mengerjakan yang haram maka tambahlah dengan taubat, istighfar dan perbuatan baik yang bisa menghapus dosa. Kemudian introspeksi diri terhadap perkara yang melalaikan dari tujuan hidup ini. jika selama ini banyak lalai, maka hilangkanlah kelalaian tersebut dengan memperbanyak zikir, menghadap Allah Azza wa Jalla. Kemudian introspeksi diri terhadap anggota badan; ucapan yang keluar dari lisan, langkah kaki yang diayunkan, pandangan mata yang dilihat, telinga dalam hal yang didengarkan. Tanyalah dalam diri, apa yang saya inginkan dengan ini, untuk siapa saya kerjakan dan bagaimana saya mengerjakannya.”

Jamaah Jumat Rahimakumullah...

Khutbah pertama ini khatib tutup dengan sebuah hadits Rasulullah Saw yang secara khusus mengajarkan tentang sabar dan syukur, tetapi rasanya dapat pula kita kaitkan tema kali ini. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ نَظَرَ فِى دُنْيَاهُ إَلَى مَنْ هُوَ دُوْنَهُ فَحَمِدَ اللهَ عَلٰى مَا فَضَّلَهُ بِهِ عَلَيْهِ كَتَبَهُ اللهُ شَاكِرًا صَابِرًا

“Orang yang dalam urusan agamanya melihat kepada orang yang lebih tinggi darinya, lalu dia mengikutinya, sedangkan dalam urusan dunianya melihat kepada orang yang lebih rendah daripadanya lalu dia bersyukur kepada Allah karena Allah telah melebihkan dia. Orang ini berhak dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan penyabar.” 

Demikian khutbah singkat yang dapat khatib sampaikan..

وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ...

 

Khutbah kedua....

اَلْحَمْدُللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيآاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ تَعَلَى: اِنَّا اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ  يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ, وَالْمُسْلِمِيْنِ وَالْمُسْلِمَات, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ , اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات. اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَان، وَارْزُقْنَا صِيَامَهُ وَقِيَامَهُ، وَسُجُوْدَهُ وَرُكُوْعَهُ، وَتِلَاوَتَهُ آنآءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ. اَللَّهُمَّ بَلِّغْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَارْزُقْنَا خَيْرَهَا وَأَجْرَهَا، وَاغْفِرْلَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا أَخَّرْنَا يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا  .رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 فَيَا عِبَادَ اللهَ, اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَان وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّروْنَ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

 

[Sekuduk. Jumat, 29.Juمi.22, +-02:00-60:10]

 

 

 

 



[1] HR. Abu Dawud dari Ibnu Mas’ud (Fiqh Sunnah, jil.ii, penerbit Pena Pundi Aksara, h.5

[2] Hadits tentang rentang usia umat Nabi Saw ini dinilai hasan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH

                اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ ب...