Jumat, 26 Juni 2020

KONSEP KHUTBAH: Beberapa Keadaan Kaum Muslimin dalam Ibadah dan Kehidupannya.


KONSEP KHUTBAH 

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَالَّرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوااللهَ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. 
 
Alhamdulillahirabbil’alamin, marilah kita bersyukur kepada Allah Swt atas segala nikmatNya pada kita hingga saat ini. Shalawat dan salam moga selalu tercurah kepada baginda Nabi kita, Muhammad Saw, ahli keluarga dan para sahabat beliau. Mengawali khutbah ini, khatib berpesan, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya.
Kali ini, khatib akan menyampaikan khutbah dengan tema: Beberapa Keadaan Kaum Muslimin dalam Ibadah dan Kehidupannya.  
Kaum muslimin, jamaah jumat rahimakumullah.....
Hakikat tujuan penciptaan manusia ialah pertama dan paling utama sebagai hamba Allah, dan kedua ialah sebagai khalifah di muka bumi ini. Dalam menjalankan kedua perannya tersebut, masing-masing orang tentunya memiliki kadar yang berbeda-beda. Ibnu Qudamah dalam bukunya “Minhajul Qashidin”, membagi kadar rutinitas ibadah seorang muslim menjadi beberapa bagian:
1.       Ahli Ibadah, mereka ini biasanya fokus menekuni rutin ibadah yang khusus dan juga sudah tidak terlalu tergantung atau terganggu dengan kebutuhan serta kesibukan duniawi.
2.     Para Alim atau Orang Ahli Ilmu, mereka ini lebih banyak dan lebih baik memberi manfaat kepada orang lain lewat menyampaikan fatwa, mengajar, menulis, atau memberi nasihat.
3.     Pelajar atau Penuntut Ilmu. Bagi mereka belajar atau memperdalam penguasaan ilmu adalah lebih baik setelah menunaikan ibadah fardhu, dan lebih baik daripada menyibukkan diri dengan dzikir dan shalat sunnah.
4.    Waliyul amri, yang termasuk golongan ini misalnya para pemimpin, penguasa, hakim, para pejabat yang menangani urusan kaum muslimin dan masyarakat luas. Aktivitas mereka melayani masyarakat luas, selama itu untuk keselamatan dan kesejahteraan ramai, dilakukan secara ikhlas dan profesional, lebih utama dibandingkan menenggelamkan diri dalam ibadah khusus yang sunnat dan berskala pribadi. Setelah menunaikan ibadah fardhu, mengurus kepentingan orang ramai adalah lebih utama bagi mereka. Setelah itu, mereka bisa melakukan ibadah sunnat lainnya semisal dzikir khusus atau shalat sunnat atau lainnya. Hal ini sesuai dengan kadar prioritas dan kemampuan masing-masing.
5.      Pekerja atau masyarakat umum. Yaitu mereka yang perlu bekerja sebagai mata pencaharian dan menghidupi keluarganya. Mereka tidak perlu menenggelamkan diri dalam ibadah sunnat sehingga menelantarkan keluarga atau kehilangan masa untuk mencari nafkah. Tetapi mereka harus bekerja. Selama rezeki yang didapat dari sumber yang halal, dibelanjakan pula ke jalan yang halal, kerja ini juga dihitung sebagai ibadah. Bukankah mencari penghidupan yang halal adalah perintah Allah? Bukankah dengan memenuhi perintah Allah tersebut sudah menunjukkan diri sebagai hamba yang patuh kepada aturan Tuhannya? Tentang hal ini, Rasulullah Saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطٌّ خَيْرٌا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ. (رواه البخاري) 
“Tidaklah sekali-kali seseorang makan makanan yang lebih baik daripada makan dari kerja tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud juga makan dari kerja tangannya sendiri.” (HR. Bukhari)
Ibnu Abbas ra berkata: “Adam menjadi petani, Nuh menjadi tukang kayu, Idris menjadi penjahit, Ibrahim dan Luth menjadi petani, Shalih menjadi pedagang, Daud menjadi pandai besi, Musa, Syuaib dan Muhammad menjadi penggembala.” Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan bahwa Zakaria adalah seorang tukang kayu.
Abu Sulaiman Ad-Darani berkata: “Ibadah menurut pandangan kami  bukan berarti engkau membuat kedua kakimu kepayahan dan orang lain menjadi payah karena melayanimu. Tetapi mulailah dengan mengurus adonan rotimu, setelah itu beribadahlah.
Demikianlah keadaan setiap orang yang berbeda antara satu sama lain. Hal ini berpengaruh terhadap pola dan rutinitas ibadah yang dapat dilakukannya.
Jamaah Jumat Rahimakumullah, adalah penting pula untuk selalu melakukan evaluasi atas amalan kita. Untuk itu dapatlah kita merujuk tips-tips untuk memantau keadaan diri dari Ibnul Qayyim.
Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله  berkata: "Hendaknya mulai dari perkara-perkara yang wajib, apabila menjumpai kekurangan maka berusahalah untuk menutupnya. Kemudian perkara-perkara yang di­larang, jika sadar bahwa dirinya pernah menger­jakan yang haram maka tamballah dengan taubat, istighfar dan perbuatan baik yang bisa menghapus dosa. Kemudian introspeksi diri terhadap perkara yang melalaikan dari tujuan hidup ini. Jika sela­ma ini banyak lalai, maka hilangkanlah kelalaian tersebut dengan banyak dzikir, menghadap Allah عزّوجلّ. Kemudian introspeksi diri terhadap anggota badan, ucapan yang keluar dari lisan, langkah kaki yang diayunkan, pandangan mata yang dilihat, telinga dalam hal yang didengarkan. Tanyakan­lah dalam diri, apa yang saya inginkan dengan ini, untuk siapa saya kerjakan dan bagaimana saya mengerjakannya."1
Jamaah Jumat Rahimakumullah, berikut ini khatib mengutip beberapa amalan ringan yang dapat kita laksanakan akan tetapi memiliki bobot ganjaran yang besar di sisi Allah. Semoga bisa menjadi bekal pulang untuk diajarkan atau diamalkan oleh kita masing-masing.
Pertama, keutamaan bershalawat.
Sabda Nabi Saw,
أَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ.
‘Perbanyaklah oleh kalian membaca shalawat atasku pada hari dan malam Jumat.’” (Diriwayatkan oleh Baihaqi)[1]
Abdullah bin Amr bin Ash ra, pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda,
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“Barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat (memberikan rahmat) kepadanya 10 kali.” (Diriwayatkan Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, Tirmidzi)[2]
Ibnu Mas’ud ra meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,
أَوْلَى النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً
“Manusia yang paling berhak (mendapat syafaatku dan paling dekat majelisnya) denganku pada hari Kiamat adalah manusia yang paling banyak membaca shalawat atasku.”(Diriwayatkan Tirmidzi)[3]
Kedua, Beberapa Amalan Hari Jumat
Salman al-Farisi ra meriwayatkan bahwa Nabi Saw telah bersabda,
“Tidaklah seseorang mandi pada hari Jumat dan membersihkan bagian anggota tubuh kemudian dia bersisir dan memakai wewangian lalu ia pergi ke masjid tanpa memisahkan di antara dua orang yang telah duduk, kemudian mengerjakan shalat sunnah serta mendengarkan imam di waktu berkhotbah, melainkan akan diampuni dosa-dosanya antara Jumat itu dengan Jumat berikutnya.” (Diriwayatkan Bukhari)[4]
Keutamaan Shalat Dhuha
Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan dari Buraidah bahwa Rasulullah Saw bersabda,
فِى الْإِنْسَانِ سِتُّوْنَ وَثَلَاثَمِائَةِ مَفْصَلِ, عَلَيْهِ عَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصَلِ مِنْهَا صَدَقَةٌ...
“Di dalam tubuh manusia terdapat 360 persendian. Ia harus menyedekahi setiap persendian itu.”
Para sahabat bertanya, “Siapa yang dapat melakukannya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Memendam ludah (membersihkan kotoran) yang ada di dalam masjid (merupakan sedekah) dan menyingkirkan aral dari jalanan (juga sedekah). Jika tidak dapat melakukannya, maka ia cukup mengerjakan 2 rakaat shalat Dhuha.” (Diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad)[5]
Keutamaan Shalat Sunat Qabliyah Subuh
Di antara amalan nan ringan lainnya yang amat sangat tinggi nilainya ialah shalat sunnah fajar (shalat sunat sebelum Subuh). Rasulullah Saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا.
“Dua rakaat (shalat sunnah) fajar lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (diriwayatkan Abu Dawud, Ahmad, Baihaqi dan Ath-Thahawi)[6]
a.    Keutamaan Membaca Tasbih
قَالَ : أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ
جُلَسَائِهِ، كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ قَالَ: يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيْحَةٍ،
فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيْئَةٍ.
“Rasulullah Saw bersabda: “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan 1.000 kebaikan tiap hari?” Salah seorang di antara yang duduk bertanya: “Bagaimana di antara kita bisa memperoleh 1.000 kebaikan (dalam sehari)?” Rasul bersabda: “Hendaklah dia membaca 100 tasbih, maka ditulis 1.000 kebaikan baginya atau 1.000 kejelekannya dihapus.” (HR. Muslim 4/2073)[7]
b.    Membebaskan 10 budak dari keturunan Isma’il
Bukhari-Muslim meriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari ra, dari Nabi Saw bahwa beliau bersabda: ”Barang siapa yang membaca:
[لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ]
(Tiada tuhan kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kekuasaan dan segala pujian. Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu) sebanyak 10 kali, maka seolah dia telah memerdekakan 4 orang budak dari keturunan Isma’il.[8]
c.    Tasbih yang Menghapus Dosa Sebanyak Buih Lautan
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ لَهُ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
“Rasulullah Saw bersabda: ‘Barang siapa membaca: [سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ] (Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya), dalam sehari sebanyak 100 kali, maka dosa-dosanya akan dihapus meski sebanyak buih di lautan.” (HR. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah)[9]

d.    Bertanam Kurma di Surga
                Jabir ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,
        مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ، غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang mengucapkan kalimat:
[سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ]
(Mahasuci Allah, Mahaagung, dan dengan memuji-Nya), maka sebuah pohon kurma ditanam di surga untuknya.” (HR. Tirmidzi)[10]
       








Khutbah Kedua....
اَلْحَمْدُللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدِ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَر. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ الْغُرَر. فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ تَعَلَى: اِنَّا اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ  يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ, وَالْمُسْلِمِيْنِ وَالْمُسْلِمَات, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَات, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات. رَبَّنَا    بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. فَيَا عِبَادَ اللهَ, اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَان وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّروْنَ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ



[1] Fiqh Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, Penerbit: Pundi Aksara: Jakarta, hlm. 577
[2] Ibid., hlm. 519
[3] Ibid., hlm. 519
[4] Fiqh Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, Penerbit: Pundi Aksara: Jakarta, hlm. 580
[5] Fiqh Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, Penerbit: Pundi Aksara: Jakarta, hlm. 377
[6] Fiqh Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, Penerbit: Pundi Aksara: Jakarta, hlm. 328
[7] Hisnul Muslim, Said bin Ali Qathani E-Book
[8] Ringkasan Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi, Peringkas Syaikh Yusuf An-Nabhani, Penerbit: Irsyad Baitus Salam: Bandung, 178
[9] Ibid, h. 178-179
[10] Fiqh Sunnah Jilid 2, Sayyid Sabiq, Penerbit: Pundi Aksara: Jakarta, hlm. 450

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH

                اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ ب...