TIPS
MEMBIASAKAN ANAK SHALAT
[Kutipan
dari Buku: “92 Cara Mudah Membiasakan Anak Shalat, Hana’ binti Abdul Aziz
ash-Shunai, cet.IV, 2012”]
Keikhlasan
Anda di dalam membiasakan anak-anak Anda untuk shalat, ketulusan untuk mencari Wajah Allah
Swt dan negeri akhirat akan memancarkan kekuatan-kekuatan yang ada pada diri Anda
dan menjadikan Anda seperti gunung yang tidak goyah oleh terpaan angin dan
perubahan iklim terhadap anak-anak Anda.
Bangunlah
keyakinan pada diri mereka bahwasanya malaikat maut bisa datang kapan
saja.
Bekerjasamalah
dengan tetangga-tetangga Anda. Ajak anak-anak mereka ke masjid pada suatu suatu waktu, dan
pada kesempatan lain mereka mengajak anak-anak Anda ke masjid. Adakanlah
perjanjian (untuk mengajak) anak-anak mereka shalat di masjid saat orang tua
mereka tidak di rumah, dan mintalah mereka mengajak anak-anak Anda ke masjid
saat anak-anak Anda ke masjid saat Anda tidak di rumah, atau saat mereka
melihat anak-anak Anda bermain di jalanan di waktu shalat.
Bila
Anda mengajarkan firman Allah Swt:
اَلَمْ
يَعْلَمْ بِاَنَّ اللهَ يَرَى (العلق: ١٤)
“Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya
Allah melihat segala perbuatannya.” (Al-Alaq: 14), pada anak-anak Anda, maka dia akan
shalat meskipun Anda tidak berada di dekatnya. Ini berarti bahwa Anda
menumbuhkan pengawasan pribadi pada anak Anda dengan cara menumbuhkan ibadah
ikhlas untuk Allah Swt semata, sehingga anak Anda tidak shalat karena takut
kepada Anda, tapi karena cinta, mengagungkan, senang dan takut karena Allah Swt.
Jangan sampai Anda termasuk orang tua yang membiasakan anak atas dasar
pengawasan Anda, sementara Anda berkeyakinan telah menanamkan ilahiyah pada
diri anak-anak Anda, sehingga anak-anak Anda hanya mau mengerjakan shalat saat
di hadapan Anda. Ini merupakan kesalahan fatal dalam mendidik anak. Untuk itu,
senantiasalah menghubungkan mereka dengan Allah Swt, bukan dengan Anda.
Jangan
menampakkan rasa putus asa dalam memperbaiki anak di hadapannya, karena itu
akan menguatkan keengganan anak, sebagaimana berputus asa dari Rahmat Allah Swt adalah
sikap berburuk sangka kepadaNya yang menafikan kesempurnaan tauhid. Ibnu Qayyim
Al-Jauziyah berkata, “Barang siapa berputus asa dari rahmat Allah Swt berarti
dia telah berburuk sangka kepadaNya.”
Wahai ayah
yang sering bepergian dalam suatu pekerjaan, perjalanan, terbaring di rumah
sakit atau karena perceraian! Awasi anak-anak Anda melalui telepon agar mereka
merasa betapa pentingnya shalat. Sebagian orang tua yang mendapat taufiq dari Allah
Swt, saat bepergian untuk suatu pekerjaan dan semacamnya, dia menghubungi
anak-anaknya, berbicara dengan masing-masing mereka secara langsung dan
bertanya tentang shalat mereka.
Dahulukan
masalah-masalah akhirat atas masalah dunia dalam segala kondisi dan kesempatan,
agar anak Anda terbiasa bahwa tidak ada persaingan di antara keduanya.
Menunaikan shalat pada waktunya lebih penting daripada melaksanakan tugas-tugas
sekolah, mendapatkan 1 rakaat itu lebih utama daripada bermain sepak bola, dan
memelihara waktu-waktu shalat itu lebih penting daripada menjaga hubungan
dengan teman, berbincang-bincang dengan teman melalui telepon atau menonton
acara televisi.
Silakah
meng-hajr (dengan mendiamkan dan bersikap acuh kepada) anak bila hal itu
berguna dan membawa manfaat, namun bila tidak berguna, maka jangan dilakukan.
Berkomunikasilah
dengan pihak sekolah dan bekerjasamalah dengan para guru agar mereka sering
menjelaskan pentingnya shalat dan hukuman bagi yang tidak shalat, dengan menanyakan murid-murid
apakah mereka selalu menjaga shalat. Apa susahnya bagi guru untuk bertanya pada
3 orang setiap harinya secara tersendiri, “Apa
engkau sudah shalat Subuh hari ini?”
Apakah anak
Anda melelahkan Anda saat membangunkannya untuk shalat?
Jangan sampai...!
Ada banyak solusi yang bisa Anda
coba bersama anak Anda
·
Berbicara dengan
lembut.
·
Menepuk punggung
dan mengusap kepalanya.
·
Sampaikan kabar
gembira padanya agar mau bangun dan kantuknya hilang, misalnya, “Hari ini kamu
akan pergi ke.....”, “Di hari ini si fulan akan datang ke.....”, “Kamu berhasil
dalam....”, “Fulan menghubungimu.....”.
·
Biarkan anak Anda
tidur kembali, kemudian datangi lagi setelah 5 menit, 3 menit dan seterusnya bila waktu
shalat masih lama.
·
Matikan AC.
·
Nyalakan lampu.
·
Percikkan air di mukanya bila
diperlukan.
·
Doakan anak-anak Anda dengan
mengucapkan, “Bangunlah, semoga Allah melapangkan dadamu,” dan semisalnya.
·
Tanamkan rasa cinta dan takut,
buatlah anak Anda ingat pada Allah Swt, misalnya dengan mengatakan, “Shalat itu
cahayamu di kuburmu”, “Bangunlah nak, yang ada di akhirat nanti hanya surga
atau neraka.”
·
Tarik selimutnya, dan mulailah
menggoyang tubuhnya dengan lembut dengan memanggilnya.
·
Berikan jam weaker dengan suara
adzan untuk anak-anak Anda.
·
Jangan ucapkan, “Bangun,
sekolah!” tapi ucapkanlah, “Bangun, shalat Subuh!”
·
Mesralah dan candailah (dengan
cara positif) anak Anda di saat membangunkannya untuk shalat, dengan membacakan
ayat-ayat berkenaan dengan shalat, hadits atau syair. Cara ini sangat manjur
dan mujarab, dengan catatan Anda mengingatkan mereka dengan ayat-ayat Al-Qur’an
dan hadits-hadits dengan rasa khusyu’ serta merenungi maknanya. Artinya,
benar-benar dari lubuk hati Anda.
·
Berilah penghargaan kepada anak
atau saudaranya yang membantu untuk bangun shalat.
·
Terakhir, bila cara-cara
tersebut melelahkan Anda (tidak berhasil), silahkan Anda memukul (pukulan yang
mendidik) anak Anda yang telah mencapai usia 10 tahun. Anda memukul mereka
karena Anda menyayangi mereka, agar tubuh mereka tidak terbakar di neraka
Jahannam.
Wahai ayah,
Anda memiliki wibawa di dalam diri anak-anak Anda yang mungkin tidak dimiliki
seorang ibu saat Anda berada di rumah. Perintahkan mereka untuk shalat (oleh Anda)
secara langsung, dan jangan bebankan seluruh tugas kepada ibu sendirian.
Wahai kedua
orangtua! Janganlah salah satu dari kalian mengandalkan yang lain dalam
mendidik anak-anak untuk shalat, sebab masing-masing dari kalian menanggung
beban taklif secara tersendiri, dan Allah Swt akan bertanya apa yang Anda
lakukan? Bukan apa yang dilakukan orang lain. Untuk itu, persiapkanlah jawaban
untuk pertanyaan ini.
Sebagian ayah berkata, “Ibu mereka tidak
peduli dan meninggalkan tugasnya.” Sementara sebagian ibu bertutur, “Ayah
mereka tidak membantuku dan melalaikan amanah.” Namun alasan ini tidak akan
diterima di hadapan Allah Swt.
Berharaplah
pahala dari Allah Swt di dalam mendidik anak Anda untuk shalat, dan untuk
menunjukkan kebaikan kepada anak Anda. Rasulullah Saw bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ.
“Barang siapa yang menunjukkan suatu
kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
melakukannya.” (HR. Muslim)
Coba
perhatikan, berapa kali anak Anda shalat dalam hidupnya? Dan bagaimana pula
bila Anda memiliki beberapa anak? Berapa banyak kebaikan-kebaikan yang akan
mendatangi Anda 5 kali sehari? Itu belum termasuk shalat-shalat rawatib dan
nafilah.
Pada permulaan membiasakan anak
untuk shalat, sebaiknya hadiah diberikan secara langsung dari setiap shalat wajib
yang dilaksanakannya. Hadiah bisa berupa permen dan semacamnya. Selanjutnya,
hadiah bisa diberikan per hari bila anak menunaikan kewajiban 5 waktu secara
keseluruhan. Saat anak Anda mulai mampu memelihara shalat karena dorongan
sendiri, maka hadiah bisa diberikan per pekan, selanjutnya per bulan sesuai
dengan kondisi yang tepat menurut Anda. Hadiah diberikan secara proporsional,
dan anak perlu diingatkan bahwa shalat adalah taklif ilahi (kewajiban dari
Allah Swt).
Kaitkan antara cinta dan marah Anda
terhadap anak-anak Anda dengan pemeliharaan shalat yang dilakukan anak-anak Anda.
Anak yang paling Anda cintai dan paling dekat kepada Anda adalah yang mau
shalat, dan minimnya cinta berdasarkan kemalasan anak Anda dalam mengerjakan
shalat. Cara ini banyak dilakukan orang tua untuk (tujuan meraih) prestasi
sekolah, namun shalat lebih utama untuk cara tersebut.
Saat Anda meninggalkan
anak-anak Anda atau sebaliknya, kirimkan SMS (pesan singkat) ke Hpnya untuk
mengingatkan shalat saat tiba waktunya, dengan kata-kata indah dan menyentuh.
Beritahukan kepada mereka bahwa
shalat tidak gugur meski dalam kondisi perang, takut, dan sakit. Ajarkan shalat
khauf kepada mereka, dan kalau bukan karena pentingnya shalat, tentu kewajiban
shalat gugur bagi orang yang tengah berperang dan orang sakit, lalu bagaimana
dengan orang yang sehat dan aman (tidak dalam perang)?!
Pujian objektif untuk anak Anda
saat berada di dekat kerabat, seperti kakek, paman, dan anak-anak seusianya,
akan mendorong untuk shalat dan beramal shalih.
Meski orang tua bersikap ramah
dan familiar, akan tetapi dia tetap harus memiliki wibawa saat memerintahkan
anak untuk shalat, dan wajah orang tua harus merona merah karena Allah Swt saat
melihat anak meremehkan shalat.
Buatlah semacam perlombaan di
antara anak-anak tetangga di dalam memelihara shalat di masjid, dan berilah
hadiah yang menarik.
Ceritakanlah kepada anak-anak Anda
kisah tentang orang-orang yang tidak shalat, yang mereka kenali, bagaimana
kehidupan mereka, akhlak mereka, mereka tidak mendapat taufik dan wajah mereka
gelap.
Berbincang-bincanglah berdua
dengan mereka di kamarnya atau di kamar Anda, agar Anda dapat mengingatkannya
untuk shalat. Hal ini bisa mendatangkan manfaat-manfaat yang baik dengan izin
Allah Swt.
Jadilah teladan baik bagi
anak-anak Anda wahai ayah dan ibu, dengan menjadi pribadi yang paling
memelihara shalat dan orang pertama yang shalat pada waktunya.
Biasakan anak-anak Anda untuk
saling mengingatkan shalat, dan jangan satupun yang merasa cukup dengan
keshalihan dirinya sendiri, akan tetapi dia harus memikirkan kebaikan-kebaikan
saudara-saudaranya secara khusus dan kaum muslimin secara umum.
Teruslah untuk mengajukan
pertanyaan yang sama berulang beberapa kali dalam sehari, dan jangan merasa
bosan, karena Anda akan mendapat pahala. Namun hendaklah pertanyaan disampaikan
dengan kata-kata lembut dan menyenangkan, misalnya “Sudah shalat, nak? Semoga
Allah memberkahimu,””Sudah shalat, wahai mawarku? Semoga Allah menerangi
hatimu.”
Pikirkan cara untuk membiasakan
anak-anak Anda shalat sebelum Anda menikah dan memiliki momongan! Ya, mulailah
dari sini; memilih istri shalihah atau memilih suami shalih, agar pernikahan
yang diberkahi ini mendatangkan keturunan yang baik, dengan izin Allah Swt.
Biarkan anak-anak Anda melihat
air mata Anda berlinang saat Anda mengingatkan mereka dari api neraka dan azab,
dan saat Anda mengajak mereka menuju kebaikan dan surga, itu membuat mereka
merasa bahwa kata-kata Anda benar dan
memiliki pengaruh yang mendalam pada diri mereka.
Bila seorang ibu yang berperan
secara langsung membiasakan anak-anak untuk shalat, maka Anda wahai para ayah
harus bekerja sama dengannya, minimal pada saat ibu terhalang shalat secara
syar’i (misalnya saad haid dan nifas), sebab pada masa ini, ibu biasanya lupa
memerintahkan anak-anak untuk shalat. Ayah memiliki tanggungjawab besar di
hadapan Allah Swt dan diperintahkan untuk memerintahkan anak-anak shalat. Bila
ayah tidak ada di rumah, maka ibu tidak boleh menganggap remeh dan malas
memerintahkan anak-anaknya shalat, sampai batas pada saat ada halangan syar’i
untuk tidak shalat (haid dan nifas).
Bacakan dan tafsir dalil-dalil berkaitan dengan shalat, keutamaan
dan ancaman meninggalkannya.
Masjid Mujahidin, Pontianak. 05.07.2018 |
Jelaskan kepada anak-anak
nikmat Allah Swt yang ada pada mereka. Sampaikan hal ini sesering mungkin
kepada mereka secara detil. Usahakan untuk menarik perhatian mereka pada
nikmat-nikmat yang biasanya tidak disadari oleh manusia, dan alangkah banyaknya
hal itu. Selanjutnya, jelaskan kepada mereka bahwa nikmat-nikmat tersebut
mengharuskan kita untuk mensyukurinya dengan menyembah Dzat yang memberi nikmat
dan shalat untuknya.
Buat
anak-anak Anda mencintai Dzat yang Memberi nikmat. Sebutkan bukti-bukti dari
realita yang menunjukkan keagungan Allah dan hak prerogatifNya untuk disembah
yaitu realita anak dan realita kehidupan secara umum, misalnya, “Siapa yang
memberimu nikmat ibu dan ayah, dan menjadikan si fulan yatim? Siapa yang
memberimu nikmat berjalan dengan kedua kaki dan menjadikan si fulan lumpuh?
Siapa yang memberi kita nikmat rasa aman dan menjadikan negeri lain selalu
dalam peperangan dan rasa takut beberapa tahun lamanya?”
Tetap menjaga shalat meskipun dalam perjalanan...Dalam perjalanan menuju Riam Pangar, Sanggau Ledo. dok. 11.07.2016 |
Allah akan menghidupkan hati
dengan doa. Untuk itu, doakan kebaikan untuk anak Anda, jangan mendoakan
keburukan. Berdoalah untuknya saat Anda tidak berada di hadapannya, dan
sesekali saat Anda berada di hadapannya.
Berusah payahlah selama 5 tahun
dan selanjutnya bersenang-senanglah selama Anda hidup. Berbahagialah karena
keshalihan anak-anak Anda, bila Anda membiasakan mereka untuk shalat dan amal
baik di usia dini, terlebih anak pertama.
Belilah jilbab dan sajadah
untuk putri-putri Anda untuk mendorong mereka shalat. (Belikan anak-anak
perlengkapan shalat untuk memotivasinya (misalnya sajadah, jilbab, tasbih,
kopiah, ansskd)
Bantulah anak-anak Anda untuk
shalat tepat pada waktunya:
a. Jangan
jadikan makan siang di waktu Zuhur atau Ashar.
b. Jangan
jadikan makan malam di waktu Isya, tapi dahulukan atau akhirkan dari shalat
Isya.
c. Saat
memilih rumah, usahakan berada di sekitar masjid.
d. Sediakan
air hangat di waktu udara dingin untuk anak-anak Anda.
e. Berikan
mereka waktu tidur secukupnya. Jangan berikan waktu tidur sesaat sebelum waktu
shalat, sehingga tidak bisa dibangunkan untuk shalat.
mirror image. Masjid Abdurrahman, PPMBI Sambas..taken by: Ali Imam Murasyid, with Samsung J1 2016, 21 Maret 2020, 05.39 wib. |
Sampaikan kembali materi
ceramah/buku bacaan atau lainnya kepada anak.
Praktik lapangan. Kumpulkan
kerabat-kerabat dekat dengan Anda dengan menyertakan anak-anak mereka, ajarilah
mereka wudhu secara praktis, dan pada hari yang lain shalatlah berjamaah dengan
mereka. Adakan lomba praktis shalat yang benar. Selanjutnya, adakan lomba tanya
jawab dalam masalah fikih sederhana yang berkenaan dengan wudhu dan shalat.
Sesungguhnya acara-acara yang bersifat praktis membuahkan pengajaran cepat, di
samping informasi-informasi yang didapat tidak cepat dilupakan.
Mintalah anak Anda yang lebih tua (abang atau
kakaknya) untuk berperan serta mendorong adik-adiknya shalat, sebab pengaruhnya
pada mereka terkadang lebih besar daripada pengaruh Anda.
Awasilah anak kecil yang
bertamu ke rumah Anda. Rasulullah Saw bersabda,
لَايُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ
لِاَخِيْهِ مَا يُحِبَّ لِنَفْسِهِ.
“Tidakkah salah seorang di antara
kalian beriman (dengan sempurna) hingga dia mencintai untuk saudaranya kebaikan
yang dia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari)
Anda tentu
suka bila anak Anda shalat. Karena itu, sukailah hal itu untuk anak-anak kaum
muslimin.
Carikan teman-teman yang baik
untuk anak-anak Anda, dan bentuklah anak Anda agar menjadi anak yang gemar
bergaul dengan orang-orang baik. Saat ibu tahu bahwa di keluarga fulan ada
putri-putri yang sebaya dengan anaknya yang menaati syariat Allah Swt, hendaklah
ia sering-sering mengunjunginya dengan membawa serta putrinya dan mengajak
mereka sering berkunjung ke rumah. Ayah juga harus melakukan hal serupa untuk
putrinya.
Anda harus memiliki tekad
bulat, jangan ragu, dan peliharalah idealisme Anda yang tinggi.
Pada akhirnya, Anda
akan berhasil (dengan izin Allah Swt) dalam membiasakan anak Anda untuk shalat.
Dan jangan lupa bahwa Anda tengah berjihad. Semua
keletihan dan kesulitan yang Anda hadapi akan berbuah pahala. Oleh karena itu,
janganlah bermalas-malasan atau berputus asa, sebab semua orang harus berjihad
dalam mendidik anak mereka dan Allah Swt akan bersama Anda.
Walhamdulillah,
sekian, salam takzim, anassekuduk.
Selesai,
Senin, 29 Juni 2020, 15. 33 wib.