Senin, 29 Juni 2020

TIPS MEMBIASAKAN ANAK SHALAT [Kutipan dari Buku: “92 Cara Mudah Membiasakan Anak Shalat, Hana’ binti Abdul Aziz ash-Shunai, cet.IV, 2012”]


TIPS MEMBIASAKAN ANAK SHALAT
[Kutipan dari Buku: “92 Cara Mudah Membiasakan Anak Shalat, Hana’ binti Abdul Aziz ash-Shunai, cet.IV, 2012”]



  Keikhlasan Anda di dalam membiasakan anak-anak Anda untuk shalat, ketulusan untuk mencari Wajah Allah Swt dan negeri akhirat akan memancarkan kekuatan-kekuatan yang ada pada diri Anda dan menjadikan Anda seperti gunung yang tidak goyah oleh terpaan angin dan perubahan iklim terhadap anak-anak Anda.
  Bangunlah keyakinan pada diri mereka bahwasanya malaikat maut bisa datang kapan saja.
  Bekerjasamalah dengan tetangga-tetangga Anda. Ajak anak-anak mereka ke masjid pada suatu suatu waktu, dan pada kesempatan lain mereka mengajak anak-anak Anda ke masjid. Adakanlah perjanjian (untuk mengajak) anak-anak mereka shalat di masjid saat orang tua mereka tidak di rumah, dan mintalah mereka mengajak anak-anak Anda ke masjid saat anak-anak Anda ke masjid saat Anda tidak di rumah, atau saat mereka melihat anak-anak Anda bermain di jalanan di waktu shalat.
  Bila Anda mengajarkan firman Allah Swt:
اَلَمْ يَعْلَمْ بِاَنَّ اللهَ يَرَى (العلق: ١٤)
“Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya.” (Al-Alaq: 14), pada anak-anak Anda, maka dia akan shalat meskipun Anda tidak berada di dekatnya. Ini berarti bahwa Anda menumbuhkan pengawasan pribadi pada anak Anda dengan cara menumbuhkan ibadah ikhlas untuk Allah Swt semata, sehingga anak Anda tidak shalat karena takut kepada Anda, tapi karena cinta, mengagungkan, senang dan takut karena Allah Swt.
Jangan sampai Anda termasuk orang tua yang membiasakan anak atas dasar pengawasan Anda, sementara Anda berkeyakinan telah menanamkan ilahiyah pada diri anak-anak Anda, sehingga anak-anak Anda hanya mau mengerjakan shalat saat di hadapan Anda. Ini merupakan kesalahan fatal dalam mendidik anak. Untuk itu, senantiasalah menghubungkan mereka dengan Allah Swt, bukan dengan Anda.
  Jangan menampakkan rasa putus asa dalam memperbaiki anak di hadapannya, karena itu akan menguatkan keengganan anak, sebagaimana berputus asa dari Rahmat Allah Swt adalah sikap berburuk sangka kepadaNya yang menafikan kesempurnaan tauhid. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata, “Barang siapa berputus asa dari rahmat Allah Swt berarti dia telah berburuk sangka kepadaNya.”
  Wahai ayah yang sering bepergian dalam suatu pekerjaan, perjalanan, terbaring di rumah sakit atau karena perceraian! Awasi anak-anak Anda melalui telepon agar mereka merasa betapa pentingnya shalat. Sebagian orang tua yang mendapat taufiq dari Allah Swt, saat bepergian untuk suatu pekerjaan dan semacamnya, dia menghubungi anak-anaknya, berbicara dengan masing-masing mereka secara langsung dan bertanya tentang shalat mereka.
Kesehatan, keamanan dan kenyamanan hidup, teman sahabat, ialah di antara sebagian kecil nikmat yang mesti disyukuri. "Sesungguhnya Kami telah memberimun nikmat yang banyak. Maka shalatlah karena Tuhanmu dan berkurbanlah! (Al-Kautsar: 1-2)" 
  Dahulukan masalah-masalah akhirat atas masalah dunia dalam segala kondisi dan kesempatan, agar anak Anda terbiasa bahwa tidak ada persaingan di antara keduanya. Menunaikan shalat pada waktunya lebih penting daripada melaksanakan tugas-tugas sekolah, mendapatkan 1 rakaat itu lebih utama daripada bermain sepak bola, dan memelihara waktu-waktu shalat itu lebih penting daripada menjaga hubungan dengan teman, berbincang-bincang dengan teman melalui telepon atau menonton acara televisi.
  Silakah meng-hajr (dengan mendiamkan dan bersikap acuh kepada) anak bila hal itu berguna dan membawa manfaat, namun bila tidak berguna, maka jangan dilakukan.
  Berkomunikasilah dengan pihak sekolah dan bekerjasamalah dengan para guru agar mereka sering menjelaskan pentingnya shalat dan hukuman bagi yang  tidak shalat, dengan menanyakan murid-murid apakah mereka selalu menjaga shalat. Apa susahnya bagi guru untuk bertanya pada 3 orang setiap harinya secara tersendiri, “Apa engkau sudah shalat Subuh hari ini?”
  Apakah anak Anda melelahkan Anda saat membangunkannya untuk shalat?
Jangan sampai...!
Ada banyak solusi yang bisa Anda coba bersama anak Anda
·     Berbicara dengan lembut.
·     Menepuk punggung dan mengusap kepalanya.
·     Sampaikan kabar gembira padanya agar mau bangun dan kantuknya hilang, misalnya, “Hari ini kamu akan pergi ke.....”, “Di hari ini si fulan akan datang ke.....”, “Kamu berhasil dalam....”, “Fulan menghubungimu.....”.
·     Biarkan anak Anda tidur kembali, kemudian datangi lagi setelah 5 menit, 3 menit dan seterusnya bila waktu shalat masih lama.
·     Matikan AC.
·     Nyalakan lampu.
·     Percikkan air di mukanya bila diperlukan.
·     Doakan anak-anak Anda dengan mengucapkan, “Bangunlah, semoga Allah melapangkan dadamu,” dan semisalnya.
·     Tanamkan rasa cinta dan takut, buatlah anak Anda ingat pada Allah Swt, misalnya dengan mengatakan, “Shalat itu cahayamu di kuburmu”, “Bangunlah nak, yang ada di akhirat nanti hanya surga atau neraka.”
·     Tarik selimutnya, dan mulailah menggoyang tubuhnya dengan lembut dengan memanggilnya.
·     Berikan jam weaker dengan suara adzan untuk anak-anak Anda.
·     Jangan ucapkan, “Bangun, sekolah!” tapi ucapkanlah, “Bangun, shalat Subuh!”
·     Mesralah dan candailah (dengan cara positif) anak Anda di saat membangunkannya untuk shalat, dengan membacakan ayat-ayat berkenaan dengan shalat, hadits atau syair. Cara ini sangat manjur dan mujarab, dengan catatan Anda mengingatkan mereka dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits dengan rasa khusyu’ serta merenungi maknanya. Artinya, benar-benar dari lubuk hati Anda.
·     Berilah penghargaan kepada anak atau saudaranya yang membantu untuk bangun shalat.
·     Terakhir, bila cara-cara tersebut melelahkan Anda (tidak berhasil), silahkan Anda memukul (pukulan yang mendidik) anak Anda yang telah mencapai usia 10 tahun. Anda memukul mereka karena Anda menyayangi mereka, agar tubuh mereka tidak terbakar di neraka Jahannam.
   Wahai ayah, Anda memiliki wibawa di dalam diri anak-anak Anda yang mungkin tidak dimiliki seorang ibu saat Anda berada di rumah. Perintahkan mereka untuk shalat (oleh Anda) secara langsung, dan jangan bebankan seluruh tugas kepada ibu sendirian.
  Wahai kedua orangtua! Janganlah salah satu dari kalian mengandalkan yang lain dalam mendidik anak-anak untuk shalat, sebab masing-masing dari kalian menanggung beban taklif secara tersendiri, dan Allah Swt akan bertanya apa yang Anda lakukan? Bukan apa yang dilakukan orang lain. Untuk itu, persiapkanlah jawaban untuk pertanyaan ini.
Sebagian ayah berkata, “Ibu mereka tidak peduli dan meninggalkan tugasnya.” Sementara sebagian ibu bertutur, “Ayah mereka tidak membantuku dan melalaikan amanah.” Namun alasan ini tidak akan diterima di hadapan Allah Swt.
Berharaplah pahala dari Allah Swt di dalam mendidik anak Anda untuk shalat, dan untuk menunjukkan kebaikan kepada anak Anda. Rasulullah Saw bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ.
  “Barang siapa yang menunjukkan suatu kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)
Coba perhatikan, berapa kali anak Anda shalat dalam hidupnya? Dan bagaimana pula bila Anda memiliki beberapa anak? Berapa banyak kebaikan-kebaikan yang akan mendatangi Anda 5 kali sehari? Itu belum termasuk shalat-shalat rawatib dan nafilah.  
     Pada permulaan membiasakan anak untuk shalat, sebaiknya hadiah diberikan secara langsung dari setiap shalat wajib yang dilaksanakannya. Hadiah bisa berupa permen dan semacamnya. Selanjutnya, hadiah bisa diberikan per hari bila anak menunaikan kewajiban 5 waktu secara keseluruhan. Saat anak Anda mulai mampu memelihara shalat karena dorongan sendiri, maka hadiah bisa diberikan per pekan, selanjutnya per bulan sesuai dengan kondisi yang tepat menurut Anda. Hadiah diberikan secara proporsional, dan anak perlu diingatkan bahwa shalat adalah taklif ilahi (kewajiban dari Allah Swt).
     Kaitkan antara cinta dan marah Anda terhadap anak-anak Anda dengan pemeliharaan shalat yang dilakukan anak-anak Anda. Anak yang paling Anda cintai dan paling dekat kepada Anda adalah yang mau shalat, dan minimnya cinta berdasarkan kemalasan anak Anda dalam mengerjakan shalat. Cara ini banyak dilakukan orang tua untuk (tujuan meraih) prestasi sekolah, namun shalat lebih utama untuk cara tersebut.
     Saat Anda meninggalkan anak-anak Anda atau sebaliknya, kirimkan SMS (pesan singkat) ke Hpnya untuk mengingatkan shalat saat tiba waktunya, dengan kata-kata indah dan menyentuh.
     Beritahukan kepada mereka bahwa shalat tidak gugur meski dalam kondisi perang, takut, dan sakit. Ajarkan shalat khauf kepada mereka, dan kalau bukan karena pentingnya shalat, tentu kewajiban shalat gugur bagi orang yang tengah berperang dan orang sakit, lalu bagaimana dengan orang yang sehat dan aman (tidak dalam perang)?!
     Pujian objektif untuk anak Anda saat berada di dekat kerabat, seperti kakek, paman, dan anak-anak seusianya, akan mendorong untuk shalat dan beramal shalih.    
     Meski orang tua bersikap ramah dan familiar, akan tetapi dia tetap harus memiliki wibawa saat memerintahkan anak untuk shalat, dan wajah orang tua harus merona merah karena Allah Swt saat melihat anak meremehkan shalat.
     Buatlah semacam perlombaan di antara anak-anak tetangga di dalam memelihara shalat di masjid, dan berilah hadiah yang menarik.
mengadakan lomba di masjid, atau mengisi Perayaan Hari Besar Agama Islam bisa dijadikan momen yang baik untuk memfasilitasi penumbuhan minat dan bakat anak dalam bidang agama, dok. 18.06.2016, Masjid Jamiatul Khairiyah, Sekuduk, Kec. Sejangkung, Kab, Sambas.
     Ceritakanlah kepada anak-anak Anda kisah tentang orang-orang yang tidak shalat, yang mereka kenali, bagaimana kehidupan mereka, akhlak mereka, mereka tidak mendapat taufik dan wajah mereka gelap.
     Berbincang-bincanglah berdua dengan mereka di kamarnya atau di kamar Anda, agar Anda dapat mengingatkannya untuk shalat. Hal ini bisa mendatangkan manfaat-manfaat yang baik dengan izin Allah Swt.
     Jadilah teladan baik bagi anak-anak Anda wahai ayah dan ibu, dengan menjadi pribadi yang paling memelihara shalat dan orang pertama yang shalat pada waktunya.
     Biasakan anak-anak Anda untuk saling mengingatkan shalat, dan jangan satupun yang merasa cukup dengan keshalihan dirinya sendiri, akan tetapi dia harus memikirkan kebaikan-kebaikan saudara-saudaranya secara khusus dan kaum muslimin secara umum.
     Teruslah untuk mengajukan pertanyaan yang sama berulang beberapa kali dalam sehari, dan jangan merasa bosan, karena Anda akan mendapat pahala. Namun hendaklah pertanyaan disampaikan dengan kata-kata lembut dan menyenangkan, misalnya “Sudah shalat, nak? Semoga Allah memberkahimu,””Sudah shalat, wahai mawarku? Semoga Allah menerangi hatimu.”
     Pikirkan cara untuk membiasakan anak-anak Anda shalat sebelum Anda menikah dan memiliki momongan! Ya, mulailah dari sini; memilih istri shalihah atau memilih suami shalih, agar pernikahan yang diberkahi ini mendatangkan keturunan yang baik, dengan izin Allah Swt.
     Biarkan anak-anak Anda melihat air mata Anda berlinang saat Anda mengingatkan mereka dari api neraka dan azab, dan saat Anda mengajak mereka menuju kebaikan dan surga, itu membuat mereka merasa bahwa kata-kata Anda  benar dan memiliki pengaruh yang mendalam pada diri mereka.
     Bila seorang ibu yang berperan secara langsung membiasakan anak-anak untuk shalat, maka Anda wahai para ayah harus bekerja sama dengannya, minimal pada saat ibu terhalang shalat secara syar’i (misalnya saad haid dan nifas), sebab pada masa ini, ibu biasanya lupa memerintahkan anak-anak untuk shalat. Ayah memiliki tanggungjawab besar di hadapan Allah Swt dan diperintahkan untuk memerintahkan anak-anak shalat. Bila ayah tidak ada di rumah, maka ibu tidak boleh menganggap remeh dan malas memerintahkan anak-anaknya shalat, sampai batas pada saat ada halangan syar’i untuk tidak shalat (haid dan nifas).
     Bacakan dan tafsir  dalil-dalil berkaitan dengan shalat, keutamaan dan ancaman meninggalkannya.
Masjid Mujahidin, Pontianak. 05.07.2018
     Jelaskan kepada anak-anak nikmat Allah Swt yang ada pada mereka. Sampaikan hal ini sesering mungkin kepada mereka secara detil. Usahakan untuk menarik perhatian mereka pada nikmat-nikmat yang biasanya tidak disadari oleh manusia, dan alangkah banyaknya hal itu. Selanjutnya, jelaskan kepada mereka bahwa nikmat-nikmat tersebut mengharuskan kita untuk mensyukurinya dengan menyembah Dzat yang memberi nikmat dan shalat untuknya.
Buat anak-anak Anda mencintai Dzat yang Memberi nikmat. Sebutkan bukti-bukti dari realita yang menunjukkan keagungan Allah dan hak prerogatifNya untuk disembah yaitu realita anak dan realita kehidupan secara umum, misalnya, “Siapa yang memberimu nikmat ibu dan ayah, dan menjadikan si fulan yatim? Siapa yang memberimu nikmat berjalan dengan kedua kaki dan menjadikan si fulan lumpuh? Siapa yang memberi kita nikmat rasa aman dan menjadikan negeri lain selalu dalam peperangan dan rasa takut beberapa tahun lamanya?”
Tetap menjaga shalat meskipun dalam perjalanan...Dalam perjalanan menuju Riam Pangar, Sanggau Ledo. dok. 11.07.2016
     Allah akan menghidupkan hati dengan doa. Untuk itu, doakan kebaikan untuk anak Anda, jangan mendoakan keburukan. Berdoalah untuknya saat Anda tidak berada di hadapannya, dan sesekali saat Anda berada di hadapannya.
     Berusah payahlah selama 5 tahun dan selanjutnya bersenang-senanglah selama Anda hidup. Berbahagialah karena keshalihan anak-anak Anda, bila Anda membiasakan mereka untuk shalat dan amal baik di usia dini, terlebih anak pertama.
     Belilah jilbab dan sajadah untuk putri-putri Anda untuk mendorong mereka shalat. (Belikan anak-anak perlengkapan shalat untuk memotivasinya (misalnya sajadah, jilbab, tasbih, kopiah, ansskd)
     Bantulah anak-anak Anda untuk shalat tepat pada waktunya:
a.   Jangan jadikan makan siang di waktu Zuhur atau Ashar.
b.   Jangan jadikan makan malam di waktu Isya, tapi dahulukan atau akhirkan dari shalat Isya.
c.   Saat memilih rumah, usahakan berada di sekitar masjid.
d.   Sediakan air hangat di waktu udara dingin untuk anak-anak Anda.
e.   Berikan mereka waktu tidur secukupnya. Jangan berikan waktu tidur sesaat sebelum waktu shalat, sehingga tidak bisa dibangunkan untuk shalat.
mirror image. Masjid Abdurrahman, PPMBI Sambas..taken by: Ali Imam Murasyid, with Samsung J1 2016, 21 Maret 2020, 05.39 wib.
     Sampaikan kembali materi ceramah/buku bacaan atau lainnya kepada anak.
     Praktik lapangan. Kumpulkan kerabat-kerabat dekat dengan Anda dengan menyertakan anak-anak mereka, ajarilah mereka wudhu secara praktis, dan pada hari yang lain shalatlah berjamaah dengan mereka. Adakan lomba praktis shalat yang benar. Selanjutnya, adakan lomba tanya jawab dalam masalah fikih sederhana yang berkenaan dengan wudhu dan shalat. Sesungguhnya acara-acara yang bersifat praktis membuahkan pengajaran cepat, di samping informasi-informasi yang didapat tidak cepat dilupakan.
      Mintalah anak Anda yang lebih tua (abang atau kakaknya) untuk berperan serta mendorong adik-adiknya shalat, sebab pengaruhnya pada mereka terkadang lebih besar daripada pengaruh Anda.
     Awasilah anak kecil yang bertamu ke rumah Anda. Rasulullah Saw bersabda,
لَايُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِاَخِيْهِ مَا يُحِبَّ لِنَفْسِهِ.
“Tidakkah salah seorang di antara kalian beriman (dengan sempurna) hingga dia mencintai untuk saudaranya kebaikan yang dia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari)
Anda tentu suka bila anak Anda shalat. Karena itu, sukailah hal itu untuk anak-anak kaum muslimin.
     Carikan teman-teman yang baik untuk anak-anak Anda, dan bentuklah anak Anda agar menjadi anak yang gemar bergaul dengan orang-orang baik. Saat ibu tahu bahwa di keluarga fulan ada putri-putri yang sebaya dengan anaknya yang menaati syariat Allah Swt, hendaklah ia sering-sering mengunjunginya dengan membawa serta putrinya dan mengajak mereka sering berkunjung ke rumah. Ayah juga harus melakukan hal serupa untuk putrinya.
     Anda harus memiliki tekad bulat, jangan ragu, dan peliharalah idealisme Anda yang tinggi. 
Pada akhirnya, Anda akan berhasil (dengan izin Allah Swt) dalam membiasakan anak Anda untuk shalat. Dan jangan lupa bahwa Anda  tengah berjihad. Semua keletihan dan kesulitan yang Anda hadapi akan berbuah pahala. Oleh karena itu, janganlah bermalas-malasan atau berputus asa, sebab semua orang harus berjihad dalam mendidik anak mereka dan Allah Swt akan bersama Anda.  

Walhamdulillah, sekian, salam takzim, anassekuduk.
Selesai, Senin, 29 Juni 2020, 15. 33 wib.
      



Jumat, 26 Juni 2020

RAHMAT ALLAH SWT DAN MENCINTAI RASULULLAH SAW [Minhajul Qashidin; Ibnu Qudamah]


RAHMAT ALLAH SWT DAN
 MENCINTAI RASULULLAH SAW
[Minhajul Qashidin; Ibnu Qudamah, Pustaka Alkautsar, cet. Xviii 2011]
     KELUASAN RAHMAT ALLAH
.....bacalah dengan rendah hati, pikiran yang tenang dan lapang,,,,berikut ialah merupakan kutipan langsung, rekan pengunjung bisa membaca bahasan ini di halaman 516 di buku tersebut....
cuplikan lomba kaligrafi @masjid Jamiatulkhairiyah Sekuduk
Kami akhiri uraian buku ini dengan menyebutkan keluasan rahmat Allah Swt, agar dengan begitu kita bisa mengharapkan karuniaNya. Sebab kita tidak mempunyai amal yang bisa kita harapkan ampunannya, selain dengan mengharapkan rahmat dan kemurahanNya. Allah berfirman:
قُلْ يَعِبَادِيَ الَّذِيْنَ أَسْرَفُوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. (الزمر:٥٣)
 “Katakanlah, ‘Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar: 53)
Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda,

لَمَّا قَضَى اللهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابٍ فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِي.
 (رواه البخاري و مسلم والترمذي وأحمد)   
“Setelah Allah Azza wajalla menciptakan makhluk, maka Dia menulis di dalam sebuah Kitab, yang Kitab ini di sisiNya di atas Arsy, ‘Sesungguhnya rahmatKu lebih besar daripada kemurkaanKu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Saw, beliau bersabda,
إِنَّ لِلَّهِ مِائَةَ رَحْمَةٍ أَنْزَلَ مِنْهَا رَحْمَةً وَاحِدَةً بَيْنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَالْبَهَائِمِ وَالْهَوَامِ فَبِهَا يَتَعَاطَفُوْنَ وَبِهَا يَتَرَاحَمُوْنَ وَبِهَا تَعْطِفُ الْوَحْشُ عَلَى وَلَدِهَا وَأخَّرَ اللهُ تِسْعًا وَتِسْعِيْنَ رَحْمَةً يَرْحَمُ بِهَا عِبَادَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
 (رواه البخاري و مسلم)     
“Sesungguhnya Allah mempunyai 100 rahmat. Dia menurunkan 1 rahmat yang dari 100 itu di antara manusia, jin, serangga dan binatang. Dengan 1 rahmat itu mereka saling berkasih-kasihan dan saling menyayangi. Dengan 1 rahmat itu binatang buas mengasihi anak-anaknya. Dia menangguhkan 99 rahmat, yang dengannya Dia merahmati hamba-hambaNya pada Hari Kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Dari Ibnu Abbas, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda,
“Sesungguhnya Rabb kalian Tabaraka wa Ta’ala Maha Pengasih. Siapa yang berniat mengerjakan kebaikan dan belum sempat mengamalkannya, maka ditetapkan 1 kebaikan baginya. Jika dia sudah mengamalkannya, maka ditetapkan 10 kebaikan hingga 700 kali baginya. Siapa yang berniat mengerjakan keburukan dan belum mengamalkannya, maka ditetapkan 1 kebaikan baginya, dan jika dia mengamalkannya, maka ditetapkan 1 keburukan baginya atau Allah menghapuskannya, dan tidak ada yang membinasakan terhadap Allah melainkan dia akan binasa.”
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Saw, bahwa ada seorang laki-laki yang melakukan dosa lalu dia berkata, “Wahai Rabb-ku, aku telah melakukan dosa, maka ampunilah aku!”
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “HambaKu tahu bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumnya. Aku telah mengampuni dosa hambaKu.”
Kemudian hamba itu diam seperti yang dikehendaki Allah. Kemudian dia melakukan dosa lagi, lalu dia berkata, “Wahai Rabb-ku, aku telah melakukan dosa, maka ampunilah aku!”
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “HambaKu tahu bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumnya. Aku telah mengampuni dosa hambaKu.”
Kemudian hamba itu diam seperti yang dikehendaki Allah. Kemudian dia melakukan dosa lagi, lalu dia berkata, “Wahai Rabb-ku, aku telah melakukan dosa, maka ampunilah aku!”
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “HambaKu tahu bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa hambaKu. Maka hendaklah dia berbuat menurut kehendaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam “Ash-Shahihain” dari hadits Umar bin Khattab ra dia berkata, “Ketika ada beberapa tawanan dibawa ke hadapan Rasulullah Saw, ada seorang wanita yang mondar-mandir ke sana kemari hingga pada akhirnya dia menemukan seorang bayi di antara para tawanan. Lalu wanita itu mengambil bayi tersebut, mendekapkannya di perut lalu menyusuinya. Lalu Rasulullah Saw bertanya, ‘Apakah menurut kalian wanita ini akan melemparkan anaknya ke kobaran api?’
Kami menjawab, “Tidak, demi Allah.”
Beliau bersabda, “Allah lebih menyayangi hamba-hambaNya daripada wanita ini yang menyayangi anaknya.”
Disebutkan pula di dalam “Ash-Shahihain” dari hadits Abu Dzar ra dari Nabi Saw beliau bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ قُلْتُ وَ إِنْ زَانَى وَ إِنْ سَرَقَ؟ قَالَ وَ إِنْ زَانَى وَ إِنْ سَرَقَ, قُلْتُ وَ إِنْ زَانَى وَ إِنْ سَرَقَ؟ قَالَ وَ إِنْ زَانَى وَ إِنْ سَرَقَ ثَلَاثًا ثُمَّ قَالَ فِي الرَّبِعَةِ عَلَى رَغْمِ أَنْفِ أَبِي ذَرٍّ.
(رواه البخاري و مسلم)     
“Tidaklah seorang hamba berkata, ‘La ilaha illallah’, kemudian dia mati berdasarkan perkataannya itu melainkan dia masuk surga.’ Aku bertanya, “Sekalipun berzina dan mencuri?” Beliau menjawab, “Sekalipun berzina dan mencuri, sekalipun berzina dan mencuri, sekalipun berzina dan mencuri”. Kemudian pada keempat kalinya beliau bersabda, “Sekalipun Abu Dzar merasa keberatan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits Utbah bin Malik ra, Nabi Saw bersabda,
إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهَ.
(رواه البخاري و مسلم)     
“Sesungguhnya Allah mengharamkan api atas orang yang berkata, ‘La ilaha illallah’, yang dengan perkataan itu dia mencari Wajah Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ شَعِيْرَةً ثُمَّ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ بُرَّةً ثُمَّ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ ذَرَّةً.
(رواه البخاري و مسلم)     
“Akan keluar dari neraka orang yang berkata, ‘La ilaha illallah’, dan di dalam hatinya ada kebaikan sekalipun seberat satu biji jelai. Kemudian akan keluar dari neraka orang yang berkata, ‘La ilaha illallah’ dan di dalam hatinya ada kebaikan sekalipun seberat satu biji gandum. Kemudian akan keluar dari neraka orang yang berkata, ‘La ilaha illallah’ dan di dalam hatinya ada kebaikan sekalipun seberat dzarrah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
إِذَا كَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَمْ يَبْقَ مُؤْمِنٌ إِلَّا أُتِيَ بِيَهُدِيٍّ أَوْ نَصْرَانِيٍّ حَتَّى يُدْفَعَ إِلَيْهِ يُقَالُ لَهُ هَذَا فِدَاؤُكَ مِنَ النَّارِ.
(رواه مسلم وأحمد و البغوي)     
“Pada Hari Kiamat tidak ada seorang mukmin pun yang menyisa melainkan didatangkan seorang Yahudi atau Nasrani, sehingga dia didorong ke hadapannya, seraya dikatakan, ‘Ini tebusanmu dari api neraka’.” (HR. Muslim, Ahmad, dan Al-Baghawi)
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wajalla membebaskan seseorang dari umatku di hadapan semua makhluk pada Hari Kiamat, lalu menebarkan 99 kerikil di atasnya. Setiap kerikil dapat terlihat mata. Kemudian Allah bertanya, “Apakah kamu mengingkari sedikit pun dari hal ini? Adakah para malaikatKu yang menjaga telah berbuat zhalim kepadamu?”
Hamba itu menjawab, “Tidak wahai Rabbi.”
Allah bertanya, “Apakah engkau mempunyai alasan atau kebaikan?”
Hamba itu kebingungan, lalu dia menjawab, “Tidak wahai Rabbi.”
Allah berfirman, “Baiklah. Sesungguhnya kamu mempunyai 1 kebaikan di sisi Kami. Tidak ada kezhaliman atas dirimu pada hari ini.” Lalu ada kartu yang dikeluarkan, yang di atasnya tertulis, ‘Asyhadu alla ilaha illalah wa anna Muhammad abduhu wa rasuluh’. Allah berfirman lagi, “Datangkan dia.”
Hamba itu bertanya, “Apa maksud kartu dan kerikil-kerikil ini?”
Dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya engkau tidak akan dizhalimi pada hari ini. Kemudian kartu diletakkan di satu telapak dan kerikil-kerikil itu di letakkan di telapak lain. Kerikil-kerikil itu lebih ringan dan kartu itu lebih berat. Tidak ada yang lebih berat bersama asma Allah.” (Diriwayatkan Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim, Ibnu Hibban, Al-Baghawi)[1]
Al-Fudhail bin Iyadh melihat tasbih yang dilakukan manusia dam tangis mereka pada hari Arafah. Lalu dia berkata, “Apakah menurut pendapat kalian andaikan mereka mendatangi seseorang yang bodoh dan meminta kepadanya, apakah orang itu akan menjawab permintaan mereka?”
Ada yang menjawab, “Tidak.”
Al-Fudhail berkata, “Demi Allah, ampunan di sisi Allah itu lebih mudah daripada pemenuhan orang bodoh terhadap permintaan mereka.”
Dari Ibrahim bin Adha,. Dia berkata, “Aku menyempatkan diri untuk thawaf pada malam yang gelap gulita dan turun hujan yang deras. Namun begitu aku tetap thawaf hingga waktu sahur. Kemudian aku mengangkat tangan ke langit seraya berkata, “Ya Allah, aku memohon kepadaMu untuk melindungiku dari segala yang Engkau benci.” Tiba-tiba ada suara dari udara, “Engkau meminta perlindungan kepadaKu dan setiap makhluk meminta perlindungan kepadaKu. Jika Aku melindungimu, lalu kepada siapa Aku memberikan karunia?”
Semua hadits ini, ditambah lagi dengan apa yang disebutkan dalam pasal keluasan rahmatNya. Kami berharap kepada Allah agar tidak memperlakukan kita menurut hak yang kita tuntut dan agar melimpahkan karunia kepada kita sesuai dengan kelayakannya. Kami memohon kepada Allah dari perkataan kami yang tidak selaras dengan perbuatan kami, dari segala kepura-puraan yang biasa dilakukan manusia, dari segala ilmu dan amal seperti yang kita kehendaki, kemudian bercampur dengan hal-hal yang mengotorinya. Dengan kemurahanNya kami memohon kemurahanNya, sesungguhnya Dia Mahadekat lagi Maha Mengabulkan. Segala puji bagi Allah Rabbul Alamin dengan pujian yang banyak, baik lagi penuh barakah, seperti yang yang dicintai dan diridhai Rabb. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada pemimpin kita, Muhammad, kerabat dan para sahabatnya.

     MENCINTAI RASULULLAH
Jadilah orang yang mencintai Rasulullah Saw selagi engkau berada di dunia dan mengagungkan sunnah beliau, agar beliau memberikan syafaat kepadamu di akhirat. Sesungguhnya beliau mempunyai syafaat yang didahulukan daripada semua nabi. Beliau memohonkan ampunan kepada Allah bagi umatnya yang melakukan dosa besar, lalu Allah pun menyelamatkan mereka. Maka perbanyaklah mencari teman-teman yang shalih, karena setiap orang mukmin juga mempunyai syafaat. Janganlah sekali-kali engkau tertipu dengan sikap santai dan menunda-nunda, yang dianggap sama dengan harapan. Orang yang mengharap tentunya akan mencari. Hindari kezhaliman. Sesungguhnya orang yang melakukan suatu kezhaliman lalu dia mati sebelum sempat mengembalikannya, maka orang-orang yang dizhalimi akan mengepungnya. Yang satu berkata, “Ini dia yang menzhalimiku.” Yang lain berkata, “Ini dia yang mengolok-olokku.” Yang lain berkata, “Ini yang telah menipuku.” Engkau tidak akan selamat dari kejaran mereka. Jika engkau menganggap engkau bisa melepaskan diri, maka akan dikatakan, “Hari ini tidak ada kezhaliman.”
Dari Abu Said Al-Khudri, dia berkata, “Rasulullah Saw bersabda,
يَخْلُصُ الْمُؤْمِنُوْنَ مِنَ النَّارِ فَيُحْسَبُوْنَ عَلَى قَنْطَرَةٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ فَيُقَصُّ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ مَظَالِمُ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِى الدُّنْيَا حَتَّى إِذَا هُذِّبُوا وَنُقُّوا أُذِنَ لَهُمْ فِى دُخُوْلِ الْجَنَّة.
(رواه البخارى وأحمد والبغاوي)
“Orang-orang mukmin selamat dari neraka pada Hari Kiamat, lalu mereka tertahan di atas jembatan antara surga dan neraka. Sebagian di antara mereka meminta qishash dari yang lain atas kezhaliman di antara mereka selagi di dunia, hingga setelah mereka bersih dan suci, mereka pun diizinkan masuk surga.” (HR. Bukhari, Ahmad, dan Al-Baghawi)
Dari Abu Hurairah ra bawa Nabi Saw bersabda,
أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لَا دِرْهَامَ لَهُ وَ لَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَ يَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَ أَكَلَ مَالَ هَذَا وَشَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أَخَذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ.
(رواه مسلم والترمذي وأحمد)    
“Tahukah engkau siapa orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak lagi mempunyai dirham dan barang dagangan.” Beliau bersabda, “Orang yang bangkrut dari umatku ialah yang datang pada Hari Kiamat dengan membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, sementara dia telah mencaci maki ini, menuduh ini, memakan harta ini, menumpahkan darah ini, memukul ini. lalu diberikannya dari kebaikan-kebaikannya kepada orang yang dizhaliminya dan jika kebaikan-kebaikannya sudah habis sebelum habis pengadilan atas dirinya, maka dari kesalahan-kesalan mereka diambil lalu dilemparkan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad)
Dari Abu Hurairah ra dari Nabi Saw, beliau bersabda,
لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوْقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ.
(رواه البخاري و مسلم والترمذي وأحمد)   
“Kamu benar-benar akan memenuhi hak kepada orang yang berhak menerimanya pada Hari Kiamat, sehingga seekor kambing yang tidak berbulu akan digiring sebagai ganti dari domba yang bertanduk.” (HR. Bukhari, Muslimm Tirmidzi dan Ahmad)
Semua hadits ini terdapat dalam kitab-kitab hadits shahih. Maka perhatikanlah baik-baik, semoga Allah memberikan taufiq kepadamu, dan telitilah lagi keselamatan kebaikan-kebaikanmu dari riya’ dan ghibah. Bangunkan dirimu dan jangan buang-buang waktu. Sesungguhnya orang yang perlu dikasihani adalah orang yang lebih mementingkan kelezatan yang pasti akan berakhir dan membeli azab yang pedih dengannya. Kita memohon keselamatan dan taufiq kepada Allah.



[1] Yakni hadits bithaqah (kartu) syahadat “Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali hanya Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusannya”. Haditsnya diriwayatkan Tirmidzi 2/106, Ibnu Majah 4300, Ahmad 2/213, al-Hakim 1/6. (Lihat Ash-Shahihah al-Albani no. 135)
Teks Hadits:
إِنَّ اللهَ سَيُخْلِصُ رَجُلاً مِنْ أُمَّتِي عَلٰى رُءُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرْ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ سِجِّلاً كُلُّ سِجِّلٍ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرَ ثُمَّ يَقُوْلُ أَتُنْكِرُ مِنْ هٰذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُوْنَ فَيَقُوْلُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُوْلُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُوْلُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُوْلث بَلٰى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةٌ فَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيْهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ فَيَقُوْلُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُوْلُ يَا رَبِّ مَا هٰذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هٰذِهِ الْسِّجِلاَّتٌ فَقَالَ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ قَالَ فَتُوْضَعُ الْسِّجِلاَّتُ فِي كَفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كَفَّةِ فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ فَلاَ يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللهِ شَيْءٌ.
“Sesungguhnya Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan manusia pada hari kiamat. Kemudian dibentangkan kepadanya sembilan puluh sembilan catatan [dosa]. Tiap catatan bagai pandangan sejauh mata. Kemudian Allah berfirman. “Apakah kamu memungkiri sesuatu dari catatan ini? Apakah para malaikat pencatat menganiayamu?” Orang itu menjawab, “Tidak wahai Tuhanku.” Allah bertanya lagi, “Adakah kamu mempunyai udzur?” Orang itu menjawab, “Tidak wahai Tuhanku.” Lalu Allah berfirman: “Benar. Sesungguhnya kamu di sisi-Ku mempunyai suatu kebaikan. Karena itu tidak ada penganiayaan atas kamu pada hari ini.” Kemudian dikeluarkan sepotong kertas yang di situ terdapat Asyahu an laa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuluh (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya). Allah berfirman: “Datangkanlah timbanganmu.” Orang itu berkata, “Apakah secarik kertas dibandingkan dengan catatan-catatan ini?” Kemudian Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu tidak akan teraniaya.” Nabi bersabda: “Lalu catatan-catatan itu diletakkan dalam neraca yang lain, maka catatan-catatan itu melayang dan secarik kertas itulah yang lebih berat, sehingga tidak ada sesuatu yang berat dibanding nama Allah.” (HR. Ibnu Majah)


KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH

                اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ ب...