40 Cara Mengatasi Masalah
Bismillah, rekan pengunjung blog
anassekuduk yang berbahagia, tulisan kali ini kami kutipkan dari buku tulisan Abdul Malik Al-Qasim. Sebenarnya
sebagaimana judulnya, buku ini membahas empat puluh poin. Akan tetapi kami
hanya mengutip beberapa saja yang menurut kami munasabah atau menarik di saat
ketika rangkuman ini dituliskan. Semoga bermanfaat bagi kita semua, juga moga
menjadi amal jariyah buat penulis buku ini. selamat membaca dan mencerna. Iqra’
bismirabbikalladzi khalaq......
Banyak Berdoa dan Merendahkan Diri
kepada Allah Swt
Allah Swt berfirman:
وَمَاأَصَابَكُمْ
مِنْ مُصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu,
maka adalah disebabkan oleh perbuatanmu tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan
sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (As-Syuara: 30)
Muhammad bin Sirin ketika punya
utang yang banyak, sehingga membuatnya bersedih, berkata: “Sesungguhnya aku
mengetahui penyebab kesedihan ini diakibatkan karena dosa yang pernah kulakukan
sejak 40 tahun yang silam.”
Berapa banyak kelalaian yang telah kita lakukan terhadap Allah dan betapa
banyak dosa-dosa dan kemaksiatan yang telah kita lakukan, namun Allah tetap
menyayangi kita dan banyak mengampuni dosa-dosa kita. Oleh karena itu, saat
musibah datang menimpa, hendaklah kita menjadikannya sebagai momen untuk pulang
dan kembali ke jalan Allah, karena sesungguhnya Allah Swt menerima
taubat hamba-hamba-Nya dan banyak memaafkan kesalahan-kesalahan. Tidaklah
sekali-kali musibah datang menimpa, melainkan karena dosa yang telah dilakukan;
dan tidaklah sekali-kali musibah dilenyapkan, melainkan berkat taubat.
Sabar
....Menurut Ibnu Rajab bahwa
perbedaan antara ridha dan sabar ialah sebagai berikut:
Sabar adalah melawan hawa nafsu
dan menekannya agar tidak emosi meskipun merasa sakit, dan menyertakan harapan
agar hal itu lenyap, serta mencegah semua anggota tubuh untuk tidak mengikuti
kemauan emosi.
Adapun ridha ialah kelapangan
dada dan kelegaannya terhadap qadha’ tanpa mengharapkan lenyapnya rasa sakit.
Meskipun hal itu dirasakan, namun ridha yang telah meresap di dalam kalbu dapat meringankannya berkat ruh dan
pengetahuan. Bahkan manakala ridha yang ada di dalam kalbu semakin kuat,
adakalanya rasa sakit yang menimpa kalbu dapat dilenyapkan sama sekali.
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa
seandainya dunia ini bukan negeri cobaan, niscaya dunia tidak akan mengalami
berbagai macam penyakit dan hal-hal yang mengeruhkannya, dan niscaya kehidupan
di dunia tidak terasa sempit oleh para nabi dan orang terpilih.
·
Nabi Adam as tiada hentinya
mengalami cobaan sampai keluar dari dunia.
· Nabi Nuh as
menangis selama 300 tahun.
· Nabi Ibrahim as menghadapi kobaran api besar dan
diuji untuk menyembelih anaknya.
· Nabi Ya’qub as menangis sehingga matanya menjadi
buta.
· Nabi Musa as menghadapi Fir’aun dengan penuh penderitaan
dan mengalami berbagai cobaan dari kaumnya.
· Isa ibnu Maryam as tiada tempat bernaung baginya,
selain hanya hutan belantara dan berada dalam penghidupan yang sempit.
·
Nabi Muhammad Saw menghadapi pahitnya kefakiran dengan
penuh kesabaran; Hamzah, pamannya sebagai kerabat yang paling dicintainya
terbunuh, dan kaumnya bersikap antipati terhadap dirinya.
Dan banyak lagi contoh kisah
dari nabi-nabi dan para wali. Benarlah apa yang dikatakan oleh seorang penyair:
Dunia ini memang diciptakan
penuh dengan onak dan duri
sedangkan Anda menginginkannya
bersih
dari berbagai kotoran dan
kekeruhan
Kesabaran di sini tidak berarti sekedar kemampuan
menahan tekanan musibah dan mereguk kepahitan serta penderitaannya, kesabaran
di sini menuntut adanya penyelesaian dan penyusunan kembali semua masalah
secara teratur. Adakalanya kesabaran dalam menanggulangi musibah dapat
direalisasikan dengan berdoa kepada Allah Swt. Adakalanya kesabaran dapat
direalisasikan dengan pendidikan dan pergaulan yang baik. Adakalanya pula hal
itu dapat direalisasikan dengan kembali kepada pasangan dan bersikap istiqamah,
dan demikianlah seterusnya.
Menanggapi Musibah Menurut Kadarnya dan Tidak Membesar-besarkannya
Sebagian dari apabila mengalami
suatu perkara atau tertimpa musibah, dunia ini terasa gelap olehnya, dan ia
mengira hal itu merupakan akhir dari dunia. Padahal, terkadang seseorang
membenci sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan di dalamnya kebaikan yang
banyak. Allah Swt berfirman:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
“Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (Al-Baqarah: 216)
Aku teringat kepada seorang
pemuda Mesir yang pernah kuwawancarai, sementara di kampung tempat tinggalnya
telah terjadi kekacauan, fitnah dan pembunuhan. Pemuda itu mengatakan: “Allah
telah merahmatiku, karena ternyata aku dipenjara beberapa hari sebelum kejadian
itu dan keluar dari penjara sesudah satu minggu kemudian dalam keadaan selamat
dan sehat. Namun ternyata yang kujumpai bahwa keadaan sebagian dari temanku
begitu mengherankan, yang seorang meninggal dunia, yang lain divonis masuk
penjara dalam waktu lama, yang lainnya mengalami kelumpuhan, dan sebagainya.
Aku memuji Allah Swt dan aku mengetahui bahwa penjara lebih kasihan kepadaku
daripada kejadian yang dialami oleh selainku seandainya aku ada bersama
mereka.”
Diriwayatkan dari Syuraih yang
telah menceritakan: “Sesungguhnya aku pernah tertimpa suatu musibah, namun aku
memuji kepada Allah 4 kali
karenanya dan aku bersyukur kepada-Nya. Ternyata musibah itu tidak lebih besar
dari semestinya, sebab Allah telah menganugerahiku kesabaran terhadapnya, dan Allah
memberiku taufiq untuk beristirja’ kepada-Nya demi mengharapkan pahala
dari-Nya, dan lagi karena musibahku itu bukan menimpa agamaku.”
Banyak Istighfar dan Membaca Doa-doa yang Dituntunkan
مَنْ
أَكْثَرَ مِنَ الْاِسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرْجًا
وَ مِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ
“Barang siapa yang banyak beristighfar,
niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dari setiap kesulitan, jalan
keluar dari setiap kesempitan, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak
disangka-sangkanya.” (HR. Abu Dawud)
Dahulu bila Nabi Saw mendapat
suatu kesulitan, beliau mengucapkan doa berikut:
يَاحَيُّ
يَاقَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
“Wahai Yang Mahahidup lagi terus-menerus
mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan.”
Menurut hadits shahih lainnya,
adalah Nabi Saw bila mendapat kesedihan atau kesusahan, beliau mengucapkan doa
berikut:
يَاحَيُّ
يَاقَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ اللهُ رَبِّيْ لَاأُشْرِكُ بِهِ
“Wahai Yang Mahahidup lagi terus-menerus
mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan. Allah adalah
Rabb-ku, aku tidak mempersekutukan-Nya.” (Shahihul Jami’: 4791)
Sehubungan dengan doa untuk
melenyapkan kesusahan dan kesedihan, ada sebuah hadits yang menyebutkan:
اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ مَاضٍ
فِيْ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيْ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَلَكَ سَمَّيْتَ
بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ
أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ
رَبِيْعَ قَلْبِيْ وَنُوْرَ صَدْرِيْ وَجِلَاءَ حُزْنِيْ وَذَهَابَ همِّيْ
“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah
hamba-Mu, anak hamba laki-laki dan hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada dalam
genggaman kekuasaan-Mu; hukum-Mu berlaku atas diriku, dan adil belakalah
keputusan-Mu kepadaku. Aku memohon kepada-Mu dengan (menyebut) nama-Mu yang
Engkau namakan diri-Mu dengannya atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau
yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari kalangan makhluk-Mu atau yang Engkau
simpan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, mohon kiranya Engkau jadikan
Al-Qur’an sebagai kebahagiaan hatiku, cahaya dadaku, pelenyap kesedihanku, dan
penghilang kesusahanku.”
Doa untuk melunaskan utang
disebutkan oleh Nabi Saw melalu sabdanya yang mengatakan:
اَللَّهُمَّ
اكْفِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Ya Allah,
berilah aku kecukupan dengan rezeki halal-Mu agar terhindarkan dari rezeki yang
Engkau haramkan, dan berilah aku kekayaan dari karunia-Mu agar tidak meminta
kepada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah
Saw telah bersabda dalam doanya:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ
الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ
الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ
“Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan, kesedihan, kelemahan,
kemalasan, kekikiran, sifat pengecut, utang yang banyak, dan tertekan oleh
orang lain.” (HR. Muslim, 4/1729)
Beliau juga
mengajari doa bila menghadapi suatu urusan yang sulit, yaitu:
اَللَّهُمَّ لَاسَهْلَ إِلَّامَاجَعَلْتَهُ
سَهْلَا وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا
“Ya Allah,
tiada kemudahan kecuali apa yang Engkau buat mudah, dan Engkau dapat menjadikan
semua hal yang sulit menjadi mudah jika Engkau menghendakinya.” (HR. Abu
Dawud)
Tidak Mempedulikan Gangguan Orang Lain
Sungguh indah ungkapan Imam
Syafi’i yang mana beliau berkata:
“Barang siapa mengira bahwa dirinya terhindar
dari pergunjingan orang lain, maka dia adalah orang gila. Mereka (orang
Nasrani, edt) mengatakan: ‘Allah adalah salah satu dari yang tiga.’ Mereka
(orang kafir, edt) juga mengatakan tentang Nabi Muhammad Saw bahwa beliau
adalah seorang penyihir dan seorang pendusta. Maka terlebih lagi dengan pihak
yang lebih rendah dari keduanya, pasti dapat Anda bayangkan.”[1]
Kedudukan Rabb saja tidak luput
dari pergunjingan; begitu pula dengan kedudukan kenabian. Maka terlebih lagi
dengan pembicaraan orang lain tentang Anda. Oleh karena itu, dianjurkan agar
Anda sering membaca doa berikut:
اَللَّهُمَّ
اكْفِنِيْهِمْ بِمَاشِئْتَ
“Ya Allah, hindarkanlah aku dari gangguan
mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.”
Bersegera Mengerjakan Shalat
Silakan rekan pengunjung lihat
sendiri Al-Baqarah: 45 untuk lebih
meresap dalam hati.
Dahulu Rasulullah Saw pernah mengatakan dalam sabdanya:
أَرِحْنَا
بِالصَّلَاةِ يَابِلَالُ
“Hai Bilal, hiburlah (rehatkanlah) daku
dengan shalat.”
Bergembira dengan Pahala yang Besar
Silakan rekan pengunjung
merujuk Az-Zumar: 10 dan resapi makna kandungannya.
....ketika Ummu Ibrahim,
seorang wanita ahli ibadah, memukul hewan kendaraannya, lalu tanpa sengaja
justru mengenai kakinya sendiri dan mengakibatkan patah tulang, lalu
orang-orang datang seraya mengucapkan belasungkawa kepadanya, maka Ummu Ibrahim
mengatakan: “Seandainya tidak ada musibah dunia, niscaya kita akan datang dalam
keadaan rugi.”
Manakala terompah Umar bin
Khattab ra terputus, ia berisitirja’ dan mengatakan: “Segala sesuatu yang
menyusahkanmu adalah musibah.”
Ibnu Abid Dun-ya mengatakan
bahwa dahulu mereka mengharapkan sakit demam semalam agar dapat menjadi
penghapus dosa-dosa yang telah lalu.
Memelihara Nikmat Allah
Termasuk hal yang dapat
meringankan musibah seseorang ialah bila ia merasakan nikmat-nikmat Allah Swt
yang ada pada dirinya. Kini ia masih bisa shalat, beristighfar, dan puasa, dan
ia masih dapat berjalan dengan kedua kakinya, sedangkan orang lain mengalami
kelumpuhan. Ia juga masih mempunyai dua tangan dan sepasang mata, sedangkan
orang lain kedua tangannya lumpuh atau kedua matanya buta; demikianlah
seterusnya.
Salah seorang ulama salaf
mengatakan bahwa mengingat nikmat-nikmat Allah dapat mewariskan kecintaan kita
kepada Allah. Seorang laki-laki terkejut ketika melihat pada tangan Muhammad
ibnu Wasi’ terdapat luka bernanah. Maka Muhammad ibnu Wasi’ mengatakan
kepadanya: “Segala puji bagi Allah, karena luka ini bukan pada bagian lidahku
dan bukan pula pada mataku.”
Seorang laki-laki datang kepada
Yunus ibnu Ubaid, lalu ia mengadukan kepadanya mengenai kondisi ekonomi dan
kehidupannya yang sempit, sehingga hal tersebut membuatnya bersedih. Maka Yunus
ibnu Ubaid mengatakan kepadanya: “Apakah kamu senang bila matamu ditukar dengan
100 dinar?” Ia menjawab: “Tidak mau.” Yunus bertanya lagi: “Apakah kamu suka
bila pendengaranmu ditukar dengan sekian?” Ia menjawab: “Tidak mau.” Yunus
bertanya: “Apakah kamu suka jika lidahmu ditukar dengan sekian?” Ia menjawab:
“Tidak mau.” Yunus bertanya lagi: “Bagaimana bila akalmu ditukar dengan
sekian?” Ia menjawab: “Tidak mau.” Lalu Yunus menyebutkan kepada laki-laki itu
beberapa nikmat Allah yang ada pada dirinya, kemudian Yunus berkata: “Kulihat
pada dirimu terdapat 200 ribu dinar, namun kamu masih mengeluh tentang
kemiskinanmu.”
Sesungguhnya manusia apabila
mengingat nikmat-nikmat Allah Swt di samping musibah yang menimpa dirinya,
niscaya akan terasa ringan musibah itu baginya, dan hal itu akan mendorongnya
untuk beryukur kepada Tuhan yang telah memberinya banyak nikmat dan musibah
yang ringan.
Tidak Membiarkan Masalah Menyita Seluruh Waktu Anda
Tidak diragukan lagi bahwa
problema yang Anda alami cukup parah dan besar sebagaimana yang Anda kira,
namun hal ini bukan segala sesuatunya. Karena itu, jangan sampai ia mengambil
segala sesuatu dari Anda; dan jangan sampai problema itu menyita sebagian besar
waktu dan pemikiran Anda, sehingga membuat diri Anda terjerumus ke dalam
problema lain, yaitu terbengkalainya urusan lain dan menambahkan kekhawatiran
dan kegoncangan pada diri Anda.
Tempatkanlah problema itu pada
kedudukan yang semestinya dan tunaikanlah semua pekerjaan Anda sebagaimana
biasanya. Bahkan jadikanlah bagi Anda tambahan waktu untuk merehatkan jiwa Anda
dengan menemui para kenalan dan teman-teman, sehingga Anda dapat mengembalikan
kelapangan dan kegembiraan yang telah hilang dari diri Anda.
Memperhatikan Keadaan Orang Lain
Kadang memperhatikan orang lain
yang memiliki masalah sama dapat meringankan penderitaan yang dirasakan. Kadang
kita temukan orang yang memiliki masalah yang hampir atau malah sangat mirip
dengan yang kita alami. Jika ia kemudian bisa menyelesaikan masalah tersebut,
tidak ada salahnya untuk belajar atau menempuh jalan penyelesaian yang
diambilnya.
Atau misalnya, dengan melihat
orang yang masalahnya lebih parah dan berat daripada kita. Hal ini dapat
membuat hati kita sedikit terhibur bahwa keadaan kita lebih baik dan masalah
kita lebih ringan darinya. Menyadari bahwa kita tidak sendirian dalam
menghadapi masalah, adakalanya sedikit memberikan kelegaan pada diri, bahwa
kita sebenarnya masing-masing menempuh ujian dengan beragam bentuk dan
tingkatannya.
Membiarkan Waktu dan Zaman Berlalu
29-06-2019, Pantai Haji Sani, Paloh |
Waktu merupakan bagian dari pengobatan, bahkan adakalanya waktu semata dapat dijadikan sebagai obat. Hari-hari berlalu bagaikan awan; dan malam-malam berjalan tidak pernah berhenti. Yang meninggal dilupakan; wanita yang diceraikan menikah lagi; anak yang kecil tumbuh menjadi besar; dan sang ibu terhibur dengan bayi yang disusuinya; dan hanya kepada Allah diminta pertolongan.
Maka biarkanlah hari-hari
berlalu, dan carilah amal shalih yang dapat mendekatkan diri Anda kepada Allah
sedekat-dekatnya, karena sesungguhnya hari-hari memegang perannya, dan nafas
terus bekerja sampai ajalnya. Selanjutnya, datanglah penghapus kesenangan
membawa kalbu yang penuh dengan kesusahan, akal yang lelah dengan pemikiran,
kemudian datanglah pembalasan dan perhitungan. Sesungguhnya kita adalah
kepunyaan Allah dan hanya kepada-Nyalah kita dikembalikan.
Petanda Kebahagiaan Seorang Hamba
Syekh Abdur Rahman As-Sa’di
mengatakan bahwa pertanda kebahagiaan seorang hamba ialah bila ia ikhlas kepada
Tuhan yang disembahnya dan mau berupaya untuk memberi manfaat kepada orang
lain.
Walhamdulillahi rabbil
‘alamin....sekian, salam takzim, anassekuduk.
Selesai: 23 Juni 2020, 16.20 wib.
[1]
Saya jadi teringat salah satu ucapan Ust. Don Daniyal Biyajid tentang qaul Imam
Syafi’i ini. Alhamdulillah di buku ini, saya menemukan penguatan secara
referensi dari isi ceramah beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar