1.
Hadits 2
حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ
البَصَرِيُّ, قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ, عَنْ حُمَيْدٍ,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ, قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ رَبْعَةً: لَيْسَ بِالطَّوِيْلِ وَلَا بِالْقَصِيْرِ, حَسَنَ الْجِسْمِ.
وَ كَانَ شَعْرَهُ لَيْسَ بِجَعْدٍ, وَلَا سَبْطٍ, أَسْمَرَ اللَّوْنِ, إِذَا
مَشَى يَتَكَفَّاُ.
Artinya:
Humaid bin Mas’adah Al-Bashri
menceritakan kepada kami, Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi meriwayatkan dari Humaid, dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah Saw memiliki
postur sedang: tidak tinggi dan tidak pendek, dan fisiknya bagus. Rambut beliau
tidak keriting juga tidak lurus. Warna (kulitnya) coklat. Jika berjalan, beliau
berjalan dengan tegak.”
Muttafaq
‘alaih, HR. Bukhari (3547),
HR. Muslim (96, 2338,
2347)
dengan lafal yang sama.
2.
Hadits 10
حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السِّرِيِّ, قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْثَارُ
بْنُ الْقَاسِمِ, عَنْ أَشْعَثَ يَعْنِيْ ابْنِ سَوَّارٍ, عَنْ أَبِيْ إِسْحَاقَ,
عَنْ جَابِرِ ابْنِ سَمُّوْرَةَ, قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فِيْ لَيْلَةٍ إِضْحِيَانٍ, وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ حَمْرَاءُ,
فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ إِلَيْهِ وَإِلَى الْقَمَرِ, فَلَهُوَ عِنْدِيْ أَحْسَنُ مِنَ
الْقَمَرِ.
Artinya:
Hannad bin As-Sarri menceritakan kepada
kami, Abtsar bin Al-Qasim menceritakan kepada kami, dari Asy-Asy’ats, yakni
Ibnu Siwar, dari Abu Ishaq, dari
Jabir bin Samurah, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah Saw pada malam yang
penuh sinar rembulan. Beliau mengenakan pakaian berwarna merah. Lalu aku
melihat beliau dan rembulan tersebut, maka menurutku beliau lebih indah
daripada rembulan.”
Dha’if. HR. At-Tirmidzi di dalam Sunannya
(2811), Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak (7383),
Abu Ya’la di dalam Musnadnya (7477),
Ath-Thabrani di dalam Al-Kabir (1842),
dan Ad-Darimi (57). Didhaifkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Dha’if Sunan
At-Tirmidzi. Di dalam Mukhtashar Asy-Syamail tertulis ‘Shahih’ dan itu adalah
keliru. Abu Isa (At-Tirmidzi) mengatakan, “Hadits ini hasan gharib. Kami tidak
mengetahuinya kecuali dari hadits Al-Asy’ats. Syu’bah dan Ats-Tsauri meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Al-Bara’ bin Azib, ia
berkata, “Aku melihat Rasulullah Saw mengenakan pakaian berwarna merah.” Dengan
lafal itu Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Waki’ menceritakan
kepada kami, Sufyan menceritakan kepada
kami dari Abu Ishaq. Demikian pula Muhammad bin Basyar menceritakan kepada
kami, Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami, Syu’bah bin Abi Ishaq
menceritakan kepada kami. Di dalam hadits tersebut terdapat pembicaraan yang
lebih banyak dari ini. “Abu Isa berkata, “Aku pernah bertanya kepada Muhammad,
‘Hadits Abu Ishaq dari Al-Bara’ atau hadits Jabir bin Samurah yang lebih
shahih?’ Ia berpandangan bahwa kedua hadits itu sama-sama shahih.” Dalam
pembahasan ini ada juga hadits yang diriwayatkan dari Al-Bara’ dan Abu Jifah.
3.
Hadits 16
حَدَّثَنَا أَبُوْ رَجَاءٍ قُتَيْبَةُ بْنُ
سَعِيْدٍ, قَالَ: حَدَّثَنَا حَاتِمُ ابْنُ إِسْمَعِيْلَ, عَنِ الْجَعْدِ بْنِ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ, قَالَ: سَمِعْتُ السَّائِبَ بْنَ يَزِيْدَ, يَقُوْلُ:
ذَهَبَتْ بِيْ خَالَتِيْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ,
فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, إِنَّ ابْنَ أُخْتِيْ وَجِعٌ فَمَسَحَ رَأْسِى
وَدَعَا لِيْ بِالْبَرَكَةِ, وَتَوَضَّأَ, فَشَرِبْتُ مِنْ وُضُوْئِهِ, وَقُمْتُ
خَلْفَ ظَهْرِهِ, فَنَظَرْتُ إِلَى الْخَاتَمِ بَيْنَ كَتِفَيْهِ, فَإِذَا هُوَ
مِثْلُ زِرِّ الْحَجَلَةِ.
Artinya:
Abu Raja’ bin Sa’id menceritakan kepada
kami, ia berkata, Hatim bin Ismail menceritakan kepada kami, dari Al-Ja’du bin
Abdurrahman, ia berkata, aku mendengar As-Saib bin Yazid berkata, “Bibiku
pernah menghadap kepada Rasulullah Saw bersamaku. Bibiku berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya keponakanku
ini sedang sakit’. Lalu aku melihat beliau mengusap kepalaku dan mendoakanku
semoga mendapat berkah. Setelah itu beliau berwudhu. Lalu aku meminum dari sisa
air wudhu beliau. Kemudian aku berdiri di belakang beliau, maka aku melihat ada
sebuah khatam (tanda kenabian) di antara kedua pundak beliau, bentuknya seperti
telur burung hajalah/merpati.
Muttafaq ‘alaih. Bukhari (6352)
dan Muslim (2345).
Masing-masing meriwayatkannya
dari Qutaibah. Diriwayatkan pula oleh Bukhari (190) dari Abdurrahman bin Yunus,
dari Hatim bin Ismail.
4.
Hadits 21
Abu Ammar Al-Husain bin Harits Al-Khuza’i
menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Abdullah bin Buraidah
menceritakan kepadaku, ia berkata, aku mendengar Abu Buraidah berkata, “Ketika
Rasulullah Saw baru tiba di
Madinah, Salman Al-Farisi mendatangi beliau dengan membawa baki berisi kurma
lalu meletakkannya di hadapan beliau. Rasulullah Saw bertanya, ‘Wahai Salman,
apa ini?’ Salman menjawab, ‘Ini adalah
sedekah untuk engkau dan sahabat-sahabat Anda’. Maka beliau menjawab, ‘Bawalah
kurmamu ini. sungguh kami tidak (boleh) memakan sedekah’. Salman pun
membawanya. Keesokan harinya, ia kembali datang dengan membawa kurma yang sama
seraya meletakkannya di hadapan beliau. Beliau pun kembali bertanya, ‘Wahai
Salman, apa ini?’ Salman menjawab, ‘Ini adalah hadiah untuk Anda’. Maka beliau
berkata kepada para sahabat beliau, ‘Hidangkanlah (untuk dimakan)!’ Kemudian
Salman melihat tanda kenabian di punggung Rasulullah Saw lalu beriman kepada
beliau.
Ia (Salman
adalah budak) milik orang Yahudi, lalu Rasulullah Saw membelinya dengan harga
sekian dirham, dengan menanam pohon kurma untuk mereka. Salman bekerja di situ
hingga pohon-pohon kurma itu berbuah. Lalu Rasulullah Saw menanam sendiri pohon
kurma itu kecuali satu batang pohon yang ditanam oleh Umar. Maka pohon-pohon
kurma itu berbuah pada tahun itu juga, kecuali satu pohon yang ditanam oleh
Umar. Rasulullah Saw bertanya, ‘Ada apa dengan sebatang pohon ini?’ Umar
menjawab, ‘Wahai Rasulullah, sayalah yang menanamnya’. Seketika itu juga beliau
mencabut pohon itu lalu menanamnya kembali, dan pohon itu pun berbuah pada
tahun itu juga.”
Hasan.
5.
Hadits 38
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُوْرٍ, وَيَحْيَى
بْنُ مُوْسَى, قَالَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّقِ, عَنْ مَعْمَرٍ, عَنِ
ثَابِتٍ, عَنْ أَنَسٍ, قَالَ: مَا عَدَدْتُ فِيْ رَأْسِ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِحْيَتِهِ, إِلَّا أَرْبَعَ عَشْرَةَ شَعْرَةً
بَيْضَاءَ.
Artinya:
Ishaq bin Manshur dan Yahya bin Musa
menceritakan kepada kami, keduanya berkata, Abdurrazzaq menceritakan kepada
kami, dari Ma’mar, dari Tsabit, dari Anas, ia berkata, “Aku pernah menghitung
rambut kepala Rasulullah dan jenggotnya, dan hanya ada 14 helai rambutnya yang berwarna putih.”
Shahih. HR. Ahmad dalam Musnadnya (12713)
dan Abdu bin Humaid di dalam Musnadnya (1243). Masing-masing meriwayatkannya dari Abdurrazzaq. Dishahihkan oleh
Albani dalam Mukhtashar Asy-Syamail.
6.
Hadits 92
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ أَبُوْ
عَمْرٍو, قَالَ: حَدَّثَنَا نُوْحُ بْنُ قَيْسٍ, عَنْ خَالِدِ بْنِ قَيْسٍ, عَنْ
قَاتَدَةَ, عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ, أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَتَبَ إِلَى كِسْرَى وَقَيْصَرَ وَالنَّجَاشِيِّ, فَقِيْلَ لَهُ:
إِنَّهُمْ لَايَقْبَلُوْنَ كِتَابًا, إِلَّا بِخَاتَمٍ, فَصَاغَ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, خَاتَمًا حَلْقَتُهُ فِضَّةٌ, وَنُقِشَ فِيْهِ:
مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ .
Artinya:
Nashr bin Ali Al-Jahdhami Abu Amru
menceritakan kepada kami, ia berkata, Nuh bin Qais menceritakan kepada kami,
dari Khalid bin Qais, dari Qatadah, dari Anas bin Malik, bahwa Nabi hendak menulis surat kepada Kisra (Raja
Persia), Kaisar (Raja Romawi) dan Najasyi (Raja Ethiopia). Lalu ada (sahabat)
yang mengatakan kepada beliau, ‘Mereka tidak mau menerima surat, kecuali jika
ada stempelnya’. Lalu Rasulullah Saw membuat cincin dari perak, dan diukir
tulisan ‘Muhammad Rasulullah’.
HR. Muslim
(58/2092) dari Nashr bin Ali Al-Jauhdhami. Diriwayatkan pula oleh Bukhari
(5872) yang semisal itu dari jalur Qatadah.
7.
Hadits 143
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى, وَ
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ, قَالَا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ, قَالَ:
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ, عَنْ أَبِيْ إِسْحَاقَ, قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ
بْنِ يَزِيْدَ, يُحَدِّثُ عَنِ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيْدَ,عَنْ عَائِشَةَ,
أَنَّهَا قَالَتْ: مَاشَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ
خُبْزِ الشَّعِيْرِ يَوْمَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ حَتَّى قُبِضَ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Artinya:
Muhammad bin Al-Mutsanna dan Muhammad bin
Basysyar menceritakan kepada kami, keduanya berkata, Muhammad bin Ja’far
menceritakan kepada kami, ia berkata, Syu’bah menceritakan kepada kami, dari
Abu Ishaq, ia berkata, aku mendengar Abdurrahman bin Yazid menceritakan dari
Al-Aswad bin Yazid, dari Aisyah
ra, ia berkata, ‘Keluarga Nabi Saw tidak pernah kenyang makan roti dan sya’ir
(jelas gandum) sampai kenyang 2 hari berturut-turut hingga Rasulullah Saw wafat.’
HR Muslim
(22/2970) dari Muhammad bin AL-Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar. Lihat apa
yang diriwayatkan oleh Bukhari (5416)
8.
Hadits 157
حَدَّثَنَا مَحْمُوْدُ بْنُ غَيْلَانَ, قَالَ:
حَدَّثَنَا أَبُوْ أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ, وَ أَبُوْ نُعَيْمٍ, قَالَا:
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ, عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عِيْسَى, عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ
الشَّامِ, يُقَالُ: لَهُ عَطَاءٌ,عَنْ أَبِيْ أَسِيْدٍ, قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: كُلُوْاالزَّيْتَ, وَادَّهِنُوْا بِهِ, فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرَةٍ
مُبَارَكَةٍ.
Artinya:
Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada
kami, ia berkata, Abu Ahmad Az-Zubairi dan Abu Nu’aim menceritakan kepada kami,
keduanya berkata, Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abdullah bin Isa, dari
seorang penduduk Syam yang bernama Atha’, dari Abu Usaid, ia berkata,
Rasulullah Saw bersabda,
‘Makanlah minyak zaitun, dan gunakanlah ia sebagai minyak rambut. Karena minyak
itu berasal dari pohon yang diberkati’.
Shahih. HR At-Tirmidzi
di dalam Sunannya (1852) dengan sanad-sanadnya, Ad-Darimi di dalam Sunannya
(2052), Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak (3504) dari jalur Ahmad bin Mihran. Keduanya
_Ad-Darimi dan Ahmad bin Mihran_ meriwayatkan dari Abu Nu’aim. Diriwayatkan pula oleh Ahmad di dalam
Musnadnya (16097, 16098) dna An-Nasa’i di dalam Al-Kubra (6702). Kedua-duanya
meriwayatkan dari jalur Sufyan. Dishahihkan oleh Albani di dalam Shahih
Al-Jami’ (4498) dan Mukhtashar Asy-Syamail, dan ia hasankan di
dalam Shahih Al-Jami’ (18). Asy-Syeikh Al-Albani berkata di dalam Al-Misykah
(2126), “Hasan lighairihi”. Abu Isa (At-Tirmidzi) mengatakan, “Hadits ini
gharib dari jalur ini. Kami hanya mengetahuinya dari hadits Sufyan Ats-Tsauri
dari Abdullah bin Isa.” Al-Hakim mengatakan, “Hadits ini sanad-sanadnya shahih,
namun tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.” Adz-Dzahabi mengatakan shahih.
9.
Hadits 158
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوْسَى, قَالَ:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ, قَالَ: حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ, عَنْ زَيْدِ بْنِ
أَسْلَمَ, عَنْ أَبِيْهِ, عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ, قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: كُلُوْاالزَّيْتَ, وَادَّهِنُوْا بِهِ, فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرَةٍ
مُبَارَكَةٍ.
قَالَ أَبُوْ عِيْسَى: وَكَانَ عَبْدُ
الرَّزَّاقِ يَضْطَرِبُ فِيْ هَذَاالْحَدِيْثِ, فَرُبَمَا أَسْنَدَهُ, وَرُبَمَا أَرْسَلَهُ.
Artinya:
Yahya bin Musa menceritakan kepada kami,
ia berkata, Abdurrazzaq menceritakan kepada kami, ia berkata, Ma’mar
menceritakan kepada kami, dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, dari Umar bin
Khatthab, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Makanlah minyak zaitun, dan gunakan ia sebagai minyak
rambut. Karena minyak itu berasal dari pohon yang diberkahi.”
Abu Isa
berkata, “Abdurrazzaq idhthirab (tidak konsisten) dalam meriwayatkan hadits
ini. bisa jadi ia meng-isnad-kannya dan bisa jadi ia me-mursal-kannya.”
Shahih. HR
At-Tirmidzi dalam Sunannya (1851) dengan sanad-sanadnya, Abdu bin Humaid dalam
Musnadnya (13), Ibnu Majah (3319), dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (7142),
ketiganya meriwayatkan dari jalur Abdurrazzaq. Dishahihkan oleh Asy-Syeikh
Al-Albani dalam Shahih Al-Jami (4498) dan Mukhatashar Asy-Syamail, dan ia hasankan di dalam
Shahih Al-Jami’ (18). Asy-Syeikh Al-Albani berkata di dalam Al-Misykah (2126),
“Hasan lighairihi.” Abu Isa (At-Tirmidzi) mengatakan, “Hadits ini kami tidak
mengetahuinya kecuali dari hadits Abdurrazzaq dari Ma’mar. Abdurrazzaq
mengalami idhthirab dalam meriwayatkan hadits ini, terkadang ia menyebutkan
dari Umar dari Nabi Saw dan terkadang meriwayatkannya dengan ragu-ragu dan
mengatakan, ‘Perkiraan saya, diriwayatkan dari Umar, dari Nabi Saw.’ Atau ia
mengatakan ‘Dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, dari Nabi Saw secara mursal. Abu
Dawud Sulaiman bin Ma’bad menceritakan kepada kami, Abdurrazzaq menceritakan
kepada kami, dari Ma’mar, dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya dari Nabi Saw yang
semisal itu. Namun di dalam sanadnya ia tidak menyebutkan: dari Umar’.”
Asy-Syeikh
Al-Albani berkomentar mengenai 2 hadits tersebut -157 dan 158-, “Secara global,
hadits dengan terhimpunnya 2 jalur: jalur Umar dan jalur Abu Sa’id minimal
kondisinya naik ke derajat hasan lighairihi, wallahu a’lam. Dan cukuplah
keutamaan minyak zaitun firman Allah Swt dalam QS. An-Nur: 35.
Minyak zaitun memiliki manfaat-manfaat penting yang sebagiannya telah
disebutkan oleh Al-Alamah Ibnul Qayyim di dalam Zadul Ma’ad. (atau buku Thibbun
Nabawi yang juga karya Ibnul Qayyim, anassekuduk)
10.
Hadits 161
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ, قَالَ:
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ, عَنْ إِسْمَاعِيْلَ بْنُ أَبِيْ خَالِدٍ, عَنْ
حَكِيْمِ بْنِ جَابِرٍ, عَنْ أَبِيْهِ, قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَرَأَيْتُ عِنْدَهُ دُبَّاءً يُقَطَّعُ, فَقُلْتُ: مَاهَذَا؟
قَالَ: نُكَثِّرُ طَعَامَنَا.
Artinya:
Qutaibah bin Sa’id menceritakan kepada
kami, ia berkata: Hafsh bin Ghiyats menceritakan kepada kami, dari Ismail bin
Abi Khalid, dari Hakim bin Jabir, dari ayahnya, ia berkata: “Aku pernah menemui
Nabi Saw dan kulihat di sisi
beliau ada labu yang sudah dipotong-potong. Aku bertanya, ‘Apa itu?’ Beliau
menjawab: ‘Ini untuk memperbanyak makanan kami’.
Abu Isa
berkata: “”Jabir ini adalah Jabir bin Thariq, yang dipanggil dengan Ibnu Abi Thariq.
Dia adalah salah seorang sahabat Rasulullah Saw. Dan kami tidak mengetahui
hadits yang dimilikinya selain satu hadits ini. sedangkan Abu Khalid, nama
aslinya adalah Sa’ad.”
Shahih. Ahmad
dalam Musnadnya (19123,
19124), An-Nasa’i dalam Al-Kubra (6665), Ibnu
Majah (3304), dan Ath-Thabrani di dalam Al-Kabir
(2080). Kempatnya meriwayatkan dari jalur Ismail bin Abi Khalid. Di shahihkan
oleh Asy-Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ (6986) dan As-Silsilah
Ash-Shahihah (2400). Al-Bushairi berkata dalam Az-Zawaid, “Sanad-sanad
hadits ini shahih dan rijalnya tsiqah”
11.
Hadits 178
Al-Husain bin Muhammad AL-Bashri
menceritakan kepada kami, ia berkata Al-Fudhail bin Sulaiman menceritakan
kepada kami, ia berkata, Faid, maula Ubaidullah bin Ali bin Abi Rafi’, maula
Rasulullah Saw menceritakan
kepada kami, ia berkata, Ubaidullah bin Ali menceritakan kepadaku, dari
neneknya, Salma, bahwasanya Hasan bin Ali, Ibnu Abbas dan Ibnu Ja’far pernah
menemuinya seraya berkata, ‘Buatkanlah kami makanan yang disukai Rasulullah Saw
dan beliau menikmati ketika memakannya’. Salma berkata, ‘Wahai anak-anakku,
sekarang kalian tidak akan menyukainya’. Mereka berkata, ‘Benar, tapi buatkan
kami makanan itu’. Kemudian Salma berdiri dan mengambil gandum, lalu dimasak
dan diolah dalam periuk, lalu dituangkan sedikit minyak, dan beliau menumbuk
lada dan ketumbar lalu menyuguhkannya kepada mereka sembari berkata, ‘Inilah di
antara makanan yang disukai Rasulullah Saw dan beliau menikmati memakannya’.
Al-Haitsami
mengatakan, “Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan rijalnya rijal shahih selain
Fayid, maula Ibnu Rafi, maka ia tsiqah.”
12.
Hadits 182
حَدَّثَنَا مَحْمُوْدُ بْنُ غَيْلَانَ, قَالَ:
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ السِّرِيِّ, عَنْ سُفْيَانَ,
عَنْ طَلْهَةَ بْنِ يَحْيَى, عَنْ عَائِشَةَ بْنِ طَلْهَةَ, عَنْ عَائِشَةَ, أُمِّ
الْمُؤْمِنِيْنَ, قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَأْتِيْنِيْ فَيَقُوْلُ: أَعِنْدَكِ غَدَاءٌ؟ فَأَقُوْلُ: لَا. قَالَتْ: فَيَقُوْلُ: إِنِّي صَائِمٌ. قَالَتْ:
فَأَتَانِي يَوْمًا, فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, أُهْدِيَتْ لَنَا هَدِيَّةٌ, قَالَ: وَمَا
هِيَ؟ قُلْتُ: حَيْسٌ, قَالَ: أَمَا إِنِّيْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا, قَالَتْ: ثُمَّ
أَكَلَ.
Artinya:
Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada
kami, ia berkata, Bisyr bin As-Sari menceritakan kepada kami, dari Sufyan, dari
Thalhah bin Yahya, dari Aisyah binti Thalhah, dari Aisyah Ummul Mukminin, ia
berkata, “Nabi Saw pernah
datang ke rumahku sembari bertanya, ‘Apakah kamu menyimpan makanan?’ Aku
menjawab, “Tidak”. Lalu beliau berkata, ‘Kalau begitu aku berpuasa saja’. Pada
suatu hari beliau datang kepadaku dan aku katakan, ‘Wahai Rasulullah, kita
diberi hadiah’. Beliau bertanya, ‘Apa itu?’ Aku menjawab, ‘Makanan yang terbuat
dari mentega, kurma, dan tepung’. Beliau berkata, Aku tadi berpuasa’. Aisyah
berkata, ‘Kemudian beliau makan’.”
Shahih. Tirmidzi dalam Sunannya (734)
dan Muslim (1154)
dari jalur Thalhah bin Yahya.
13.
Hadits 190
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ الصَّبَاحِ
الْهَاشِمِيُّ الْبَصْرِيُّ, قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى, عَنْ مَعْمَرٍ,
عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ, عَنْ أَبِيْهِ, عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِيْ سَلْمَةَ, أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَ عِنْدَهُ طَعَامٌ, فَقَالَ: اُدْنُ يَا
بُنَيَّ, فَسَمِّ اللهُ تَعَالَى, وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ, وَكُلْ مَمَّا يَلِيْكَ.
Artinya:
Abdullah bin Ash-Shabah Al-Hasyimi
Al-Bashri menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdul A’la menceritakan kepada
kami, dari Ma’mar, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Umar bin Abi Salamah bahwasanya ia pernah
menemui Rasulullah Saw dan di sisi beliau ada makanan, maka beliau bersabda,
‘Mendekatlah, nak! Sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan
makanlah makanan yang dekat denganmu’.
Muttafaq
‘alaih. Bukhari (5376) dan Muslim (2022)
14.
Hadits 204
حَدَّثَنَا بْنُ أَبِيْ عُمَرَ, قَالَ:
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ, عَنْ مَعْمَرٍ, عَنِ الزُهْرِيِّ, عَنْ عُرْوَةَ, عَنْ
عَائِشَةَ, قَالَتْ: كَانَ أَحَبَّ الشَرَابِ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, الْحُلْوُ الْبَرِدُ.
Artinya:
Ibnu
Abi Umar menceritakan kepada kami, ia berkata, Sufyan menceritakan kepada kami,
dari Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah, ia berkata, “Minuman
yang paling disukai Rasulullah Saw adalah minuman yang manis dan dingin.”
Shahih.
Tirmidzi dalam Sunannya (1895) dengan sanad-sanadnya, Ahmad dalam Musnadnya (24146),
An-Nasa’i dalam Al-Kubra (6844),
dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (7200) dari jalur Sufyan. Dishahihkan oleh
Syeikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ (4627). Al-Hakim mengatakan, “Hadits ini
shahih menurut syarat Asy-Syaikhaini meski keduanya tidak meriwayatkannya. Akan tetapi menurut orang-orang Yaman
bukan dari Ma’mar. Penguatnya adalah hadits dari Hisyam bin Urwah dari
ayahnya.” Abu Isa (At-Tirmidzi) mengatakan, “Demikianlah yang diriwayatkan oleh
lebih dari satu rawi dari Ibnu Uyyainah dari Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah,
dari Aisyah. Dan yang shahih adalah apa yang diriwayatkan dari Az-Zuhri, dari Nabi
Saw secara mursal.”
15.
Hadits 210
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ, وَيُوْسُفُ
بْنُ حَمَّادٍ, قَالَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ بْنُ سَعِيْدٍ, عَنْ أَبِيْ
عِصَامَ, عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ, أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: كَانَ يَتَنَفَّسُ فِى
الإِنَاءِ ثَلَاثًا إِذَا شَرِبَ, وَيَقُوْلُ: هُوَ أَمْرَأُ, وَأَرْوَى.
Artinya:
Qutaibah bin Sa’id dan Yusuf bin Sa’ad
menceritakan kepada kami, keduanya berkata, Abdul Warits bin Sa’id menceritakan keoada kami, dari Abu Isham, dari Anas bin
Malik bahwa Nabi Saw apabila minum dari bejana, maka beliau mengambil nafas 3 kali, dan beliau bersabda, ‘Hal itu lebih melegakan dan lebih
mengenyangkan’.
Muslim (2028/123) dari jalur Abdul Warits bin Sa’id. Lihat apa yang diriwayatkan
Al-Bukhari (5631)
16.
Hadits 211
حَدَّثَنَاعَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ, قَالَ:
حَدَّثَنَاعِيْسَى بْنُ وَيُوْنُسَ,عَنْ رَشِيْدِ بْنِ كُرَيْبٍ, عَنْ أَبِيْهِ,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَانَ إِذَا شَرِبَ, تَنَفَّسَ مَرَّتَيْنِ.
Artinya:
Ali bin Khasyram menceritakan kepada
kami, Isa bin Yunus memberitakan kepada kami, dari Risydin bin Kuraib, dari
ayahnya, dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Saw apabila minum, maka beliau mengambil nafas 2 kali.
Dha’if. Tirmidzi
dalam Sunannya (1886) dengan sanad-sanadnya dan Ibnu Majah (3417) dari jalur Risydin bin Kuraib. Didha’ifkan oleh
Syeikh Al-Albani dalam Dha’if Al-Jami’ (4424) dan As-Silsilah Adh-Dha’ifah (4204). Abu Isa (At-Tirmidzi) mengatakan,
“Hadits ini gharib. Kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Risydin bin
Kuraib. Aku pernah bertanya kepada Abu Muhammad Abdullah bin Abdirrahman,
‘Apakah hadits dari Risydin bin Kuraib yang lebih kuat ataukah dari Muhammad
bin Kuraib?’ Ia menjawab, “Keduanya saling berdekatan dan Risydin bin Kuraib jauh
lebih rajih (kuat) menurutku. Dan aku bertanya kepada Muhammad bin Ismail
tentang ini, ia menjawab, ‘Muhammad bin Kuraib lebih rajih (kuat) dari Risydin
bin Kuraib.’ Perkataan yang lebih kuat menurutku adalah apa yang dikatakan oleh
Abu Muhammad Abdullah bin Abdirrahman bahwa Risydin bin Kuraib lebih rajih
(kuat) dan lebih tua, dia juga telah bertemu dengan Ibnu Abbas dan melihatnya.
Keduanya adalah saudara dan sama-sama memiliki hadits-hadits mungkar.”
17.
Hadits 221
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَلِيْفَةَ, وَعَمْرُو
بْنُ عَلِيَّ, قَالَا: حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ زُرَيْعٍ, قَالَ: حَدَّثَنَا
حَجَّاجٌ الصَّوَّافُ, عَنْ حَنَانٍ, عَنْ أَبِيْ عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ,
قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أُعْطِيَ أَحَدَكُمُ الرَّيْحَانَ فَلَا يَرُدُّهُ,
فَإِنَّهُ خَرَجَ مِنَ الْجَنَّةِ.
قَالَ أَبُوْ عِيْسَى: لَا نَعْرِفُ لِحَنَانٍ غَيْرَ
هَذَاالْحَدِيْثِ.
Artinya
Muhammad bin Khalifah dan Amru bin Ali
menceritakan kepada kami, keduanya berkata, Yazid bin Zurai’ menceritakan
kepada kami, ia berkata, Hajjaj Ash-Shawaf menceritakan kepada kami, dari Hanan, dari Abu Utsman An-Nahdi, ia
berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Apabila seorang dari kalian diberi raihan
(tumbuhan yang beraroma wangi), maka janganlah ia menolaknya, karena ia berasal
dari surga.”
Dha’if.
At-Tirmidzi dalam Sunannya (2791) dengan sanad-sanadnya. Didha’ifkan oleh
Syeikh Al-Albani dalam As-Silsilah Adh-Dha’ifah (764) dan
Dha’if Al-Jami’ (385).
Abu Isa (At-Tirmidzi) mengatakan, “Hadits ini gharib. Kami tidak mengetahuinya
kecuali dalam hadits ini. Sedangkan Abu Utsman An-Nahdi namanya adalah
Abdurrahman bin Mul. Ia menjumpai zaman Nabi Saw, namun tidak pernah melihat beliau dan mendengar dari
beliau.”
18.
Hadits 232
Hannad bin As-Sariy menceritakan kepada
kami, ia berkata, Abu Mu’awiyah menceritakan kepada kami, dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari
Abidah As-Salmaniy, dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Saw
bersabda, “Sungguh aku benar-benar mengetahui penduduk neraka yang paling akhir
masuk surga, yaitu seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan merangkak.
Lalu dikatakan kepadanya, ‘Berjalanlah dan masuklah ke surga’. Rasulullah
melanjutkan, ‘Ia pun berjalan untuk memasuki surga, tapi menjumpai manusia
telah menempati tempatnya masing-masing. Ia pun kembali dan berkata,’ Wahai
Rabbku, manusia (penduduk surga) telah menempati tempatnya masing-masing’. Maka
ia ditanya, ‘Apakah kamu ingat waktu kamu hidup di dunia?’ Ia menjawab, ‘Ya’.
Rasulullah melanjutkan, ‘Lalu dikatakan kepadanya, Beranganlah-anganlah.’ Ia pun
berangan-angan. Lalu dikatakan kepadanya, ‘Sungguh kamu mendapatkan apa yang
kamu angan-angankan, bahkan 10 kali lipat dari apa yang ada di dunia’. Ia
berkata, ‘Engkau mengejekku, padahal Engkaulah Sang Maharaja’. Abdullah bin
Mas’ud berkata, ‘Sungguh aku melihat Rasulullah Saw tertawa hingga terlihat
gigi gerahamnya.”
Muttafaq
‘alaih. Bukhari (6571), (7511) dan Muslim (186). Masing-masing meriwayatkannya
dari jalur Ibrahim. Hadits-hadits dengan sanad-sanadnya itu disebutkan dalam
Sunan At-Tirmidzi (2595).
19.
Hadits 238
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ, قَالَ:
حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ, عَنْ حُمَيْدٍ, عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ,
أَنَّ رَجُلًا اسْتَحْمَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ: إِنِّي حَامِلُكَ عَلَى وَلَدِ نَاقَةٍ, فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, مَا
أَصْنَعُ بِوَلَدِ نَاقَةٍ؟ فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَهَلْ
تَلِدُ الْإِبِلِ إِلَّاالنُّوْقُ؟
Artinya:
Qutaibah bin Sa’id menceritakan kepada
kami, ia berkata, Khalid bin Abdullah menceritakan kepada kami dari Humaid,
dari Anas bin Malik, bahwa
seorang laki-laki yang meminta Rasulullah Saw seekor binatang pengangkut. Maka
beliau berkata, ‘Aku berikan kepadamu anak unta.’ Laki-laki itu bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, apa yang bisa kuperbuat dengan anak unta?’ Beliau menjawab,
‘Bukankah ibil (anak unta) dilahirkan oleh unta betina?’
*di sini
Rasulullah mengatakan akan memberikan anak unta. Dalam pikiran lelaki ini,
Rasulullah Saw akan memberikan unta yang masih kecil untuk dikendarai sehingga
ia mengatakan bisa apa anak unta (unta yang masih kecil) jika akan dimanfaatkan
untuk mengangkut barang? Kemudian Rasulullah menjelaskan bahwa hakikatnya unta,
baik yang kecil maupun yang besar adalah sama-sama anak unta, yaitu dilahirkan
oleh unta betina- ansskd*
Shahih. At-Tirmidzi dalam Sunannya (1991)
dengan sanad-sanadnya. Ahmaddalam Musnadnya (13844),
Abu Daud (4988),
dan Al-Baihaqi dalam Al-Kubra (920957), ketiganya meriwayatkan dari jalur Khalid bin Abdullah.
Dishahihkan oleh Asy-Syeikh Al-Albani dalam Al-Misyakah (4886) dan Mukhtashar Asy-Syamail. Abu Isa
(At-Tirmidzi) mengatakan, “Hadits ini hasan shahih gharib”.
20.
Hadits 239
Ishaq bin Manshur menceritakan kepada
kami, ia berkata, Abdurrazzaq menceritakan kepada kami, ia berkata, Ma’mar
menceritakan kepada kami, dari Tsabit, dari Anas bin Malik bahwa ada seorang arab badui (pedalaman) namanya
Zahir, ia sering memberi hadiah kepada Nabi Saw yang ia bawa dari pedalaman.
Nabi pun selalu menyiapkan (sesuatu) untuknya jika akan kembali pulang. Beliau
Saw bersabda, “Zahir adalah orang pedalaman dan kita adalah orang kota*.”
Rasulullah Saw mencintainya. Ia (Zahir) adalah seorang lelaki yang tidak
tampan. Suatu hari Rasulullah Saw mendatanginya ketika ia sedang menjual
dagangannya (di pasar Madinah). Rasulullah Saw tiba-tiba mendekapnya dari
belakang. Ia pun bertanya, “Siapa ini? Lepaskan aku!” Kemudian ia menoleh ke
belakang dan ia bari tahu (jika yang mendekapnya adalah) Rasulullah Saw.
Mengetahui hal itu, ia pun tidak melepaskan punggungnya yang menempel pada dada
Rasulullah Saw.
يَقُوْلُ:
مَنْ يَشْتَرِيْ هَذَا الْعَبْدَ؟ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, إِذًا وَ اللهِ
تَجِدُنِيْ كَاسِدًا, فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَكِنْ
عِنْدَ اللهِ لَسْتَ بِكَاسِدٍ أَوْ قَالَ:
أَنْتَ عِنْدَ اللهِ غَالٍ
Lalu
Rasulullah Saw bersabda: “Siapa
yang mau membeli budak ini?” Ia menyahut, “Wahai Rasulullah, demi Allah, engkau
akan mendapatiku tidak laku.” Nabi pun bersabda, “Namun engkau di sisi Allah,
engkau bukan tidak laku.” Atau beliau Saw bersabda, “Tapi engkau mahal di sisi
Allah.”
Shahih. Ahmad
dalam Musnadnya (12669), Ibnu Hibban dalam Shahihnya (5790), Abu Ya’la dalam
Musnadnya (3456), dan Al-Baihaqi dalam Al-Kubra (17724),
(20961), ketiganya meriwayatkan dari
jalur Abdurrazzaq. Dishahihkan Syeikh Al-Albani dalam Mukhtashar Asy-Syamail.
21.
Hadits 240
Abdullah bin Humaid menceritakan kepada
kami, ia berkata, Mush’ab bin Al-Miqdam menceritakan kepada kami, ia berkata,
Al-Mubarak bin Fadhalah menceritakan kepada kami, dari Al-Hasan, ia berkata,
“Ada seorang nenek yang datang kepada Nabi Saw,
فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, ادْعُ اللهَ أَنْ
يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَ, فَقَالَ: يَا أُمَّ فُلَانٍ, إِنَّ الْجَنَّةَ لَا تَدْخُلَهَا عَجُوْزٌ, قَالَ: فَوَلَّتْ
تَبْكِيْ, فَقَالَ: أَخْبِرُوْهَا أَنَّهَا لَا تَدْخُلُهَا وَهِيَ عَجُوْزٌ. إِنَّ اللهَ تَعَالَى, يَقُوْلُ:
إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً, فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا, عُرُبًا
أَتْرَابًا.
lalu dia
berkata, ‘Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke
surga!’ Beliau menjawab, ‘Wahai Ummu Fulan, surga itu tidak akan dimasuki oleh
orang-orang tua renta’. Al-Hasan melanjutkan, ‘(Mendengar jawaban itu) maka si
nenek langsung berpaling dan menangis. Lalu beliau Saw bersabda (kepada para
sahabatnya), ‘Beritahukan kepadanya bahwa ia tidak akan memasuki surga
sementara ia tua renta, karena Allah berfirman, ‘Kami menciptakan mereka
(bidadari-bidadari itu) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka
perawan-perawan, yang penuh cinta dan sebaya umurnya’. (Al-Waqi’ah: 35-37)
Hasan. Dihasankan oleh Asy-Syeikh
Al-Albani dalam Mukhtashar Asy-Syamail.
22.
Hadits 243
Dari Jundub bin Sufyan Al-Bajali, ia
berkata, “Sebuah batu mengenai jari-jemari Rasulullah Saw hingga mengucurkan darah. Maka beliau bersyair,
هَلْ أَنْتِ إِلَّا أُصْبُعٌ دَمِيْتِ, وَفِيْ
سَبِيْلِ اللهِ مَا لَقِيْتِ.
‘Engkau hanyalah jari-jemari yang
berdarahh, dan di jalan Allah-lah apa yang engkau alami (terluka)’.
Muttafaq ‘alaih. Bukhari (6147)
dan Muslim (2256)
23.
Hadits 245
...suatu ketika dalam perang Hunain,
Rasulullah Saw pernah
bersyair
أَنَا النَّبِيُّ لَا كَذِبْ, أَنَا ابْنُ عَبْدِ
الْمُطَّلِبْ.
‘Aku adalah seorang nabi yang tidak
berdusta, dan aku adalah anak dari Abdul Muthalib.’
Bukhari (4315-4317) dan Muslim (1776)
24.
Hadits 261
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ, وَبِشْرُ
بْنُ مُعَاذٍ, قَالَا: حَدَّثَنَا اَبُوْ عَوَانَةَ, عَنْ زِيَادِ بْنِ عَلَاقَةَ,
عَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ, قَالَ
صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى انْتَفَخَتْ
قَدَمَاهُ, فَقِيْلَ لَهُ: أَتَكَلَّفُ هَذَا, وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ
مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا
تَأَخَّرَ؟ أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا.
Artinya:
Qutaibah bin Sa’id dan Bisyr bin Mu’adz
menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Awwanah menceritakan kepada kami, dari Ziyad bin
Ilaqah, dari Al-Mughirah bin Syu’bah, ia berkata, “Rasulullah Saw shalat malam
hingga kedua kakinya bengkak. Maka ditanyakan kepada beliau, ‘Mengapa Anda
terlalu memaksakan diri seperti ini, padahal Allah telah mengampuni dosa Anda
yang telah lampau dan yang akan datang?’ Beliau menjawab, ‘Tidak patutkah aku
menjadi hamba yang bersyukur?’”
Muttafaq
‘alaih. Bukhari (1130),
(4836)
dan Muslim (2819)
25.
Hadits 271
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مُوْسَى, قَالَ:
حَدَّثَنَا مَعْنٌ, قَالَ: حَدَّثَنَا مَالِكٌ, عَنِ ابْنِ شِهَابٍ, عَنْ
عُرْوَةَ, عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ يُصَلِّى مِنَ اللَّيْلِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً, يُوْتِرُ بِوَحِدَةٍ,
فَإِذَا فَرَغَ مِنْهَا, اضْطَجَعَ عَلَى شِقَّهِ الْأَيْمَنِ.
Artinya:
Ishaq bin Musa menceritakan kepada kami,
ia berkata, Ma’an menceritakan kepada kami, ia berkata, Malik menceritakan
kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari Urwah, dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah Saw biasa shalat malam 11
rakaat, satu rakaatnya adalah shalat witir. Apabila selesai shalat, beliau
berbaring (miring) di atas sisi tubuh bagian kanan.
Shahih.
At-Tirmidzi dalam Sunannya (440) dengan sanad-sanadnya dan Muslim (736)
dari jalur Malik.
26.
Hadits 326
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ, قَالَ:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ, قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ, عَنْ
عَاصِمِ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ, عَنِ الْقَاصِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ,عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبَّلَ عُثْمَانَ بْنَ
مَعْظُوْنٍ وَهُوَ مَيِّتٌ وَهُوَ يَبْكِي أَوْ قَالَ: عَيْنَاهُ تَهْرَاقَانِ.
Artinya:
Muhammad bin Basyar menceritakan kepada
kami, ia berkata, Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami, ia berkata,
Sufyan menceritakan kepada kami, dari Ashim bin Ubaidillah, dari Al-Qasim bin Muhammad,
dari Aisyah, bahwasanya
Rasulullah Saw mencium Utsman bin Mazh’un yang meninggal
dunia, dan beliau menangis. Atau ia juga mengatakan, “Kedua mata beliau
berlinangan air mata.”
Dha’if. At-Tirmidzi dalam Sunannya (989)
dengan sanad-sanadnya, Ahmad dalam Musnadnya (25753), dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (1334),
keduanya meriwayatkan dari Muhammad bin
Mahd, Abu Daud (3163),
Ibnu Majah (1456),
keduanya meriwayatkan dari jalur
Sufyan. Didha’ifkan oleh Asy-Syeikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ (693) dan Al-Misykah (1623). Abu
Isa (At-Tirmidzi) mengatakan, “Hadits Aisyah hadits hasan shahih”. Al-Hakim
mengatakan, “Hadits ini telah populer di kalangan para Imam Hadits. Hanya saja
Asy-Syaikhani tidak berhujjah dengan haditsnya Ashim bin Ubaidullah. Penguatnya
adalah hadits shahih yang telah dikenal, yaitu hadits Abdullah bin Abbas, Jabir
bin Abdillah dan Aisyah, bahwasanya Abu Bakar Ash-Shiddiq mencium Nabi Saw
tatkala beliau telah meninggal.”
27.
Hadits 371
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَبِيْ زِيَادٍ,
قَالَ: حَدَّثَنَا سَيَّارٌ, قَالَ: حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ أَسْلَمَ, عَنْ
يَزِيْدِ بْنِ أَبِيْ مَنْصُوْرٍ, عَنْ أَنَسٍ, عَنْ أَبِيْ طَلْهَةَ, قَالَ:
شَكَوْنَا إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, الْجُوْعَ
وَرَفَعْنَا عَنْ بُطُوْنِنَا, عَنْ حَجَرٍ, فَرَفَعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بُطْنِهِ عَنْ حَجَرَيْنِ.
قَالَ أَبُوْ عِيْسَى: هَذَا حَدِيْثٌ غَرِيْبٌ مِنْ
حَدِيْثِ أَبِيْ طَلْهَةَ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ, وَمَعْنَى
قَوْلِهِ: وَرَفَعْنَا عَنْ بُطُوْنِنَا عَنْ حَجَرٍ حَجَرٍ, كَانَ أَحَدُهُمْ
يَشُدُّ فِيْ بَطْنِهِ الْحَجَرَ مِنَ الْجُهْدِ وَالضَّعْفِ الَّذِي بِهِ مِنَ
الْجُوْعِ.
Artinya:
Abdullah bin Abi Ziyad menceritakan
kepada kami, ia berkata, Sayyar menceritakan kepada kami, ia berkata, Sahl bin
Aslam menceritakan kepada kami, dari Yazid bin Abi Manshur, dari Anas, dari Abu
Thalhah, ia berkata, “Kami para sahabat pernah mengadukan rasa lapar kepada
Rasulullah Saw,
dan kami mengganjal perut kami dengan satu batu-satu batu. Namun Rasulullah Saw mengganjal perut beliau dengan dua batu.”
Abu Isa
berkata, “Ini adalah hadits gharib dari hadits Abu Thalhah.
Kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini. Maksud dari perkataanya, ‘Dan
kami mengganjal perut kami dengan satu batu-satu batu’, yakni salah seorang
dari mereka mengikatkan sebuah batu pada perutnya karena kepayahan dan
kelemahan karena lapar.
Dha’if. At-Tirmidzi dalam Sunannya (2371)
dengan sanad-sanadnya. Didhaifkan oleh Asy-Syeikh Al-Albani dalam Dha’if Sunan
At-Tirmidzi dan Mukhtashar Asy-Syamail. Abu Isa (At-Tirmidzi) mengatakan,
“Hadits ini gharib. Kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini.”
28.
Hadits 378
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيْعٍ, قَالَ:
حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ, قَالَ: حَدَّثَنَا زَكَرِيَّا بْنُ إِسْحَاقَ,
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِيْنَارٍ, عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ, قَالَ: مَكَثَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَكَّةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ سَنَةً
يُوْحَى إِلَيْهِ, وَبِالْمَدِيْنَةِ عَشْرًا, وَهُوَ تُوُفِّيَ وَهُوَ ابْنُ
ثَلَاثَ سِنِيْنَ.
Artinya:
Ahmad bin Mani’ menceritakan kepada kami,
ia berkata, Rauh bin Ubadah menceritakan kepada kami, ia berkata, Zakaria bin
Ishaq menceritakan kepada kami, ia berkata, Amru bin Dinar menceritakan kepada
kami, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah Saw tinggal di Mekah setelah diberi wahyu (menjadi
nabi) selama 13 tahun, sedangkan di Madinah selama 10 tahun dan beliau wafat pada usia 63 tahun.”
Muttafaq ‘alaih. Bukhari (3851)
dan Muslim (2351)
29.
Hadits 382
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ, وَ
مُحَمَّدُ بْنُ أَبَانَ, قَالاَ: حَدَّثَنَا مُعَاذُ هِشَامٍ, قَالَ: حَدَّثَنِيْ
أَبِيْ, عَنْ قَتَدَةَ, عَنِ الْحَسَنِ, عَنْ دَغْفَلِ بْنِ حَنْظَلَةَ: أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُبِضَ وَهُوَ ابْنُ خَمْسٍ
وَسِتِّيْنَ.
قَالَ أَبُوْ عِيْسَى: وَ
دَغْفَلِ, لَا نَعْرِفُ لَهُ سَمَاعًا مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ, وَكَانَ فِيْ زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Artinya:
Muhammad bin Basysyar dan Muhammad bin
Abban menceritakan kepada kami, keduanya berkata, Mu’adz bin Hisyam
menceritakan kepada kami, ia berkata, ayahku menceritakan kepadaku, dari
Qatadah, dari Al-Hasan, dari Daghfal bin Hanzhalah bahwasanya Nabi Saw meninggal pada usia 65 tahun.
Abu Isa
berkata, “Daghfal tidak kami ketahui mendengar dari Nabi Saw, dan di masa Nabi
Saw adalah seorang laki-laki biasa.”
Dha’if. Didha’ifkan oleh Asy-Syeikh
Al-Albani dalam Mukhtashar Asy-Syamail. Lafalnya syadz karena menyelisihi riwayat 6 tahun yang telah disepakati berdasarkan
pendapat jumhur ulama, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar.
30.
Hadits 394
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أبِيْ عُمَرَ, قَالَ:
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ, عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ, عَنْ
أَبِيْهِ, قَالَ: قُبِضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ
الْإِثْنَيْنِ فَمَكَثَ ذَالِكَ الْيَوْمَ وَلَيْلَةَ الثُّلَاثَاءِ, وَدُفِنَ
مِنَ اللَّيْلِ, وَ قَالَ سُفْيَانُ: وَ
قَالَ غَيْرُهُ: يُسْمَعُ صَوْتُ الْمَسَاحِيْ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ.
Artinya:
Muhammad bin Abi Umar menceritakan kepada
kami, ia berkata, Sufyan bin Uyainah menceritakan kepada kami, dari Ja’far bin
Muhammad, dari ayahnya, ia berkata. “Rasulullah Saw wafat pada Senin. Jasad beliau masih disemayamkan
pada hari Senin dan malam Selasa. Beliau dikebumikan pada Selasa malam, dan
dimakamkan pada malam hari.” Sufyan dan yang
lainnya berkata, “Suara cangkul (penggali kubur) masih terdengar pada akhir
malam.”
Shahih. Sanad-sanadnya mursal. Ibnu Sa’ad dalam
Ath-Thabaqat Al-Kubra (2/73)
dari hadits Ali bin Abi Thalib. Dishahihkan oleh asy-Syeikh Al-Albani dalam
Mukhtashar Asy-Syamail.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar