TAFSIR JALALAIN
Jalaluddin
Asy-Syuyuthi & Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy
PESANTREN PERSATUAN ISLAM 91
KOTA TASIKMALAYA
KOTA TASIKMALAYA
Final Version
Tasikmalaya,
1 Jumadits Tsani s.d. 1 Rajab 1429 H / 10 Juni 2009 M
Kompilasi CHM oleh Dani Hidayat :: http://www.maktabah-alhidayah.tk :: rabbany1981@gmail.com
Kompilasi CHM oleh Dani Hidayat :: http://www.maktabah-alhidayah.tk :: rabbany1981@gmail.com
Program
ini Insya Alloh di release sebagai freeware. Akhi/Ukhti bebas
mendistribusikannya selama tidak dikomersilkan dan bahkan dianjurkan
menyebarkannya kepada saudara sesama muslim. Jazaakumullahu Khairan Katsiiraan,
kepada Akhi/Ukhti yang ikut menyebarluaskan program ini.
[Kutipan yang diupload
di sini disusun secara kronologis berdasarkan silabus kurtilas untuk materi
kelas VII, VIII dan IX MTs. Semoga bisa membantu materi dimaksud secara khusus,
atau menjadi referensi bagi pengunjung blog ini. Pada kesempatan ini, saya juga
menyertakan permohonan izin kepada penyusun dan pembuat aplikasi tafsir Jalalin
dalam format CHM ini, moga aplikasi yang dibuat dan dibagikan kepada umum ini,
menjadi amal jariyah Penyusun Tafsir dan pembuat aplikasi beserta tim, sekian,
salamtakzim, anassekuduk, Kamis, 21 Mei 2020]
SEKILAS TENTANG KITAB TAFSIR JALALAIN
Kitab ini
merupakan kitab yang membawa berkah dan manfaat, walaupun ukurannya yang kecil,
namun di dalamnya terkandung ilmu yang terdapat pada kitab-kitab yang berukuran
besar. Para ulama zaman dahulu sampai sekarang menerimanya dan mengambil
manfaat darinya. Bahkan tidak ada suatu majelisnya seorang ulama, melainkan
kitab Bulughul Marom dijadikan sebagai pelajaran pokoknya. Para penuntut
ilmupun menghafalkannya dan mengambil manfaat darinya.
A.
Pendahuluan
Al-Qur'an
laksana intan permata yang setiap ujungnya memancarkan cahaya berkilauan.
Ilustrasi ini memberikan pengertian bahwa al-Qur'an merupakan mata air yang
telah mengilhami munculnya berjilid-jilid kitab tafsir. Mereka, para mufasir
yang menulis kitab tafsir itu, menggunakan beragam metode dalam menafsirkan al-Qur'an
Salah satu kitab tafsir yang sangat familier di Indonesia, terutama di kalangan pondok pesantren, adalah kitab tafsir Jalalain. Kitab ini sangat mudah dijumpai karena sampai sekarang pengkajian kitab ini masih dapat kita temukan di berbagai pondok di Indonesia. Dalam makalah ini akan dikaji tentang seluk beluk yang berkaitan dengan tafsir Jalalain.
Salah satu kitab tafsir yang sangat familier di Indonesia, terutama di kalangan pondok pesantren, adalah kitab tafsir Jalalain. Kitab ini sangat mudah dijumpai karena sampai sekarang pengkajian kitab ini masih dapat kita temukan di berbagai pondok di Indonesia. Dalam makalah ini akan dikaji tentang seluk beluk yang berkaitan dengan tafsir Jalalain.
B.
Pembahasan
1.
Biografi Pengarang
Kitab ini
dikarang oleh dua orang Imam yang agung, yakni Jalaluddin al-Mahalli dan
Jalaluddin al-Suyuthi. Jalaluddin al-Mahalli bernama lengkap Muhammad bin Ahmad
bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad al-Imam al-Allamah Jalaluddin al-Mahalli.
Lahir pada tahun 791 H/1389 M di Kairo, Mesir. Ia lebih dikenal dengan sebutan
al-Mahalli yang dinisbahkan pada kampung kelahirannya. Lokasinya terletak di
sebelah barat Kairo, tak jauh dari sungai Nil.
Sejak
kecil tanda-tanda kecerdasan sudah mencorong pada diri Mahalli. Ia ulet
menyadap aneka ilmu, misalnya tafsir, ushul fikih, teologi, fikih, nahwu dan
logika. Mayoritas ilmu tersebut dipelajarinya secara otodidak, hanya sebagian
kecil yang diserap dari ulama-ulama salaf pada masanya, seperti al-Badri
Muhammad bin al-Aqsari, Burhan al-Baijuri, A'la al-Bukhari dan Syamsuddin bin
al-Bisati. Al-Mahalli wafat pada awal tahun 864 H bertepatan dengan tahun 1455
M.
Sedangkan
al-Suyuthi bernama lengkap Abu al-fadhl Abdurrahman bin Abi Bakr bin Muhammad
al-Suyuthi al-Syafi'i. Beliau dilahirkan pada bulan Rajab tahun 849 H dan
ayahnya meninggal saat beliau berusia lima tahun tujuh bulan. Beliau sudah
hafal al-Qur'an di luar kepala pada usia delapan tahun dan mampu menghafal
banyak hadis. Beliau juga mempunyai guru yang sangat banyak. Di mana menurut
perhitungan muridnya, al-Dawudi, mencapai 51 orang. Demikian juga karangan
beliau yang mencapai 500 karangan. Beliau meninggal pada malam Jum'at 19
Jumadil Awal 911 H di rumahnya.
2. Latar
Belakang Penulisan
Riwayat
hidup al-Mahalli tak terdokumentasi secara rinci. Hal ini disebabkan ia hidup
pada masa kemunduran dunia Islam. Lagi pula ia tak memiliki banyak murid,
sehingga segala aktivitasnya tidak terekam dengan jelas. Walau begitu,
al-mahalli dikenal sebagai orang yang berkepribadian mulia dan hidup sangat
pas-pasan, untuk tidak dikatakan miskin. Guna memnuhi kebutuhan sehari-hari, ia
bekerja sebagai pedagang. Meski demikian kondisi tersebut tidak mengendurkan
tekadnya untuk terus mengais ilmu. Tak mengherankan jika ia mempunyai banyak
karangan yang salah satunya adalah Tafsir al-Qur'an al-'Adzim yang lebih
dikenal dengan nama Tafsir Jalalain tetapi belum sempurna.
Sedangkan
al-Suyuthi-lah yang menyempurnakan "proyek" gurunnya. Pada mulanya
beliau tidak berminat menulis tafsir ini, tetapi demi memelihara diri dari apa
yang telah disebutkan oleh firman-Nya: (“dan barang siapa yang buta hatinya
didunia ini, niscaya diakhirat nanti ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari
jalan yang benar”). (Qs, al-Isra’ :72)
maka dia
menulis kitab ini, kitab ini selesai ditulis pada hari Ahad, tanggal 10 Syawal
870 Hijriah, Penulisannya di mulai pada hari rabo, awal ramadhan dalam tahun
yang sama, kemudian konsep jadinya diselesaikan pada hari Rabu 8 Safar 871
Hijriah.
3.
Bentuk, Metode dan Corak Tafsir Jalalain
Istilah
bentuk penafsiran tidak dijumpai dalam kitab-kitab 'ulum al-Qur'an (ilmu
tafsir) pada abad-abad yang silam bahkan sampai periode modern sekalipun tidak
ada ulama tafsir yang menggunakannya. Oleh karenanya tidak aneh bila dalam
kitab-kitab klasik semisal al-Burhan fi 'Ulum al-Qur'an karangan al-Zarkasyi,
al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an karya al-Suyuthi, dan lain-lain tidak dijumpai term
tersebut.
Namun
menurut Nashruddin Baidan, dapat disimpulkan bahwa penafsiran yang diterapkan
olah para mufasir sejak pada masa Nabi sampai dewasa ini dapat dikerucutkan
menjadi dua macam, yakni tafsir bi al-ma'tsur dan bi al-ra'y.
Tafsir
Jalalain merupakan tafsir yang menggunakan bentuk bi al-ra'y. Karena dalam
menafsirkan ayat demi ayat menggunakan hasil pemikiran atau ijtihad para
mufasir (meskipun tidak menafikan riwayat). Sebagai contoh ketika al-Jalalain menafsirkan
penggalan ayat berikut ini:
(ولا تتبدلواالخبيث) الحرام (بالطيب) الحلال أى تأخذوه بدله كما
تفعلون من أخذ الجيد من مال اليتيم وجعل الردئ من مالكم مكانه.
Di sini
kelihatan dengan jelas bahwa ketika menafsirkan penggalan ayat tersebut
al-Suyuthi murni menggunakan pemikirannya tanpa menyebut riwayat. Jika kita
bandingkan dengan tafsir Ibnu katsir berikut ini, akan lebih jelas
perbedaannya.
(ولا
تتبدلواالخبيث بالطيب) قال سفيان الثورى عن أبى صالح :لا تعجل بالرزق الحرام قبل
أن يأتيك الرزق الحلال الذى قدر لك وقال سعيد بن جبير:لا تتبدلواالحرام من أموال
الناس بالحلال من أموالكم,يقول :لاتبدلوا أموالكم الحلال وتأكلوا أموالهم
الحرامز.وقال سعيد بن المسيب والزهرى:ولا تعط مهزولا ولا تأخذ سمينا. وقال إبراهيم
والنخعى والضحاك:لا تعط زيفا وتأخذ جيدا.وقال السدى: كان أحدهم يأخذ الشاة السمينة
من غنم اليتيم, ويجعل مكانها الشاة المهزولة ويقول: شاة بشاة, ويأخذ الدرهم الجيد
ويطرح مكانه الزيف ويقول درهم بدرهم
Di sini
Ibnu Katsir menggunakan bentuk bi al-ma'tsur. Beliau ketika menafsirkan
penggalan ayat tersebut langsung merujuk riwayat dari al-Tsauri, Sa'id bin
Jubair, Sa'id bin al-Musayyab dan lain-lain. Sehingga seakan-akan beliau tidak
punya pendapat sendiri tentang hal tersebut.
Hal
inilah yang membedakan antara bentuk bi al-ma'tsur dengan bentuk bi al-ra'y.
Tafsir yang menggunakan bentuk bi al-ma'tsur sangat tergantung dengan riwayat.
Tafsir ini akan tetap ada selama riwayat masih ada. Berbeda dengan tafsir bi
al-ra'y yang akan selalu berkembang dengan perkembangan zaman. Adapun mengenai
metode yang digunakan tafsir Jalalain menggunakan metode Ijmali (global).
Sebagaimana diungkapkan oleh al-Suyuthi bahwa beliau menafsirkan sesuai dengan
metode yang dipakai oleh al-Mahalli yakni berangkat dari qoul yang kuat, I'rab
lafadz yang dibutuhkan saja, perhatian terhadap Qiraat yang berbeda dengan
ungkapan yang simpel dan padat serta meninggalkan ungkapan-ungkapan
bertele-tele dan tidak perlu. Mufasir yang menggunakan metode ini biasanya
menjelaskan ayat-ayat al-Qur'an secara ringkas dengan bahasa populer dan mudah
dimengerti. Ia akan menafsirkan al-Qur'an secara sistematis dari awal hingga
akhir. Di samping itu, penyajiannya diupayakan tidak terlalu jauh dari gaya
(uslub) bahasa al-Qur'an, sehingga penbengar dan pembacanya seakan-akan masih
tetap mendengar al-Qur'an, padahal yang didengarnya adalah tafsirnya.
Berbeda
dengan metode yang digunakan oleh Ibnu Katsir sebagaimana terlihat dalam
contoh. Dari contoh tersebut Ibnu Katsir menggunakan metode Tahlili (analitis).
Perbedaannya terletak pada terget yang ingin dicapai. Jika yang diinginkan
adalah hanya untuk mengetahui makna kosa kata, tidak memerlukan uraian yang
luas, maka cukup menggunakan metode Ijmali seperti Tafsir Jalalain. Tetapi jika
target yang ingin dicapai adalah suatu penafsiran yang luas tetapi tidak
menuntaskan pemahaman yang terkandung dalam ayat secara komprehensif, maka
metode yang cocok adalah metode Tahlili (analitis), sebagaimana tafsirnya Ibnu
Katsir. Corak penafsiran ialah suatu warna, arah, atau kecenderungan pemikiran
atau ide tertentu yang mendominasi sebuah karya tafsir. Jadi kata kuncinya
adalah terletak pada dominan atau tidaknya sebuah pemikiran ide tersebut. Bila
sebuah kitab tafsir mengandung banyak corak (minimal tiga corak) dan kesemuanya
tidak ada yang dominan karena porsinya sama, maka inilah yang disebut corak
umum.
Adapun
tafsir Jalalain karena uraiannya sangat singkat dan padat dan tidak tampak
gagasan ide-ide atau konsep-konsep yang menonjol dari mufasirnya, maka jelas
sekali sulit untuk memberikan label pemikiran tertentu terhadap coraknya. Karena
itu pemakaian corak umum baginya terasa sudah tepat kerena memang begitulah
yang dijumpai dalam tafsiran yang diberikan dalam kitab tersebut. Itu artinya
bahwa dalam tafsirnya tidak didominasi oleh pemikiran-pemikiran tertentu
melainkan menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an sesuai dengan kandungan maknanya.
4.
Karakteristik Tafsir Jalalain
Kitab ini
terbagi atas dua juz. Juz yang pertama berisi tafsir surat al-Baqarah sampai
surat al-Isra' yang disusun oleh Jalaluddin al-Suyuthi, sedangkan juz yang
kedua berisi tafsir surat al-Kahfi sampai surat al-Naas ditambah dengan tafsir
surat al-Fatihah yang disusun oleh Jalaluddin al-Mahalli. Untuk mengetahui
karakteristik tafsir ini perlu diperbandingkan dengan tafsir lain yang bercorak
sama. Berikut disuguhkan perbandingan dengan Tafsir Marah Labid karya Nawawi
al-Bantani dan juga Tafsir al-Baidhowi karya Imam Baidhowi.
• (وما يخادعون إلا أنفسهم) لأن وبال خداعهم راجع اليهم فيفتضحون
فى الدنيا باطلاع الله نبيه على ما ابطنوه ويعاقبون فى الأخرة (وما يشعرون) يعلمون
أن خداعهم لأنفسهم والمخادعة هنا من واحد كعاقبت اللص وذكر الله فيها تحسين وفى
قرأة وما يخدعون
• (وما يخدعون) أى يكذبون (إلا أنفسهم) وهذه الجملة حال من ضمير يخادعون أى يفعلون ذلك والحال أنهم ما يضرون بذلك الا أنفسهم فان دائرة فعلهم مقصورة عليهم وقرأ عاصم وابن عمر وحمزة والكسائ وما يخدعون بفتح الياء وسكون الخاء وفتح الدال وقرأ الباقون بضم الياء وفتح الخاء مع المد وكسرالدال ولا خلاف فى قوله يخادعون الله فالجميع قرأ بضم الياء وفتح الخاء وبالألف بعدها وكسرالدال وأما الرسم فبغير ألف فى الموضعين (وما يشعرون) أن الله يطلع نبيه على كذبهم
• (وما يخادعون إلا أنفسهم) قرأة نافع وابن كثير وأبى عمر والمعنى ان دائرة الخداع راجعة اليهم وضررها يحيق بهم أو أنهم فى ذلك خدعوا أنفسهم لما غروها بذلك وخدعتهم أنفسهم حيث حدثتهم بالأماني الفازعة وحملتهم على مخادعة من لا يخفى عليه خافية وقرأ الباقون وما يخدعون لان المخادعة لا تتصور الا بين اثنين وقرئ ويخدعون من خدع ويخدعون بمعنى يختدعون ويخدعون ويخادعون على البناء للمفعول ونصب أنفسهم بنزع الخافض والنفس ذات الشيء وحقيقة ثم قيل للروح لان النفس الحي به وللقلب لانه محل الروح أو متعلقة وللدم لان قوامها به وللماء لفرط حاجتيا اليه وللرأى فى قولهم فلان يؤامر نفسه لانه ينبعث عنها أو يشبه ذاتا مرة وتشير عليه والمراد بالانفس ههنا ذواتهم ويحتمل حملها على أرواحهم وآرائهم (وما يشعرون) لا يحسون بذلك لتمادى غفلتهم جعل لحوق و بال الخداع ورجوع ضرره اليهم فى الظهو وكالمحسوس الذى لا يخفى الا على مؤوف الحواس والشعور الاحساس ومشاعرالانسان حواسه وأصله الشعر ومنه الشعار
• (وما يخدعون) أى يكذبون (إلا أنفسهم) وهذه الجملة حال من ضمير يخادعون أى يفعلون ذلك والحال أنهم ما يضرون بذلك الا أنفسهم فان دائرة فعلهم مقصورة عليهم وقرأ عاصم وابن عمر وحمزة والكسائ وما يخدعون بفتح الياء وسكون الخاء وفتح الدال وقرأ الباقون بضم الياء وفتح الخاء مع المد وكسرالدال ولا خلاف فى قوله يخادعون الله فالجميع قرأ بضم الياء وفتح الخاء وبالألف بعدها وكسرالدال وأما الرسم فبغير ألف فى الموضعين (وما يشعرون) أن الله يطلع نبيه على كذبهم
• (وما يخادعون إلا أنفسهم) قرأة نافع وابن كثير وأبى عمر والمعنى ان دائرة الخداع راجعة اليهم وضررها يحيق بهم أو أنهم فى ذلك خدعوا أنفسهم لما غروها بذلك وخدعتهم أنفسهم حيث حدثتهم بالأماني الفازعة وحملتهم على مخادعة من لا يخفى عليه خافية وقرأ الباقون وما يخدعون لان المخادعة لا تتصور الا بين اثنين وقرئ ويخدعون من خدع ويخدعون بمعنى يختدعون ويخدعون ويخادعون على البناء للمفعول ونصب أنفسهم بنزع الخافض والنفس ذات الشيء وحقيقة ثم قيل للروح لان النفس الحي به وللقلب لانه محل الروح أو متعلقة وللدم لان قوامها به وللماء لفرط حاجتيا اليه وللرأى فى قولهم فلان يؤامر نفسه لانه ينبعث عنها أو يشبه ذاتا مرة وتشير عليه والمراد بالانفس ههنا ذواتهم ويحتمل حملها على أرواحهم وآرائهم (وما يشعرون) لا يحسون بذلك لتمادى غفلتهم جعل لحوق و بال الخداع ورجوع ضرره اليهم فى الظهو وكالمحسوس الذى لا يخفى الا على مؤوف الحواس والشعور الاحساس ومشاعرالانسان حواسه وأصله الشعر ومنه الشعار
Salah
satu sisi yang ditampilkan dari ketiga contoh di atas adalah masalah Qira'at.
Tetapi jika dilihat lebih lanjut terjadi perbedaan dalam penyajiannya. Jika
dibandingkan dengan kedua tafsir di bawahnya, pembahasan yang ada dalam Tafsir
Jalalain lebih ringkas, bahkan cenderung sepintas lalu. Rupanya Suyuthi tidak
mau terjebak dalam pembicaraan yang bertele-tele, cukup hanya dengan
menunjukkan adanya perbedaan qira'at. Sebagaimana yang ia sampaikan dalam
muqaddimahnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa karakteristik Tafsir Jalalain
jika dibandingkan dengan tafsir lain yang bercorak sama adalah ungkapannya yang
simpel dan padat dengan gaya bahasa yang mudah. Tujuannya adalah agar dapat
dicerna dengan mudah oleh para pembaca tafsir. Hingga pantaslah kalau ada yang
mengatakan bahwa antara al-Qur'an dengan tafsirannya hampir sama. Bahkan,
menurut pengarang kitab Kasyf al-Dzunun, ada sebagian ulama Yaman yang
mengatakan bahwa hitungan huruf al-Qur'an dengan tafsirannya sampai surat
al-Muzzammil adalah sama. Baru pada surat al-Muddatstsir dan seterusnya tafsir
ini melebihi al-Qur'an. Yang menarik dari kitab ini adalah penempatan
tafsir Surat al-fatihah yang diletakkan paling akhir. Kedua mufassir juga tidak
berbicara tentang basmalah sebagaimana tafsir-tafsir lainnya. Tidak ada
keterangan yang menyebutkan tentang alasan tidak ditafsirkannya basmalah.
C.
Penutup
Budaya
tafsir-menafsir merupakan bagian dari peradaban Islam. Budaya ini yang
menjadikan intelektual Islam menjadi terangkat namanya dalam kancah
internasional. Salah satu tafsir yang populer di Indonesia adalah tafsir
Jalalain. Tafsir ini begitu populernya, sehingga hukumnya "wajib" mengkaji
tafsir ini di kalangan pesantren. Kesemuanya itu tak terlepas dari isi tafsir
itu sendiri yang isinya singkat dan padat serta para mufasirnya yang begitu
karismatik.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Amin,
Ghofur Saiful , Profil Para Mufasir al-Qur'an, Yogyakarta, Puataka Insan
Madani, 2008.
Baidan,
Nashruddin, Metode Penafsiran Al-Qur'an, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002.
, Wawasan
Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.
Al-Baidhowi,
Abdullah bin 'Umar bin Muhammad , Tafsir al-Baidhowi, jilid I, Beirut, Dar
Shadir, t.th.
Al-Dimasyqy,
Ibnu Katsir , Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, juz 1, Beirut, Maktabah al-Nur
al-Ilmiah,1991.
Al-Dzahabi,
Muhammad Husain , al-Tafsir wa al-Mufassirun, juz 1, Beirut, 1976.
Jalaluddin
al-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, Dar Ihya'
al-Kutub al-'Arabiyah, t.th.
Nawawi
al-Jawi, Muhammad , Marah Labid, Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyah, t.th.
Al-Qusthunthonni,
Mushtafa bin Abdillah , Kasyf al-Dzunun, juz 1, Beirut, Dar al-Kutub
al-'Ilmiyah, 1992.
AL-FATIHAH
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
001. (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)
الحمد
لله جملة
خبرية قصد بها الثناء على الله بمضمونها على أنه تعالى : مالك لجميع الحمد من
الخلق آو مستحق لأن يحمدوه والله علم على المعبود بحق رب
العالمين أي مالك جميع الخلق من الإنس والجن والملائكة والدواب وغيرهم وكل
منها يطلق عليه عالم يقال عالم الإنس وعالم الجن إلى غير ذلك وغلب في جمعه بالياء
والنون أولي العلم على غيرهم وهو من العلامة لأنه علامة على موجده
002. (Segala puji bagi Allah) Lafal ayat ini merupakan kalimat berita,
dimaksud sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang
terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Taala adalah yang memiliki semua
pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya. Atau makna yang dimaksud ialah
bahwa Allah Taala itu adalah Zat yang harus mereka puji. Lafal Allah merupakan
nama bagi Zat yang berhak untuk disembah. (Tuhan semesta alam) artinya Allah
adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin,
malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut
alam. Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal
'al-`aalamiin' merupakan bentuk jamak dari lafal '`aalam', yaitu dengan memakai
huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk berakal/berilmu atas yang
lainnya. Kata 'aalam berasal dari kata `alaamah (tanda) mengingat ia adalah
tanda bagi adanya yang menciptakannya.
الرحمن
الرحيم أي ذي
الرحمة وهي إرادة الخير لأهله
003. (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) yaitu yang mempunyai
rahmat. Rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya.
مالك
يوم الدين أي الجزاء وهو يوم القيامة وخص بالذكر لأنه لا ملك ظاهرا فيه لأحد
إلا لله تعالى بدليل { لمن الملك اليوم ؟ لله } ومن قرأ مالك فمعناه مالك الأمر
كله في يوم القيامة أو هو موصوف بذلك دائما كغافر الذنب فصح وقوعه صفة لمعرفة
004. (Yang menguasai hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafal
'yaumuddiin' disebutkan secara khusus, karena di hari itu tiada seorang pun
yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah Taala semata, sesuai dengan
firman Allah Taala yang menyatakan, "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari
ini (hari kiamat)? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan."
(Q.S. Al-Mukmin 16) Bagi orang yang membacanya 'maaliki' maknanya menjadi
"Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat". Atau Dia adalah Zat
yang memiliki sifat ini secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya
yang lain, yaitu seperti 'ghaafiruz dzanbi' (Yang mengampuni dosa-dosa). Dengan
demikian maka lafal 'maaliki yaumiddiin' ini sah menjadi sifat bagi Allah,
karena sudah ma`rifah (dikenal).
إياك
نعبد وإياك نستعين أي نخصك بالعبادة من توحيد وغيره ونطلب
المعونة على العبادة وغيرها
005. (Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami
memohon pertolongan) Artinya kami beribadah hanya kepada-Mu, seperti mengesakan
dan lain-lainnya, dan kami memohon pertolongan hanya kepada-Mu dalam menghadapi
semua hamba-Mu dan lain-lainnya.
اهدنا
الصراط المستقيم أي أرشدنا إليه ويبدل منه
006. (Tunjukilah kami ke jalan yang lurus) Artinya bimbinglah kami ke
jalan yang lurus, kemudian dijelaskan pada ayat berikutnya, yaitu:
صِرَاطَ
الذين أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ بالهداية ويبدل من الذين بصلته غَيْرِ المغضوب عَلَيْهِمْ وهم اليهود وَلاَ وغير الضالين وهم
النصارى ونكتة البدل إفادة أن المهتدين ليسوا يهوداً ولا نصارى والله أعلم
بالصواب، وإليه المرجع والمآب وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
تسليما كثيرا دائما أبدا، وحسبنا الله ونعم الوكيل، ولا حول ولا قوة إلا بالله
العلي العظيم
007. (Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada
mereka), yaitu melalui petunjuk dan hidayah-Mu. Kemudian diperjelas lagi
maknanya oleh ayat berikut: (Bukan (jalan) mereka yang dimurkai) Yang dimaksud
adalah orang-orang Yahudi. (Dan bukan pula) dan selain (mereka yang sesat.)
Yang dimaksud adalah orang-orang Kristen. Faedah adanya penjelasan tersebut
tadi mempunyai pengertian bahwa orang-orang yang mendapat hidayah itu bukanlah
orang-orang Yahudi dan bukan pula orang-orang Kristen. Hanya Allahlah Yang Maha
Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Semoga selawat
dan salam-Nya dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta
keluarga dan para sahabatnya, selawat dan salam yang banyak untuk selamanya.
Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong dan Dialah sebaik-baik penolong.
Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang
Maha Tinggi lagi Maha Besar.
AL-IKHLAS
{
قُلْ هُوَ الله أَحَدٌ } فالله خبر «هو» و «أحد» بدل منه أو خبر ثان .
001. (Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha
Esa") lafal Allah adalah Khabar dari lafal Huwa, sedangkan lafal Ahadun
adalah Badal dari lafal Allah, atau Khabar kedua dari lafal Huwa.
{ الله
الصمد } مبتدأ وخبر : أي المقصود في الحوائج على الدوام .
002. (Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu) lafal ayat ini terdiri dari Mubtada dan Khabar; artinya Dia
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu untuk selama-lamanya.
{ لَمْ
يَلِدْ } لانتفاء مجانسته . { وَلَمْ يُولَدْ } لانتفاء الحدوث عنه .
003. (Dia tiada beranak) karena tiada yang
menyamai-Nya (dan tiada pula diperanakkan) karena mustahil hal ini terjadi
bagi-Nya.
{ وَلَمْ
يَكُنْ لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ } أي مكافئاً ومماثلاً و «له» متعلق ب «كفواً»
وقُدِّم عليه لأنه مَحطُّ القصد بالنفي ، وأَخَّر «أحد» وهو اسم «يكن» عن خبرها
رعاية للفاصلة .
004. (Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan
Dia) atau yang sebanding dengan-Nya, lafal Lahu berta'alluq kepada lafal
Kufuwan. Lafal Lahu ini didahulukan karena dialah yang menjadi subjek penafian;
kemudian lafal Ahadun diakhirkan letaknya padahal ia sebagai isim dari lafal
Yakun, sedangkan Khabar yang seharusnya berada di akhir mendahuluinya; demikian
itu karena demi menjaga Fashilah atau kesamaan bunyi pada akhir ayat.
AL-FALAQ
{
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الفلق } الصبح .
001. (Katakanlah, "Aku berlindung kepada Rabb
Yang menguasai falaq) atau waktu subuh.
{ مِن
شَرِّ مَا خَلَقَ } من حيوان مكلف وغير مكلف وجماد كالسم وغير ذلك .
002. (Dari kejahatan apa yang telah diciptakan-Nya)
yaitu dari kejahatan makhluk hidup yang berakal dan yang tidak berakal; serta
dari kejahatan benda mati seperti racun dan lain sebagainya.
{ وَمِن
شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ } أي الليل إذا أظلم ، أوالقمر إذا غاب .
003. (Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap
gulita) artinya dari kejahatan malam hari apabila telah gelap, dan dari
kejahatan waktu purnama apabila telah terbenam.
{ وَمِن
شَرِّ النفاثات } السواحر تنفث { فِى العقد } التي تعقدها في الخيط تنفخ فيها بشيء
تقوله من غير ريق . وقال الزمخشري معه كبنات لبيد المذكور .
004. (Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir
yang menghembus) yaitu tukang-tukang sihir wanita yang menghembuskan sihirnya
(pada buhul-buhul) yang dibuat pada pintalan, kemudian pintalan yang berbuhul
itu ditiup dengan memakai mantera-mantera tanpa ludah. Zamakhsyari mengatakan,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh anak-anak perempuan Lubaid yang telah
disebutkan di atas tadi.
{ وَمِن
شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ } أظهر حسده وعمل بمقتضاه كلبيد المذكور من اليهود
الحاسدين للنبي صلى الله عليه وسلم ، وذكر الثلاثة الشامل لها «ما خلق» بعده لشدّة
شرها .
005. (Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila
ia dengki) atau apabila ia menampakkan kedengkiannya lalu berusaha atas
kedengkian yang dipendamnya itu, sebagaimana yang telah dikerjakan oleh Lubaid
si Yahudi tadi; dia termasuk orang-orang yang dengki terhadap Nabi saw. Ketiga
jenis kejahatan yang disebutkan sesudah lafal Maa Khalaq, padahal semuanya itu
telah terkandung di dalam maknanya, hal ini tiada lain mengingat kejahatan yang
ditimbulkan oleh ketiga perkara tersebut sangat parah.
AN-NAS
{
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الناس } خالقهم ومالكهم خُصُّو بالذكر تشريفاً لهم ومناسبة
للاستفادة من شر الموسوس في صدورهم .
001. (Katakanlah, "Aku berlindung kepada Rabb
manusia) Yang menciptakan dan Yang memiliki mereka; di sini manusia disebutkan
secara khusus sebagai penghormatan buat mereka; dan sekaligus untuk
menyesuaikan dengan pengertian Isti'adzah dari kejahatan yang menggoda hati
mereka.
{ مَلِكِ
الناس } .
002. (Raja manusia.)
{ إله
الناس } بدلان أو صفتان أو عطفا بيان وأظهر المضاف اليه فيهما زيادة للبيان .
003. (Sesembahan manusia) kedua ayat tersebut
berkedudukan sebagai Badal atau sifat, atau 'Athaf Bayan, kemudian Mudhaf
Ilaih. Lafal An-Naas disebutkan di dalam kedua ayat ini, dimaksud untuk
menambah jelas makna.
{ مِن
شَرِّ الوسواس } أي الشيطان سمي بالحدث لكثرة ملابسته له { الخناس } لأنه يخنس
ويتأخر عن القلب كلما ذُكِرَ الله .
004. (Dari kejahatan bisikan) setan; setan
dinamakan bisikan karena kebanyakan godaan yang dilancarkannya itu melalui
bisikan (yang biasa bersembunyi) karena setan itu suka bersembunyi dan
meninggalkan hati manusia bila hati manusia ingat kepada Allah.
{ الَّذِي
يُوَسْوِسُ فِي صُدُوِر النَّاسِ } قلوبهم إذاغفلوا عن ذكر الله .
005. (Yang membisikkan kejahatan ke dalam dada
manusia) ke dalam kalbu manusia di kala mereka lalai mengingat Allah.
{ مِنَ
الجنة والناس } باين للشيطان الموسوس أنه جني أوإنسي ، كقوله تعالى : { شَيَاطِينَ
الإِنْسِ وَالجِنِّ } [ 112 : 6 ] أو من الجنة بيان له ( والناس ) عطف على (
الوسواس ) وعلى كل شمل شر لبيد وبناته المذكورين ، واعترض الأول بأن الناس لا
يوسوس في صدورهم الناس إنما يوسوس في صدورهم الجن ، وأُجيب بأن الناس يوسوسون
أيضاً بمعنى يليق بهم في الظاهر ثم تصل وسوستهم إلى القلب وتثبت فيه بالطريق
المؤدي إلى ذلك والله تعالى أعلم .
006. (Dari jin dan manusia") lafal ayat ini
menjelaskan pengertian setan yang menggoda itu, yaitu terdiri dari jenis jin
dan manusia, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat lainnya, yaitu melalui
firman-Nya, "yaitu setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis
jin." (Q.S. Al-An'am, 112) Atau lafal Minal Jinnati menjadi Bayan dari
lafal Al-Waswaasil Khannaas, sedangkan lafal An-Naas di'athafkan kepada lafal
Al-Waswaas. Tetapi pada garis besarnya telah mencakup kejahatan yang dilakukan
oleh Lubaid dan anak-anak perempuannya yang telah disebutkan tadi. Pendapat
pertama yang mengatakan bahwa di antara yang menggoda hati manusia adalah
manusia di samping setan, pendapat tersebut disanggah dengan suatu kenyataan,
bahwa yang dapat menggoda hati manusia hanyalah bangsa jin atau setan saja. Sanggahan
ini dapat dibantah pula, bahwasanya manusia pun dapat pula menggoda manusia
lainnya, yaitu dengan cara yang sesuai dengan keadaan dan kondisi mereka
sebagai manusia. Godaan tersebut melalui lahiriah, kemudian merasuk ke dalam
kalbu dan menjadi mantap di dalamnya, yaitu melalui cara yang dapat menjurus ke
arah itu. Akhirnya hanya Allah sajalah Yang Maha Mengetahui.
AL-KAFIRUN
001. (Katakanlah, "Hai orang-orang kafir!)
002. (Aku tidak akan menyembah) maksudnya sekarang
aku tidak akan menyembah (apa yang kalian sembah) yakni berhala-berhala yang
kalian sembah itu.
003. (Dan kalian bukan penyembah) dalam waktu
sekarang (Tuhan yang aku sembah) yaitu Allah swt. semata.
004. (Dan aku tidak mau menyembah) di masa
mendatang (apa yang kalian sembah.)
005. (Dan kalian tidak mau pula menyembah) di masa
mendatang (Tuhan yang aku sembah) Allah swt. telah mengetahui melalui ilmu-Nya,
bahwasanya mereka di masa mendatang pun tidak akan mau beriman. Disebutkannya
lafal Maa dengan maksud Allah adalah hanya meninjau dari segi Muqabalahnya.
Dengan kata lain, bahwa Maa yang pertama tidaklah sama dengan Maa yang kedua.
006. (Untuk kalianlah agama kalian) yaitu agama
kemusyrikan (dan untukkulah agamaku") yakni agama Islam. Ayat ini
diturunkan sebelum Nabi saw. diperintahkan untuk memerangi mereka. Ya Idhafah
yang terdapat pada lafal ini tidak disebutkan oleh ahli qiraat sab'ah, baik
dalam keadaan Waqaf atau pun Washal. Akan tetapi Imam Ya'qub menyebutkannya
dalam kedua kondisi tersebut.
AL-LAHAB
001. (Binasalah) atau merugilah (kedua tangan Abu
Lahab) maksudnya diri Abu Lahab; di sini diungkapkan dengan memakai kata-kata
kedua tangan sebagai ungkapan Majaz, karena sesungguhnya kebanyakan pekerjaan
yang dilakukan oleh manusia itu dikerjakan dengan kedua tangannya; Jumlah
kalimat ini mengandung makna doa (dan sesungguhnya dia binasa) artinya dia
benar-benar merugi. Kalimat ayat ini adalah kalimat berita; perihalnya sama
dengan perkataan mereka: Ahlakahullaahu Waqad Halaka, yang artinya:
"Semoga Allah membinasakannya; dan sungguh dia benar-benar binasa."
Ketika Nabi saw. menakut-nakutinya dengan azab, ia berkata, "Jika apa yang
telah dikatakan oleh anak saudaraku itu benar, maka sesungguhnya aku akan
menebus diriku dari azab itu dengan harta benda dan anak-anakku." Lalu
turunlah ayat selanjutnya, yaitu:
002. (Tidaklah berfaedah kepadanya harta benda dan
apa yang ia usahakan) maksudnya apa yang telah diusahakannya itu, yakni
anak-anaknya. Lafal Aghnaa di sini bermakna Yughnii, artinya tidak akan
berfaedah kepadanya harta dan anak-anaknya.
003. (Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak) yang besar nyalanya; kata-kata ini pun dijadikan pula sebagai
julukan namanya, karena ia mempunyai muka yang berbinar-binar memancarkan sinar
merah api.
004. (Dan begitu pula istrinya) lafal ini
di'athafkan kepada Dhamir yang terkandung di dalam lafal Yashlaa, hal ini
diperbolehkan karena di antara keduanya terdapat pemisah, yaitu Maf'ul dan
sifatnya; yang dimaksud adalah Umu Jamil (pembawa) dapat dibaca Hammalaatun dan
Hammaalatan (kayu bakar) yaitu duri dan kayu Sa'dan yang banyak durinya,
kemudian kayu dan duri itu ia taruh di tengah jalan tempat Nabi saw. lewat.
005. (Yang di lehernya) atau pada lehernya (ada
tali dari sabut) yakni pintalan dari sabut; Jumlah ayat ini berkedudukan
menjadi Haal atau kata keterangan dari lafal Hammaalatal Hathab yang merupakan
sifat dari istri Abu Lahab. Atau kalimat ayat ini dapat dianggap sebagai Khabar
dari Mubtada yang tidak disebutkan.
AN-NASHR
001. (Apabila telah datang pertolongan Allah)
kepada Nabi-Nya atas musuh-musuhnya (dan kemenangan) yakni kemenangan atas kota
Mekah.
002. (Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah)
yaitu agama Islam (dengan berbondong-bondong) atau secara berkelompok, yang
pada sebelumnya hanya secara satu persatu. Hal tersebut terjadi sesudah
kemenangan atas kota Mekah, lalu orang-orang Arab dari semua kawasan datang
kepada Nabi saw. dalam keadaan taat untuk masuk Islam.
003. (Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu)
artinya bertasbihlah seraya memuji-Nya (dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat) sesungguhnya Nabi saw. sesudah
surah ini diturunkan, beliau selalu memperbanyak bacaan: Subhaanallaah Wa
Bihamdihi, Astaghfirullaaha Wa Atuubu Ilaihi, yang artinya: "Maha Suci
Allah dengan segala pujian-Nya, aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat
kepada-Nya." Dengan turunnya surah ini dapat diketahui bahwa saat ajalnya
telah dekat. Peristiwa penaklukan kota Mekah itu terjadi pada bulan Ramadan
tahun delapan Hijriah, dan beliau wafat pada bulan Rabiulawal, tahun sepuluh
Hijriah.
AL-BAYYINAH
001. (Tiadalah orang-orang yang kafir dari) huruf
Min di sini mengandung makna penjelasan (kalangan ahlulkitab dan orang-orang
musyrik) orang-orang musyrik artinya orang-orang yang menyembah berhala; lafal
Musyrikiina di'athafkan kepada lafal Ahlilkitaabi (mau meninggalkan) agamanya;
lafal Munfakkiina sebagai Khabar dari lafal Yakun; artinya mereka akan tetap
memegang agama yang mereka peluk (sebelum datang kepada mereka) artinya sampai
datang kepada mereka (bukti yang nyata) berupa hujah yang jelas, yang dimaksud
adalah Nabi Muhammad saw.
002. (Yaitu seorang rasul dari Allah) lafal ayat
ini menjadi Badal dari lafal Al-Bayyinah, yang dimaksud adalah Nabi Muhammad
saw. (yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan) dari segala bentuk
kebatilan.
003. (Di dalamnya terdapat kitab-kitab) maksudnya
hukum-hukum yang tertulis (yang lurus) artinya hukum-hukum yang lurus. Dia akan
membacakan apa yang dikandungnya, yaitu Alquran; di antara mereka ada
orang-orang yang beriman kepadanya dan ada pula orang-orang yang kafir
kepadanya.
004. (Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang
didatangkan Alkitab) kepada mereka sehubungan dengan masalah iman kepada Nabi
Muhammad saw. (melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata) yaitu
setelah datang kepada mereka Nabi Muhammad saw., atau Alquran yang dibawa
olehnya sebagai mukjizat baginya. Sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw. mereka
adalah orang-orang yang sepakat untuk beriman kepadanya/Nabi Muhammad tetapi
setelah Nabi Muhammad saw. datang kepada mereka, tiba-tiba mereka
mengingkarinya, terutama orang-orang yang dengki dari kalangan mereka.
005. (Padahal mereka tidak disuruh) di dalam
kitab-kitab mereka yaitu Taurat dan Injil (kecuali menyembah Allah) kecuali
supaya menyembah Allah, pada asalnya adalah An Ya'budullaaha, lalu huruf An
dibuang dan ditambahkan huruf Lam sehingga jadilah Liya'budullaaha (dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam beragama) artinya membersihkannya dari kemusyrikan
(dengan lurus) maksudnya berpegang teguh pada agama Nabi Ibrahim dan agama Nabi
Muhammad bila telah datang nanti. Maka mengapa sewaktu ia datang mereka menjadi
jadi ingkar kepadanya (dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat;
dan yang demikian itulah agama) atau tuntunan (yang mustaqim) yang lurus.
006. (Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahli
kitab dan orang-orang musyrik -dimasukkan- ke dalam neraka Jahanam; mereka
kekal di dalamnya) lafal Khaalidiina menjadi Haal atau kata keterangan keadaan
dari lafal yang tidak disebutkan; lengkapnya mereka telah dipastikan oleh Allah
swt. untuk menjadi penghuni tetap di dalam neraka Jahanam untuk selama-lamanya.
(Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.)
007. (Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk) artinya makhluk
yang paling baik.
008. (Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah
surga 'Adn) sebagai tempat tinggal tetap mereka (yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap
mereka) karena ketaatan mereka kepada-Nya (dan mereka pun rida kepada-Nya)
yakni merasa puas akan pahala-Nya. (Yang demikian itu adalah balasan bagi orang
yang takut kepada Rabbnya) maksudnya takut kepada siksaan-Nya, yang karena itu
lalu ia berhenti dari mendurhakai-Nya
QURAISY
001.
(Karena kebiasaan orang-orang Quraisy.)
002.
(Yaitu kebiasaan mereka) lafal ini mengukuhkan makna lafal sebelumnya
(bepergian pada musim dingin) ke negeri Yaman (dan musim panas) ke negeri Syam
dalam setiap tahunnya; mereka bepergian dengan tujuan untuk berniaga yang
keuntungannya mereka gunakan untuk keperluan hidup mereka di Mekah dan untuk
berkhidmat kepada Baitullah yang merupakan kebanggaan mereka; mereka yang
melakukan demikian adalah anak-anak An-Nadhr bin Kinanah.
003.
(Maka hendaklah mereka menyembah) lafal ini menjadi ta'alluq atau tempat
bergantung bagi lafal Li-iilaafi; sedangkan huruf Fa adalah huruf Zaidah (Rabb
rumah ini.)
004.
(Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar) agar
mereka tidak kelaparan (dan mengamankan mereka dari ketakutan) artinya supaya
mereka tidak merasa takut lagi. Sesungguhnya mereka sering mengalami kelaparan,
karena di Mekah tidak terdapat lahan pertanian, sebagaimana mereka pun pernah
dicekam oleh rasa takut, yaitu ketika tentara bergajah datang kepada mereka
dengan maksud untuk menghancurkan Ka’bah.
AL-INSYIRAH
001. (Bukankah Kami telah melapangkan) Istifham
atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir atau menetapkan, yakni Kami
telah melapangkan (untukmu) hai Muhammad (dadamu?) dengan kenabian dan
lain-lainnya.
002. (Dan Kami telah menghilangkan) telah melenyapkan
(darimu dosamu.)
003. (Yang memberatkan) yang memayahkan
(punggungmu) ayat ini maknanya sama dengan ayat lainnya yaitu, firman-Nya,
"....supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah
lalu..." (Q.S. Al-Fath:2)
004. (Dan Kami tinggikan bagimu sebutanmu) yakni
sebutan namamu sebagai contohnya ialah namamu disebutkan bersama-sama dengan
nama-Ku di dalam azan, iqamah, tasyahhud, khotbah dan lain sebagainya.
005. (Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu)
atau kesukaran itu (ada kelapangan) yakni kemudahan.
006. (Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kelapangan) Nabi saw. banyak sekali mengalami kesulitan dan hambatan dari
orang-orang kafir, kemudian beliau mendapatkan kelapangan dan kemudahan, yaitu
setelah beliau mengalami kemenangan atas mereka.
007. (Maka apabila kamu telah selesai) dari salat
(bersungguh-sungguhlah kamu) di dalam berdoa.
008. (Dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu
berharap) atau meminta dengan merendahkan diri.
AL-KAUTSAR
001. (Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu)
hai Muhammad (Al-Kautsar) merupakan sebuah sungai di surga dan telaga milik
Nabi saw. kelak akan menjadi tempat minum bagi umatnya. Al-Kautsar juga berarti
kebaikan yang banyak, yaitu berupa kenabian, Alquran, syafaat dan lain sebagainya.
002. (Maka dirikanlah salat karena Rabbmu) yaitu
salat Hari Raya Kurban (dan berkurbanlah) untuk manasik hajimu.
003. (Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu)
yakni orang-orang yang tidak menyukai kamu (dialah yang terputus) terputus dari
semua kebaikan; atau putus keturunannya. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan
orang yang bersikap demikian, dia adalah 'Ash bin Wail, sewaktu Nabi saw.
ditinggal wafat putranya yang bernama Qasim, lalu 'Ash menjuluki Nabi sebagai
Abtar yakni orang yang terputus keturunannya.
AL-MAUN
001. (Tahukah kamu orang yang mendustakan hari
pembalasan?) atau adanya hari hisab dan hari pembalasan amal perbuatan.
Maksudnya apakah kamu mengetahui orang itu? Jika kamu belum mengetahui:
002. (Maka dia itulah) sesudah huruf Fa ditetapkan
adanya lafal Huwa, artinya maka dia itulah (orang yang menghardik anak yatim)
yakni menolaknya dengan keras dan tidak mau memberikan hak yang seharusnya ia
terima.
003. (Dan tidak menganjurkan) dirinya atau orang
lain (memberi makan orang miskin) ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang
yang bersikap demikian, yaitu Al-'Ash bin Wail atau Walid bin Mughirah.
004. (Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang
salat.)
005. (Yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya)
artinya mengakhirkan salat dari waktunya.
006. (orang-orang yang berbuat ria) di dalam
salatnya atau dalam hal-hal lainnya.
007. (Dan enggan menolong dengan barang yang
berguna) artinya tidak mau meminjamkan barang-barang miliknya yang diperlukan
orang lain; apalagi memberikannya, seperti jarum, kapak, kuali, mangkok dan
sebagainya.
AL-HUMAZAH
001. (Kecelakaanlah) lafal Al-Wail ini adalah
kalimat kutukan, atau nama sebuah lembah di neraka Jahanam (bagi setiap
pengumpat lagi pencela) artinya yang banyak mengumpat dan banyak mencela. Ayat
ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang suka mengumpat Nabi saw. dan
orang-orang mukmin, seperti Umaiyah bin Khalaf, Walid bin Mughirah dan
lain-lainnya.
002. (Yang mengumpulkan) dapat dibaca Jama'a dan
Jamma'a (harta dan menghitung-hitungnya) dan menjadikannya sebagai bekal untuk
menghadapi bencana dan malapetaka.
003. (Dia menduga) karena kebodohannya (bahwa
hartanya itu dapat mengekalkannya) dapat menjadikannya hidup kekal dan tidak
mati.
004. (Sekali-kali tidak!) kalimat ini mengandung
makna sanggahan. (Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan) menjadi Jawab
Qasam dari lafal yang tidak disebutkan; artinya sesungguhnya dia benar-benar
akan dicampakkan (ke dalam Huthamah) dan segala sesuatu yang dimasukkan ke
dalamnya pasti hancur berkeping-keping.
005. (Dan tahukah kamu) atau apakah kamu mengetahui
(apa Huthamah itu?)
006. (Yaitu api -yang disediakan- Allah yang
dinyalakan) yang dinyalakan dengan besarnya.
007. (Yang naik) maksudnya panasnya naik membakar
(sampai ke hati) lalu membakarnya; rasa sakit yang diakibatkan api neraka jauh
lebih memedihkan daripada api lainnya, karena api neraka sangat lembut dan
dapat memasuki pori-pori, lalu membakar hati.
008. (Sesungguhnya api itu atas mereka) di dalam
ayat ini Dhamir dijamakkan karena memandang dari segi makna (ditutup
rapat-rapat) dapat dibaca Mu`shadah dan Muushadah; artinya mereka dibakar
dengan api itu dalam keadaan ditutup rapat.
009. (Pada tiang-tiang) dapat dibaca 'Amadin dan
'Umudin (yang panjang) lafal ini menjadi sifat dari lafal sebelumnya; dengan
demikian maka api itu berada dalam tiang-tiang tersebut.
AT-TAKATSUR
001. (Telah membuat kalian lalai) atau telah
melalaikan kalian dari taat kepada Allah (bermegah-megahan) yaitu saling
bangga-membanggakan harta, anak-anak dan pembantu-pembantu.
002. (Sampai kalian masuk ke dalam kubur) hingga
kalian mati dikubur di dalam tanah; atau hingga kalian menghitung-hitung
banyaknya orang yang telah mati.
003. (Janganlah begitu) kalimat ini mengandung
hardikan dan cegahan (kelak kalian akan mengetahui.)
004. (Dan janganlah begitu, kelak kalian akan
mengetahui) akibat buruk dari perbuatan kalian itu di kala kalian menjelang
kematian, kemudian sewaktu kalian telah berada di dalam kubur.
005. (Janganlah begitu) sesungguhnya (jika kalian
mengetahui dengan pengetahuan yang yakin) tentang akibat perbuatan kalian itu,
niscaya kalian tidak akan lalai taat kepada Allah.
006. (Niscaya kalian benar-benar akan melihat
neraka Jahim) Jawab Qasamnya tidak disebutkan, yaitu niscaya kalian tidak akan
sibuk dengan bermegah-megahan yang melalaikan kalian dari taat kepada Allah.
Lafal Latarawunna pada asalnya adalah Latarawunanna, kemudian Lam Fi'il dan
'Ain Fi'ilnya dibuang, kemudian harakatnya diberikan kepada Wau, sehingga
jadilah Latarawunna.
007. (Dan sesungguhnya kalian benar-benar akan
melihatnya) kalimat ayat ini mengukuhkan makna ayat sebelumnya (dengan
pengetahuan yang yakin) lafal 'Ainal Yaqiin adalah Mashdar; demikian itu karena
lafal Ra-aa dan lafal 'Aayana mempunyai arti yang sama.
008. (Kemudian kalian pasti akan ditanyai) lafal
Latus-alunna dibuang daripadanya Nun alamat Rafa' karena berturut-turutnya
huruf Nun, dibuang pula daripadanya Wawu dhamir jamak, tetapi bukan karena
'Illat atau sebab bertemunya kedua huruf yang disukunkan; bentuk asal daripada
Latus-alunna adalah Latus-aluunanna (pada hari itu) yakni di hari kalian
melihat neraka Jahim (tentang kenikmatan) yang kalian peroleh semasa di dunia,
yaitu berupa kesehatan, waktu luang, keamanan, makanan, minuman dan
nikmat-nikmat lainnya. Artinya dipergunakan untuk apakah kenikmatan itu?
AL-QARI’AH
001. (Hari kiamat) dinamakan Al-Qaari'ah karena
kengerian-kengerian yang terjadi di dalamnya sangat menggentarkan kalbu.
002. (Apakah hari kiamat itu?) ungkapan ini
menggambarkan tentang kengeriannya; ayat yang pertama dan ayat yang kedua
merupakan Mubtada dan Khabarnya.
003. (Tahukah kamu) atau apakah kamu tahu (apakah
hari kiamat itu?) ungkapan ayat ini menambah kengerian yang terdapat di hari
kiamat. Lafal Maa yang pertama adalah Mubtada sedangkan lafal sesudahnya yaitu
lafal Adraaka merupakan Khabarnya; dan Maa yang kedua berikut Khabarnya
berkedudukan sebagai Maf'ul kedua dari lafal Adraa.
004. (Pada hari itu) dinashabkan oleh lafal yang
disimpulkan dari pengertian yang terkandung di dalam lafal Al-Qaari'ah yakni
lafal Taqra'u, artinya pada hari yang menggentarkan itu (manusia adalah seperti
anai-anai yang dihambur-hamburkan) atau seakan-akan belalang-belalang yang
dihambur-hamburkan; sebagian di antaranya terbang beriring-iringan dengan yang
lainnya secara semrawut. Demikian itu karena mereka dalam keadaan kebingungan,
hal ini terus berlangsung hingga mereka dipanggil untuk menjalani perhitungan
amal perbuatan.
005. (Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang
dihambur-hamburkan) atau bagaikan wool yang terhambur-hamburkan, karena
ringannya, sehingga jatuh kembali rata dengan tanah.
006. (Dan adapun orang yang berat timbangannya)
artinya amal kebaikannya lebih berat daripada amal keburukannya.
007. (Maka dia berada dalam kehidupan yang
memuaskan) yaitu berada di dalam surga; atau dengan kata lain kehidupan yang
diterimanya itu sangat memuaskannya.
008. (Dan adapun orang yang ringan timbangannya)
artinya amal keburukannya lebih berat daripada amal kebaikannya.
009. (Maka tempat kembalinya) yaitu tempat
tinggalnya (adalah neraka Haawiyah.)
010. (Dan tahukah kamu, apakah Haawiyah itu?) atau
apakah neraka Haawiyah itu?
011. Neraka Haawiyah itu adalah (api yang sangat
panas) yang panasnya luar biasa; huruf Ha yang terdapat pada lafal Hiyah adalah
Ha Sakat, baik dalam keadaan Washal ataupun Waqaf tetap dibaca. Tetapi menurut
suatu qiraat tidak dibaca bila dalam keadaan Washal.
AZ-ZALZALAH
001. (Apabila bumi diguncangkan) yaitu mengalami
gempa di saat hari kiamat tiba (dengan guncangannya) yang amat dahsyat sesuai
dengan bentuknya yang besar.
002. (Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban
beratnya) berupa semua perbendaharaan yang dikandungnya termasuk orang-orang
mati, kemudian semuanya itu dicampakkan ke permukaannya.
003. (Dan manusia bertanya) yakni orang yang ingkar
kepada adanya hari berbangkit ("Mengapa bumi jadi begini?") ia
mengatakan demikian dengan nada ingkar kepada kenyataan yang sedang mereka
alami ketika itu, yaitu keadaan menjelang hari kiamat.
004. (Pada hari itu) menjadi Badal dari lafal Idzaa
berikut Jawabnya (bumi menceritakan beritanya) yaitu menceritakan semua amal
perbuatan yang telah dilakukan di atas permukaannya, amal baik dan amal buruk.
005. (Karena sesungguhnya) hal itu terjadi
disebabkan karena (Rabbmu telah memerintahkan kepadanya) yang demikian itu. Di
dalam sebuah hadis disebutkan, "Setiap hamba laki-laki dan perempuan
menyaksikan (pada hari itu) semua amal perbuatan yang telah dilakukannya di
muka bumi."
006. (Pada hari itu manusia keluar) maksudnya
mereka berangkat meninggalkan tempat penghisaban (dalam keadaan yang
bermacam-macam) yakni terpisah-pisah; ada yang mengambil jalan ke kanan yaitu
menuju ke surga dan ada yang mengambil jalan ke kiri yaitu menuju ke neraka
(supaya diperlihatkan kepada mereka pekerjaan mereka) maksudnya balasan amal
perbuatan mereka, berupa surga atau neraka.
007. (Maka barang siapa yang mengerjakan seberat
zarah) atau seberat semut yang paling kecil (kebaikan, niscaya dia akan
melihatnya) melihat pahalanya.
008. (Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan
seberat zarah pun, niscaya dia akan melihatnya pula) artinya dia pasti akan
merasakan balasannya.
AL-ASHR
001. (Demi masa) atau zaman atau waktu yang dimulai
dari tergelincirnya matahari hingga terbenamnya; maksudnya adalah waktu salat
Asar.
002. (Sesungguhnya manusia itu) yang dimaksud
adalah jenis manusia (benar-benar berada dalam kerugian) di dalam
perniagaannya.
003. (Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh) mereka tidak termasuk orang-orang yang merugi di dalam
perniagaannya (dan nasihat-menasihati) artinya sebagian di antara mereka
menasihati sebagian yang lainnya (supaya menaati kebenaran) yaitu iman (dan
nasihat-menasihati dengan kesabaran) yaitu di dalam menjalankan amal ketaatan
dan menjauhi kemaksiatan.
AL-ALAQ
001. (Bacalah) maksudnya mulailah membaca dan
memulainya (dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan) semua makhluk.
002. (Dia telah menciptakan manusia) atau jenis
manusia (dari 'alaq) lafal 'Alaq bentuk jamak dari lafal 'Alaqah, artinya
segumpal darah yang kental.
003. (Bacalah) lafal ayat ini mengukuhkan makna
lafal pertama yang sama (dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah) artinya tiada
seorang pun yang dapat menandingi kemurahan-Nya. Lafal ayat ini sebagai Haal
dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Iqra'.
004. (Yang mengajar) manusia menulis (dengan qalam)
orang pertama yang menulis dengan memakai qalam atau pena ialah Nabi Idris a.s.
005. (Dia mengajarkan kepada manusia) atau jenis
manusia (apa yang tidak diketahuinya) yaitu sebelum Dia mengajarkan kepadanya
hidayah, menulis dan berkreasi serta hal-hal lainnya.
006. (Ketahuilah) artinya memang benar
(sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas)
007. (karena dia melihat dirinya) sendiri (serba
cukup) dengan harta benda yang dimilikinya; ayat ini diturunkan berkenaan
dengan sikap Abu Jahal. Dan lafal Ra-aa tidak membutuhkan Maf'ul kedua; dan
lafal An Ra-aahu berkedudukan sebagai Maf'ul Lah.
008. (Sesungguhnya hanya kepada Rabbmulah) hai
Manusia (tempat kembali) yakni kembali kalian nanti, karena itu Dia kelak akan
memberi balasan kepada orang yang melampaui batas sesuai dengan dosa-dosa yang
telah dilakukannya. Di dalam ungkapan ini terkandung ancaman dan peringatan
buat orang yang berlaku melampaui batas.
009. (Bagaimana pendapatmu) lafal Ara-ayta dan dua
lafal lainnya yang sama nanti mengandung makna Ta'ajjub (tentang orang yang
melarang) yang dimaksud adalah Abu Jahal.
010. (Seorang hamba) yang dimaksud adalah Nabi
Muhammad saw. (ketika dia mengerjakan salat.)
011. (Bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang
itu) (berada di atas kebenaran)
012. (Atau) huruf Au di sini menunjukkan makna
Taqsim (dia menyuruh bertakwa.)
013. (Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang
itu mendustakannya) yakni mendustakan Nabi saw. (dan berpaling) dari iman?
014. (Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya
Allah melihat) apa yang dilakukannya itu; artinya Dia mengetahuinya, karena itu
Dia kelak akan memberi balasan kepadanya dengan balasan yang setimpal. Maka
sudah sepatutnya kamu hai orang yang diajak berbicara untuk merasa heran
terhadap orang yang melarang itu, karena ia melarang Nabi melakukan salat,
padahal orang yang dilarangnya itu berada dalam jalan hidayah dan memerintahkan
untuk bertakwa. Yang amat mengherankan lagi ialah bahwa yang melarangnya itu
mendustakannya dan berpaling dari iman.
015. (Sekali-kali tidaklah demikian) kalimat ini
mengandung makna hardikan dan cegahan baginya (sungguh jika) huruf Lam di sini
menunjukkan makna qasam atau sumpah (dia tidak berhenti) dari kekafiran yang
dilakukannya itu (niscaya Kami akan tarik ubun-ubunnya) atau Kami akan seret
dia masuk neraka dengan cara ditarik ubun-ubunnya.
016. (Yaitu ubun-ubun) lafal Naashiyatan adalah
isim Nakirah yang berkedudukan menjadi Badal dari isim Ma'rifat yaitu lafal
An-Naashiyah pada ayat sebelumnya (orang yang mendustakan lagi durhaka) makna
yang dimaksud adalah pelakunya; dia disifati demikian secara Majaz.
017. (Maka biarlah dia memanggil golongannya) yakni
teman-teman senadinya; Nadi adalah sebuah majelis tempat mereka memusyawarahkan
sesuatu perkara. Sesungguhnya orang yang melarang itu mengatakan kepada Nabi
saw. sewaktu dia mencegahnya dari melakukan salat, "Sesungguhnya aku telah
mengetahui bahwa tiada seseorang pun di Mekah ini yang lebih banyak teman
senadinya daripada aku. Sesungguhnya jika kamu mau meninggalkan salat, aku
benar-benar akan memberikan kepadamu, kuda-kuda yang tak berpelana dan
laki-laki pelayan sepenuh lembah ini."
018. (Kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah)
mereka adalah malaikat-malaikat yang terkenal sangat bengis lagi kejam, untuk
membinasakannya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam salah satu hadis,
yaitu, "Seandainya dia benar-benar memanggil golongan senadinya, niscaya
dia akan diazab oleh malaikat Zabaniyah secara terang-terangan."
019. (Sekali-kali tidaklah demikian) kalimat ini
mengandung hardikan dan cegahan baginya (janganlah kamu patuhi dia) hai
Muhammad untuk meninggalkan salat (dan sujudlah) maksudnya salatlah demi karena
Allah (dan mendekatlah) kepada-Nya dengan melalui amal ketaatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar