SENI MENUANGKAN GAGASAN
A. WIDYAMARTAYA
YOGYAKARTA:
PENERBIT KANISIUS
Bismillahirrahmanirrahim,
alhamdulillahwashshalatuwassalamu
‘ala Rasulillah, amma ba’du.
A. INTRO>>>>>>>
Rekan pengunjung dan pembaca laman anassekuduk
yang berbahagia, pada tulisan kali ini aku akan sedikit menulis beberapa tips
karang-mengarang yang disarikan dari buku karya A. Widyamartaya
berjudul “Seni Menuangkan Gagasan”. Buku berketebalan 154 halaman
ini tercatat kufoto kopi di toko Azzah seberang kampus, bersamaan dengan buku
Filsafat Iqbal senilai 20.103
. Tulisan kali ini disajikan dalam bentuk pointer, sehingga untuk ide utuh dan
komprehensif, silakan rekan pengunjung dan pembaca rujuk ke buku ini.
anassekuduk
B. THE
CONTENT>>>>>>>
Mengarang......
Mengarang adalah kegiatan yang kompleks. Mengarang dapat dipahami
sebagai “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat
seperti dimaksudkan oleh pengarang” (definisi Akademisi Kepengarangan)
Dapat dibedakan 3 bidang dalam kegiatan mengarang: Zat (Substance),
Siasat (Strategy), dan Gaya (Style). Yang dimaksudkan dengan Zat atau Substansi
kegiatan mengarang adalah unsur-unsur atau bagian-bagian integral atau
bahan-bahan pembentuk karangan. Dan yang dimaksudkan dengan Siasat atau
Strategi kegiatan mengarang adalah tindakan-tindakan yang kita atur langkah
demi langkah untuk mencapai sesuatu maksud. Bahan-bahan tersebut harus dapat
kita siasati sehingga terwujud
hasil karangan yang baik. Adapun yang dimaksudkan dengan Gaya dalam kegiatan
mengarang adalah penampilan dari hasil karangan tersebut berserta corak
penuturan yang mendatangkan daya guna, yaitu sanggup menyampaikan pengalaman
batin dengan efek sebesar-besarnya. Jadi, gaya dalam tulis-menulis akan
menyangkut ejaan, pilihan kata, perhubungan kata, susunan kalimat, perhubungan
kalimat, majas/kiasan, aspek, pengharkatan, susunan paragraf, perhubungan
paragraf, penyajian, dan perwajahan.
Mencari dan menemukan ide induk
Menyusun karangan dapat kita ibaratkan memasak hidangan. Kita ingin
memasak opor ayam? Tentu saja, terlebih dahulu kita harus menangkap ayamnya.
Kita ingin mengarang? Tentu saja kita harus menangkap “ayam”-nya. Ini sering
kali tidak mudah. Di dalam dunia batin kita, bermacam-macam “ayam” –yaitu gagasan_
berkecamuk atau beterbangan. Sukar untuk menangkap satu; sukar untuk menentukan
pilihan. Langkah pertama dalam proses mengarang ini harus dapat kita atasi.
Berikut ini disajikan beberapa petunjuk untuk menemukan ide induk atau pokok
pembicaraan yang serasi.
1.
Topik harus berasal dari dunia penulis sendiri. Tidak dapat lain. Itu
berarti:
a.
Carilah bidang-bidang yang banyak anda alami: pekerjaan, hobi, hi uran,
sekolah, keluarga, organisasi.
Mungkin anda
mengatakan, “Saya tidak punya pengalaman yang besar, semuanya biasa-biasa saja,
tidak ada yang menarik.” Bagi anda yang mungkin tampak biasa, tetapi bagi orang lain dapat sangat menarik. Tiap
orang mempunyai hidupnya yang khas, tak ada duanya. Hidup tiap orang adalah
sebuah “dokumen” tersendiri, maka pasti menarik bagi orang lain. Pendek kata,
carilah topik dari apa yang telah anda saksikan dan anda lakukan.
b.
Carilah topik dari apa yang telah anda pikirkan dan anda rasakan.
Selain pengalaman-pengalaman dengan dunia luar, anda juga mempunyai pengalaman-pengalaman
batin, yaitu perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran pribadi anda. Kita dapat
bertanya, misalnya:
-
Gagasan-gagasan apa yang pernah memberi ilham dan merangsangku?
Misalnya:
Ungkapan Chairil Anwar
“Sekali berarti, sudah itu mati”,
Atau:
Lidah
manusia adalah senjatanya, dan wicaranya lebih kuasa daripada pedang.
-
Peristiwa
apa yang telah berpengaruh mendalam di dalam hidupku?
Misalnya:
Kesembuhan dari penyakit fatal.
-
Situasi mana yang telah menyalakan api imajinasiku?
Misalnya
: Meletusnya Gunung Galunggung.
-
Sifat orang atau barang atau tempat yang bagaimana
yang saya sukai dan tidak saya sukai?
Misalnya:
Sifat “Nyonya Besar” atau keteledoran dalam periwayatan barang milik umum.
-
Pelajaran atau kursus apa yang saya minati?
Misalnya:
Pelajaran Sejarah atau kursus karang-mengarang.
c.
Carilah topik dari apa yang telah anda pelajari secara tidak langsung dari
buku, majalah, radio, TV, film, drama, wawancara atau percakapan-percakapan anda.
d.
Carilah topik yang mampu anda selidiki atau anda pelajari meskipun anda
belum berpengalaman dalam bidang itu.
Misalnya:
Cara berpidato (meskipun anda belum pernah berpidato, tetapi karena anda
tertarik pada topik itu dan anda dapat mengumpulkan bahan-bahan tentang teknik
berpidato dari buku-buku, maka anda dapat menggarap topik itu).
2.
Topik harus diselaraskan dengan pembaca yang dituju. Agar karangan kita
dipahami pembaca, tidak boleh tidak faktor-faktor pembaca harus
dipertimbangkan. Topik yang serasi kita cari dengan bertanya:
-
Bagaimana dengan usia, pendidikan, dan pengetahuan umum mereka. Bila
topik yang kita pilih terlalu sulit, mereka akan bingung. Bila topik yang kita
pilih lebih rendah dari tingkat pendidikan mereka, mereka akan merasa
tersinggung.
-
Bagaimana kesukaan dan ketidaksukaan mereka, kecenderungan-kecenderungan
mereka, prasangka-prasangka mereka? Bila topik tidak selaras dengan “nada” yang
bergetar dalam diri mereka, komunikasi kita tidak akan berhasil.
-
Seberapa jauh kita mengenal atau akrab dengan mereka? Bila kita sudah
akrab dengan pembaca, ruang lingkup topik dapat meluas; kita dapat memasukkan
pengalaman-pengalaman yang sama-sama dipunyai.
3.
Pemilihan topik juga dapat disasarkan atas arti pentingnya. Misalnya,
meskipun kegairahan menulis dalam masyarakat belum berkembang, tetapi karena
pentingnya kegiatan mengarang kita dapat memilih topik itu.
4.
Untuk memilih topik yang serasi, kita juga perlu mempertimbangkan waktu atau kesempatannya. Waktu yang baik
untuk berhasilnya sesuatu perlu selalu menjadi bahan pertimbangan. Berhasilnya
sebuah karangan, yaitu diterima redaksi atau dibaca orang, ditentukan juga oleh
kesempatannya. Bila waktunya sekarang orang suka membaca cerita detektif, maka
topik-topik yang selaras untuk cerita detektif pasti sangat serasi untuk
dikarang.
Selain
itu, ruang dan waktu yang tersedia untuk sebuah karangan juga akan menentukan
pemilihan topik yang serasi. Topik untuk karangan pendek yang harus
diselesaikan dalam waktu setengah jam akan lain dengan topik untuk karangan
panjang yang disediakan waktu 1 minggu untuk diselesaikan.
5.
Pertimbangan lain lagi untuk memilih topik yang serasi
ialah kemudahan kita mendapatkan bahan-bahan informasinya. Topik yang
bahan-bahan informasinya mudah dan cepat kita peroleh akan diutamakan daripada
topik yang bahan-bahan informasinya ditak mudah dan tidak cepat kita dapatkan,
misalnya karena harus bepergian ke luar negeri atau karena harus membahayakan
hidup sendiri.
Mengumpulkan bahan pembicaraan.
Ada 2 sumber
pokok tempat kita mencari dan mengumpulkan bahan-bahan itu, yaitu (1) diri kita
sendiri {berupa pengalaman-pengalaman langsung dan hasil-hasil pengamatan
kita}, dan (2) dunia luar {berupa kesaksian-kesaksian (autoritas) orang lain
dan anggapan-anggapan yang sudah diterima masyarakat sebagai hal-hal yang benar
(aksioma)}.
Untuk
mengumpulkan bahan pembicaraan, kita dapat menggunakan metode berikut:
1.
Brainstorming: cara menumbuhkan ide yang banyak dengan mencatat apa
saja yang masuk ke dalam benak kita, yang ada hubungannya dengan butir
pembicaraan, entah hubungannya erat entah longgar.
2.
Penelitian dengan membaca buku, mengadakan pengamatan di lapangan,
mengadakan eksperimen. Hasil-hasil penelitian dicatat dalam buku tulis, lembar
lepas atau dalam kartu-kartu catatan.
3.
Renungan.
4.
Rumus 5 w +
1 H {apa (what), siapa (who), di mana (where), bilamana (when), bagaimana (how)}.
5.
Rukun dramatistik (dramatistic pentad): bertanya
tentang (1) Peristiwa (apa yang terjadi), (2) Pelaku (siapa yang berbuat), (3) sarana (bagaimana berbuat), (4) Tujuan
(mengapa berbuat demikian), (5) Latar (di mana dan kapan terjadi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar