Minggu, 30 Juni 2019

BAHAS BUKU: BERSAMA RASULULLAH SAW MENDIDIK GENERASI IDAMAN [Dr. Fadhl Ilahi]


BERSAMA RASULULLAH SAW MENDIDIK GENERASI IDAMAN
[45 Pola Pengajaran Rasulullah Saw]
النّبيّ الكريم صلى الله عليه وسلم معلّما
Dr. Fadhl Ilahi


Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i
Xxix + 409 hlm; 15,5 x 23, 5 cm

Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillahwashshalatuwassalamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.
a.       INTRO>>>>>>>             
Di antara banyak buku teori pendidikan, kurasa buku ini layak untuk menjadi buku wajib bagi siapapun yang menyandang atau menjalankan peran sebagai pengasuh, pendidik, pembimbing atau pengajar. Entah itu yang menjalankannya secara penuh atau paruh masa. Membaca buku karya Dr. Fadhl Ilahi membuka mata dan hati, setidaknya untukku dalam pandanganku pribadi, bahwa Rasulullah Saw benar-benar dekat dengan umat. Begitu perhatian, begitu pengertian. Beliau bukanlah seseorang yang mengurung diri dan menyendiri di dalam mihrab peribadatan yang tertutup dan menjauh dari umat, semata menyelamatkan diri dari kekeruhan dunia. Beliau صلى الله عليه وسلم juga tidak semata memandu umat dari balik mimbar. Akan tetapi, begitu dekat, merakyat. Turun menyaksikan sendiri permasalahan, perkembangan umatnya. Peduli, siap berbagi, bahkan berkorban segenap jiwa dan raga demi umatnya yang tercinta. Jika menengok ke belakang, proses Beliau menerima wahyu di Gua Hira lalu melaksanakan tugas dakwah ke tengah masyarakat, yang terpikir di benakku begitulah kita mestinya. Sejenak membekali diri, mencari pencerahan, lalu jika diri telah “berisi”, segeralah turun membaur dengan lingkungan untuk memperbaiki keadaan yang timpang, membantu insan yang dhaif, menolong meleraikan kekacauan, membantu mengurai kekusutan, menerang kegelapan. Jika terjadi perang, Beliau ada di barisan terdepan. Jika antara Sahabat ada yang kelaparan, Beliau pernah mengikatkan 3 buah batu di balik ikat pinggangnya ketika Sahabat hanya mengikat perut dengan sebuah batu. Jika mendapat hadiah, misalnya suatu pemberian makanan, Beliau sering kali akan terlebih dahulu mencari Sahabat yang tengah kelaparan. Direkam dalam Sunnah, Beliau pernah minum susu bergilir dari gelas yang sama. Lihatlah betapa indah perikehidupan Nabi kita ini. Secara pribadi, aku mengganggap buku ini tak semata membahas teori pengajaran/pendidikan. Akan tetapi, jika kita mau membaca dengan hati yang tenang, merenung halaman demi halaman, lembar demi lembar, seakan terpapar biografi Beliau yang agung, merasakan bagaimana kecintaan yang mendalam dan keinginan yang besar untuk membersamai umatnya dalam berbagai kesempatan.
Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih......صلى الله عليه وسلم[anassekuduk]

b.       POINTER>>>>>>>>>>
POIN-POIN ISI BUKU:
·        Dr. Fadhl Ilahi dalam buku ini mengemukakan 45 pola pengajaran yang dilakukan Rasulullah  صلى الله عليه وسلم. Di antaranya: memanfaatkan waktu dan tempat yang tepat, memberi pertanyaan dan jawaban, menyapa baik dengan nama asli, panggilan atau julukan, memberi perumpamaan, ilustrasi, memperhatikan kondisi murid, mengenali keistimewaan murid, dan lainnya yang dapat rekan baca secara utuh di buku ini.
Dalam buku terjemahan ini, matan hadits ikut dimuat, diikuti terjemahan, dilengkapi syarh penjelasan, dan di bagian catatan kaki pembaca dapat melihat penilaian terhadap hadits ini, derajat dan kualitasnya.

  • ·        Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjelaskan dengan ilustrasi.
Aku tertarik pada bagian yang menerangkan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga menjelaskan dengan ilustrasi. Imam Ath-Thibi menggambarkan bentuk ilustrasi tersebut, dan rekan bisa melihatnya di halaman 136  dari buku ini. Berikut ilustrasinya:
............
[Hhhmmmm di sini aku kemudian berpikir, para guru yang dulu mengajar kita menggunakan model ilustrasi berarti sudah melaksanakan salah satu sunnah ya? Apalagi guru IPA entah itu biologi, fisika, kimia lewat gambar anatomi, coretan gambar botol-botol reaksi, poster-poster, dan sebagainya. Atau IPS yang biasanya menjelaskan dengan ilustrasi tabel, diagram, peta dan sebagainya.  Guru jaman now juga biasa menggunakan proyektor atau infocus untuk memudahkan pemahaman murid-murid mereka. anassekuduk]

  • ·        Respon Nabi صلى الله عليه وسلم terhadap pertanyaan:
Nabi صلى الله عليه وسلم sangat toleransi terhadap pertanyaan, pujian beliau terhadap pertanyaan yang berbobot, dan pemberian jawaban beliau melebihi apa yang ditanyakan.
Akan tetapi, di samping semua itu, beliau tidak menyukai pertanyaan yang sengaja dibuat-buat, pertanyaan yang sengaja diajukan untuk menyulitkan, pertanyaan yang dapat memberatkan umat.
Dalam kitab Syarhus Sunnah, Al-Baghawi berkata: pertanyaan itu ada 2 jenis:
Pertama, pertanyaan dalam rangka mempelajari urusan agama yang dibutuhkan. Pertanyaan semacam ini boleh bahkan diperintahkan. (Silakan dirujuk QS. An-Nahl: 43).
Dalam konteks inilah pertanyaan para Sahabat mengenai harta rampasan perang, kalaalah, dan selainnya diajukan.
Kedua, pertanyaan untuk menyulitkan, membingungkan, dan mengada-ada. Ini dilarang.
Nabi صلى الله عليه وسلم memperlakukan setiap pertanyaan berbeda-beda sesuai konteksnya. Terkadang beliau memuji pertanyaan yang baik, terkadang beliau menjawab dengan yang lebih banyak daripada apa yang ditanyakan ketika situasi menuntut demikian, serta terkadang beliau marah terhadap pertanyaan yangmenyulitkan dan membingungkan.
Pertanyaan juga dapat digunakan untuk menarik perhatian, sebagaimana Allah Swt dalam Al-Qur’an juga banyak mengajukan pertanyaan, yang dijelaskan oleh ulama sebagai penarik perhatian. Cobalah simak dalam Al-Ma’un, Al-Qadr, Al-Qari’ah, Al-Humazah dan lain-lain.

  • ·        Marahnya Nabi صلى الله عليه وسلم
Nabi صلى الله عليه وسلم pernah marah?? Iya, tentu saja. Akan tetapi marilah kita lihat kontes marahnya Nabi صلى الله عليه وسلم itu. Dalam tema bahasan Nabi صلى الله عليه وسلم sebagai pengajar dan pendidik, pada halaman 254 buku ini, penulis menerangkan bahwa dalam kitab Syarh-nya, Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Imam Bukhari رَحِمَهُ اللهُ hanya menyebutkan 2 konteks marah, yaitu ketika ceramah dan mengajar. Beliau tidak menyebutkan bolehnya marah ketika sedang memutuskan suatu perkara. Hal itu dikarenakan seorang hakim dilarang memutuskan perkara dalam keadaan marah.
Perbedaan mendasar di antara kedua hal itu adalah adakalanya seorang penceramah (pemberi nasihat) harus bersikap marah karena posisinya menuntut dirinya untuk menunjukkan sisi emosionalnya, dan peran dirinya adalah seperti pemberi peringatan. Sama halnya dengan seorang guru, adakalanya dia harus marah terhadap kedangkalan pemahaman muridnya atau karena alasan sejenisnya. Sebab, terkadang sikap amarah bisa mendorong murid untuk dapat menerima pelajaran yang diberikannya.
[Jadi, hakikatnya kita tidak dilarang marah sama sekali, tetapi perlu adanya manajemen marah.  Marah diarahkan kepada upaya merubah sikap negatif anak menjadi posotif, anassekuduk]

Sekian, untuk lebih lanjut silakan rekan merujuk ke buku ini. Recommended. Moga tulisan kali ini bermanfaat.  

Salam takzim, Jum’at, 28-6-2019
            Selesai 10.17 di hari yang sama..anassekuduk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH

                اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ ب...