Kamis, 25 Juni 2020

40 Cara Mengatasi Masalah [Bunga Rampai]


40 Cara Mengatasi Masalah

Bismillah, rekan pengunjung blog anassekuduk yang berbahagia, tulisan kali ini kami kutipkan dari buku  tulisan Abdul Malik Al-Qasim. Sebenarnya sebagaimana judulnya, buku ini membahas empat puluh poin. Akan tetapi kami hanya mengutip beberapa saja yang menurut kami munasabah atau menarik di saat ketika rangkuman ini dituliskan. Semoga bermanfaat bagi kita semua, juga moga menjadi amal jariyah buat penulis buku ini. selamat membaca dan mencerna. Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq......




Banyak Berdoa dan Merendahkan Diri kepada Allah Swt
Allah Swt berfirman:
وَمَاأَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatanmu tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (As-Syuara: 30)
Muhammad bin Sirin ketika punya utang yang banyak, sehingga membuatnya bersedih, berkata: “Sesungguhnya aku mengetahui penyebab kesedihan ini diakibatkan karena dosa yang pernah kulakukan sejak 40 tahun yang silam.”
Berapa banyak kelalaian yang telah kita lakukan terhadap Allah dan betapa banyak dosa-dosa dan kemaksiatan yang telah kita lakukan, namun Allah tetap menyayangi kita dan banyak mengampuni dosa-dosa kita. Oleh karena itu, saat musibah datang menimpa, hendaklah kita menjadikannya sebagai momen untuk pulang dan kembali ke jalan Allah, karena sesungguhnya Allah Swt menerima taubat hamba-hamba-Nya dan banyak memaafkan kesalahan-kesalahan. Tidaklah sekali-kali musibah datang menimpa, melainkan karena dosa yang telah dilakukan; dan tidaklah sekali-kali musibah dilenyapkan, melainkan berkat taubat.

     Sabar
....Menurut Ibnu Rajab bahwa perbedaan antara ridha dan sabar ialah sebagai berikut:
Sabar adalah melawan hawa nafsu dan menekannya agar tidak emosi meskipun merasa sakit, dan menyertakan harapan agar hal itu lenyap, serta mencegah semua anggota tubuh untuk tidak mengikuti kemauan emosi.
Adapun ridha ialah kelapangan dada dan kelegaannya terhadap qadha’ tanpa mengharapkan lenyapnya rasa sakit. Meskipun hal itu dirasakan, namun ridha yang telah meresap di dalam  kalbu dapat meringankannya berkat ruh dan pengetahuan. Bahkan manakala ridha yang ada di dalam kalbu semakin kuat, adakalanya rasa sakit yang menimpa kalbu dapat dilenyapkan sama sekali.
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa seandainya dunia ini bukan negeri cobaan, niscaya dunia tidak akan mengalami berbagai macam penyakit dan hal-hal yang mengeruhkannya, dan niscaya kehidupan di dunia tidak terasa sempit oleh para nabi dan orang terpilih.
·      Nabi Adam as tiada hentinya mengalami cobaan sampai keluar dari dunia.
·      Nabi Nuh as menangis selama 300 tahun.
·      Nabi Ibrahim as menghadapi kobaran api besar dan diuji untuk menyembelih anaknya.
·      Nabi Ya’qub as menangis sehingga matanya menjadi buta.
·      Nabi Musa as menghadapi Fir’aun dengan penuh penderitaan dan mengalami berbagai cobaan dari kaumnya.
·      Isa ibnu Maryam as tiada tempat bernaung baginya, selain hanya hutan belantara dan berada dalam penghidupan yang sempit.
·      Nabi Muhammad Saw menghadapi pahitnya kefakiran dengan penuh kesabaran; Hamzah, pamannya sebagai kerabat yang paling dicintainya terbunuh, dan kaumnya bersikap antipati terhadap dirinya.
Dan banyak lagi contoh kisah dari nabi-nabi dan para wali. Benarlah apa yang dikatakan oleh seorang penyair:
Dunia ini memang diciptakan
penuh dengan onak dan duri
sedangkan Anda menginginkannya bersih
dari berbagai kotoran dan kekeruhan
Kesabaran di sini tidak berarti sekedar kemampuan menahan tekanan musibah dan mereguk kepahitan serta penderitaannya, kesabaran di sini menuntut adanya penyelesaian dan penyusunan kembali semua masalah secara teratur. Adakalanya kesabaran dalam menanggulangi musibah dapat direalisasikan dengan berdoa kepada Allah Swt. Adakalanya kesabaran dapat direalisasikan dengan pendidikan dan pergaulan yang baik. Adakalanya pula hal itu dapat direalisasikan dengan kembali kepada pasangan dan bersikap istiqamah, dan demikianlah seterusnya.

     Menanggapi Musibah Menurut Kadarnya dan Tidak Membesar-besarkannya
Sebagian dari apabila mengalami suatu perkara atau tertimpa musibah, dunia ini terasa gelap olehnya, dan ia mengira hal itu merupakan akhir dari dunia. Padahal, terkadang seseorang membenci sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan di dalamnya kebaikan yang banyak. Allah Swt berfirman:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (Al-Baqarah: 216)
Aku teringat kepada seorang pemuda Mesir yang pernah kuwawancarai, sementara di kampung tempat tinggalnya telah terjadi kekacauan, fitnah dan pembunuhan. Pemuda itu mengatakan: “Allah telah merahmatiku, karena ternyata aku dipenjara beberapa hari sebelum kejadian itu dan keluar dari penjara sesudah satu minggu kemudian dalam keadaan selamat dan sehat. Namun ternyata yang kujumpai bahwa keadaan sebagian dari temanku begitu mengherankan, yang seorang meninggal dunia, yang lain divonis masuk penjara dalam waktu lama, yang lainnya mengalami kelumpuhan, dan sebagainya. Aku memuji Allah Swt dan aku mengetahui bahwa penjara lebih kasihan kepadaku daripada kejadian yang dialami oleh selainku seandainya aku ada bersama mereka.”
Diriwayatkan dari Syuraih yang telah menceritakan: “Sesungguhnya aku pernah tertimpa suatu musibah, namun aku memuji kepada Allah 4 kali karenanya dan aku bersyukur kepada-Nya. Ternyata musibah itu tidak lebih besar dari semestinya, sebab Allah telah menganugerahiku kesabaran terhadapnya, dan Allah memberiku taufiq untuk beristirja’ kepada-Nya demi mengharapkan pahala dari-Nya, dan lagi karena musibahku itu bukan menimpa agamaku.”

     Banyak Istighfar dan Membaca Doa-doa yang Dituntunkan
مَنْ أَكْثَرَ مِنَ الْاِسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرْجًا وَ مِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ
“Barang siapa yang banyak beristighfar, niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dari setiap kesulitan, jalan keluar dari setiap kesempitan, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (HR. Abu Dawud)
Dahulu bila Nabi Saw mendapat suatu kesulitan, beliau mengucapkan doa berikut:
يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
“Wahai Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan.”
Menurut hadits shahih lainnya, adalah Nabi Saw bila mendapat kesedihan atau kesusahan, beliau mengucapkan doa berikut:
يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ اللهُ رَبِّيْ لَاأُشْرِكُ بِهِ
“Wahai Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan. Allah adalah Rabb-ku, aku tidak mempersekutukan-Nya.” (Shahihul Jami’: 4791)
Sehubungan dengan doa untuk melenyapkan kesusahan dan kesedihan, ada sebuah hadits yang menyebutkan:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ مَاضٍ فِيْ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيْ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَلَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ وَنُوْرَ صَدْرِيْ وَجِلَاءَ حُزْنِيْ وَذَهَابَ همِّيْ
“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki dan hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada dalam genggaman kekuasaan-Mu; hukum-Mu berlaku atas diriku, dan adil belakalah keputusan-Mu kepadaku. Aku memohon kepada-Mu dengan (menyebut) nama-Mu yang Engkau namakan diri-Mu dengannya atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari kalangan makhluk-Mu atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, mohon kiranya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai kebahagiaan hatiku, cahaya dadaku, pelenyap kesedihanku, dan penghilang kesusahanku.”
Doa untuk melunaskan utang disebutkan oleh Nabi Saw melalu sabdanya yang mengatakan:
                  اَللَّهُمَّ اكْفِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki halal-Mu agar terhindarkan dari rezeki yang Engkau haramkan, dan berilah aku kekayaan dari karunia-Mu agar tidak meminta kepada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah Saw telah bersabda dalam doanya:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan, kesedihan, kelemahan, kemalasan, kekikiran, sifat pengecut, utang yang banyak, dan tertekan oleh orang lain.” (HR. Muslim, 4/1729)
Beliau juga mengajari doa bila menghadapi suatu urusan yang sulit, yaitu:
اَللَّهُمَّ لَاسَهْلَ إِلَّامَاجَعَلْتَهُ سَهْلَا وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا
“Ya Allah, tiada kemudahan kecuali apa yang Engkau buat mudah, dan Engkau dapat menjadikan semua hal yang sulit menjadi mudah jika Engkau menghendakinya.” (HR. Abu Dawud)

     Tidak Mempedulikan Gangguan Orang Lain
Sungguh indah ungkapan Imam Syafi’i yang mana beliau berkata:
“Barang siapa mengira bahwa dirinya terhindar dari pergunjingan orang lain, maka dia adalah orang gila. Mereka (orang Nasrani, edt) mengatakan: ‘Allah adalah salah satu dari yang tiga.’ Mereka (orang kafir, edt) juga mengatakan tentang Nabi Muhammad Saw bahwa beliau adalah seorang penyihir dan seorang pendusta. Maka terlebih lagi dengan pihak yang lebih rendah dari keduanya, pasti dapat Anda bayangkan.”[1]
Kedudukan Rabb saja tidak luput dari pergunjingan; begitu pula dengan kedudukan kenabian. Maka terlebih lagi dengan pembicaraan orang lain tentang Anda. Oleh karena itu, dianjurkan agar Anda sering membaca doa berikut:
اَللَّهُمَّ اكْفِنِيْهِمْ بِمَاشِئْتَ
“Ya Allah, hindarkanlah aku dari gangguan mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.”

     Bersegera Mengerjakan Shalat
Silakan rekan pengunjung lihat sendiri Al-Baqarah: 45 untuk lebih meresap dalam hati.
Dahulu Rasulullah Saw pernah mengatakan dalam sabdanya:
أَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ يَابِلَالُ
“Hai Bilal, hiburlah (rehatkanlah) daku dengan shalat.”

     Bergembira dengan Pahala yang Besar
Silakan rekan pengunjung merujuk Az-Zumar: 10 dan resapi makna kandungannya.
....ketika Ummu Ibrahim, seorang wanita ahli ibadah, memukul hewan kendaraannya, lalu tanpa sengaja justru mengenai kakinya sendiri dan mengakibatkan patah tulang, lalu orang-orang datang seraya mengucapkan belasungkawa kepadanya, maka Ummu Ibrahim mengatakan: “Seandainya tidak ada musibah dunia, niscaya kita akan datang dalam keadaan rugi.”
Manakala terompah Umar bin Khattab ra terputus, ia berisitirja’ dan mengatakan: “Segala sesuatu yang menyusahkanmu adalah musibah.”
Ibnu Abid Dun-ya mengatakan bahwa dahulu mereka mengharapkan sakit demam semalam agar dapat menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu.
 
     Memelihara Nikmat Allah
Termasuk hal yang dapat meringankan musibah seseorang ialah bila ia merasakan nikmat-nikmat Allah Swt yang ada pada dirinya. Kini ia masih bisa shalat, beristighfar, dan puasa, dan ia masih dapat berjalan dengan kedua kakinya, sedangkan orang lain mengalami kelumpuhan. Ia juga masih mempunyai dua tangan dan sepasang mata, sedangkan orang lain kedua tangannya lumpuh atau kedua matanya buta; demikianlah seterusnya.
Salah seorang ulama salaf mengatakan bahwa mengingat nikmat-nikmat Allah dapat mewariskan kecintaan kita kepada Allah. Seorang laki-laki terkejut ketika melihat pada tangan Muhammad ibnu Wasi’ terdapat luka bernanah. Maka Muhammad ibnu Wasi’ mengatakan kepadanya: “Segala puji bagi Allah, karena luka ini bukan pada bagian lidahku dan bukan pula pada mataku.”
Seorang laki-laki datang kepada Yunus ibnu Ubaid, lalu ia mengadukan kepadanya mengenai kondisi ekonomi dan kehidupannya yang sempit, sehingga hal tersebut membuatnya bersedih. Maka Yunus ibnu Ubaid mengatakan kepadanya: “Apakah kamu senang bila matamu ditukar dengan 100 dinar?” Ia menjawab: “Tidak mau.” Yunus bertanya lagi: “Apakah kamu suka bila pendengaranmu ditukar dengan sekian?” Ia menjawab: “Tidak mau.” Yunus bertanya: “Apakah kamu suka jika lidahmu ditukar dengan sekian?” Ia menjawab: “Tidak mau.” Yunus bertanya lagi: “Bagaimana bila akalmu ditukar dengan sekian?” Ia menjawab: “Tidak mau.” Lalu Yunus menyebutkan kepada laki-laki itu beberapa nikmat Allah yang ada pada dirinya, kemudian Yunus berkata: “Kulihat pada dirimu terdapat 200 ribu dinar, namun kamu masih mengeluh tentang kemiskinanmu.”
Sesungguhnya manusia apabila mengingat nikmat-nikmat Allah Swt di samping musibah yang menimpa dirinya, niscaya akan terasa ringan musibah itu baginya, dan hal itu akan mendorongnya untuk beryukur kepada Tuhan yang telah memberinya banyak nikmat dan musibah yang ringan.
   
     Tidak Membiarkan Masalah Menyita Seluruh Waktu Anda
Tidak diragukan lagi bahwa problema yang Anda alami cukup parah dan besar sebagaimana yang Anda kira, namun hal ini bukan segala sesuatunya. Karena itu, jangan sampai ia mengambil segala sesuatu dari Anda; dan jangan sampai problema itu menyita sebagian besar waktu dan pemikiran Anda, sehingga membuat diri Anda terjerumus ke dalam problema lain, yaitu terbengkalainya urusan lain dan menambahkan kekhawatiran dan kegoncangan pada diri Anda.
Tempatkanlah problema itu pada kedudukan yang semestinya dan tunaikanlah semua pekerjaan Anda sebagaimana biasanya. Bahkan jadikanlah bagi Anda tambahan waktu untuk merehatkan jiwa Anda dengan menemui para kenalan dan teman-teman, sehingga Anda dapat mengembalikan kelapangan dan kegembiraan yang telah hilang dari diri Anda.

     Memperhatikan Keadaan Orang Lain
Kadang memperhatikan orang lain yang memiliki masalah sama dapat meringankan penderitaan yang dirasakan. Kadang kita temukan orang yang memiliki masalah yang hampir atau malah sangat mirip dengan yang kita alami. Jika ia kemudian bisa menyelesaikan masalah tersebut, tidak ada salahnya untuk belajar atau menempuh jalan penyelesaian yang diambilnya.
Atau misalnya, dengan melihat orang yang masalahnya lebih parah dan berat daripada kita. Hal ini dapat membuat hati kita sedikit terhibur bahwa keadaan kita lebih baik dan masalah kita lebih ringan darinya. Menyadari bahwa kita tidak sendirian dalam menghadapi masalah, adakalanya sedikit memberikan kelegaan pada diri, bahwa kita sebenarnya masing-masing menempuh ujian dengan beragam bentuk dan tingkatannya.  

     Membiarkan Waktu dan Zaman Berlalu
29-06-2019, Pantai Haji Sani, Paloh

Waktu merupakan bagian dari pengobatan, bahkan adakalanya waktu semata dapat dijadikan sebagai obat. Hari-hari berlalu bagaikan awan; dan malam-malam berjalan tidak pernah berhenti. Yang meninggal dilupakan; wanita yang diceraikan menikah lagi; anak yang kecil tumbuh menjadi besar; dan sang ibu terhibur dengan bayi yang disusuinya; dan hanya kepada Allah diminta pertolongan.
Maka biarkanlah hari-hari berlalu, dan carilah amal shalih yang dapat mendekatkan diri Anda kepada Allah sedekat-dekatnya, karena sesungguhnya hari-hari memegang perannya, dan nafas terus bekerja sampai ajalnya. Selanjutnya, datanglah penghapus kesenangan membawa kalbu yang penuh dengan kesusahan, akal yang lelah dengan pemikiran, kemudian datanglah pembalasan dan perhitungan. Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan hanya kepada-Nyalah kita dikembalikan.

     Petanda Kebahagiaan Seorang Hamba 
Syekh Abdur Rahman As-Sa’di mengatakan bahwa pertanda kebahagiaan seorang hamba ialah bila ia ikhlas kepada Tuhan yang disembahnya dan mau berupaya untuk memberi manfaat kepada orang lain.

Walhamdulillahi rabbil ‘alamin....sekian, salam takzim, anassekuduk.
Selesai: 23 Juni 2020, 16.20 wib.


[1] Saya jadi teringat salah satu ucapan Ust. Don Daniyal Biyajid tentang qaul Imam Syafi’i ini. Alhamdulillah di buku ini, saya menemukan penguatan secara referensi dari isi ceramah beliau.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH

                اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ ب...