Kisah Unik
Nabi Uzair
Kisah ini dikutip dari buku Kisah Para
Nabi, Ibnu Katsir, halaman 822-828
Judul Asli: Qashashul Anbiya (قَصَصُ الْاَنْبِيَاءِ)
Penulis: Imaduddin Abu Fida’ Isma’il bin
Katsir Al-Quraisyi Ad-Dimasyqi
Jakarta: Ummul Qura, 968 hlm. 2013
....Ishaq
bin Bisyr meriwayatkan dari Sa’id, dari Abu Urubah, dari Qatadah, dari Hasan,
dari Abdullah bin Salam, bahwa Uzair itulah seorang hamba yang dimatikan Allah
selama 100 tahun lalu. Kemudian ia dibangkitkan kembali.
Awal Kisah Nabi Uzair
Ishaq bin
Bisyr menuturkan, “Sa’id bin Bisyr memberitakan kepada kami, dari Qatadah, dari
Ka’ab dan Sa’id bin Abu Urubah, dari Qatadah, dari Hasan, Muqatil dan Juwaibir,
dari Dhahhak, dari Ibnu Abbas, Abdullah bin Ismail As-Suddi meriwayatkan dari
ayahnya, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, Idris meriwayatkan dari kakeknya, Wahab
bin Munabih, Ishaq mengatakan, ‘Mereka semua bercerita kepadaku tentang Uzair,
sebagian di antara mereka menambahkan isi cerita. Mereka menuturkan dengan
sanad masing-masing, Uzair adalah seorang hamba shaleh dan bijak.
Suatu
ketika, ia pergi menuju ladang miliknya untuk mengecek kondisinya. Saat pulang,
ia menghampiri reruntuhan rumah saat matahari tepat di tengah-tengah langit. Ia
kepanasan lalu memasuki rumah itu dengan mengendarai keledai. Ia lalu turun
dari keledai, ia membawa satu keranjang berisi buah tin dan keranjang lain
berisi anggur. Ia singgah di tempat tersebut, lalu mengeluarkan piring yang ia
bawa, ia lantas memeras anggur yang ia bawa, setelah itu mengeluarkan roti
kering, roti kering ia celupkan ke dalam perasan anggur agar basah, lalu ia
makan.
Setelah
itu ia berbaring dan menyandarkan kaki ke tembok. Ia melihat atap rumah-rumah
tersebut, juga melihat rumah-rumah lain yang sudah rata dengan tanah, para
penghuninya telah punah, ia juga melihat seonggok tulang yang sudah lapuk lalu
mengatakan, ‘Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?’
Ia tidak ragu Allah kuasa untuk menghidupkan kembali negeri itu, ia
mengucapkannya karena heran. Allah kemudian mengutus malaikat maut untuk
mencabut nyawanya. Allah mematikannya selama 100 tahun.
Setelah
berlalu 100 tahun, dan selama itu terjadi banyak hal dan peristiwa di
tengah-tengah Bani Israil. Allah kemudian mengirim seorang malaikat kepada
Uzair, malaikat itu lalu menciptakan hati agar ia bisa memahami dan menciptakan
mata untuk melihat bagaimana Allah menghidupkan orang-orang yang sudah mati.
Malaikat kemudian menyempurnakan penciptaanya dan ia (Uzair) melihat semua itu,
setelah itu malaikat itu menutup tulangnya dengan daging, bulu dan kulit,
setelah itu ia meniupkan ruh kepadanya, semua itu dilihat dan dimengerti Uzair.
Ia
kemudian duduk, lalu malaikat bertanya kepadanya, ‘Berapa lama engkau tinggal
di sini?’ Ia menjawab, ‘Aku tinggal di sini sehari atau setengah hari.’ Ini
karena Uzair tidur tepat pada pertengahan siang, lalu dibangkitkan sebelum
matahari terbenam. Ia berkata, ‘Atau setengah hari dan tidak sampai satu hari.’
Malaikat berkata, ‘Tidak! Engkau telah tinggal di sini selama 100 tahun.
Lihatlah makanan dan minumanmu, yaitu roti kering dan perasan anggur di dalam
piring yang masih tetap seperti sedia kala tanpa mengalami perubahan. Itulah
firmanNya, ‘Belum berubah.’ Seperti itu juga buah tin dan anggur masih tetap
segar dan tidak berubah. Sepertinya Uzair mengingkari hal itu dalam hatinya,
lalu malaikat berkata, ‘Apa kau mengingkari kata-kata? Lihatlah keledaimu itu.’
Uzair kemudian melihat keledainya, ternyata tulang-belulangnya sudah lapuk dan
hancur luluh.
Malaikat
kemudian memanggil tulang-belulang keledai itu, tulang-belulang memenuhi
panggilannya dan datang menghadap dari segala penjuru. Setelah itu, malaikat
menyusun kembali susunan penciptaannya, Uzair melihatnya, malaikat itu
memberinya urat dan nadi, setelah itu ia tutupi dengan daging, ia tumbuhkan
kulit dan bulu, lalu ia tiupkan ruh hingga keledai itu berdiri, mengangkat
kepala dengan kedua telinga mengarah ke langit sambil meringkik karena
dikiranya kiamat telah terjadi.
...Uzair Pulang ke Rumah....
Ia
kemudian naik keledai dan pulang ke kampungnya. Orang-orang tidak mengenalinya,
ia juga tidak mengenali rumahnya. Ia terus berjalan hingga tiba di rumahnya. Ia
melihat seorang wanita tua yang buta dan lumpuh, ia sudah berusia 120 tahun.
Saat Uzair pergi meninggalkan mereka, wanita itu masih berusia 20 tahun. Wanita
itu mengenali dan memahami Uzair. Saat tua, wanita tersebut menderita
kelumpuhan. Uzair berkata, ‘Nenek! Apa ini rumah Uzair?’ Wanita itu menjawab,
‘Ya, ini rumah Uzair.’ Lalu ia menangis dan berkata, ‘Sejak sekian tahun
lamanya aku tidak mengetahui seorang pun menyebut-nyebut nama Uzair.
Orang-orang telah melupakannya.’
Uzair
berkata, ‘Ini aku Uzair. Allah mewafatkanku selama seratus tahun lalu
membangkitkanku kembali.’ Wanita itu mengucapkan, ‘Subhanallah! Kami kehilangan
Uzair seratus tahun lalu, dan kami tidak pernah lagi mendengar kabar
beritanya.’ Uzair kembali menegaskan, ‘Ini aku Uzair.’ Wanita tua itu berkata,
‘Uzair doanya mustajab, ia biasa mendoakan kesembuhan bagi orang sakit dan yang
tertimpa musibah. Kalau begitu, berdoalah kepada Allah agar mengembalikan
penglihatanku agar aku bisa melihatmu. Jika kau Uzair, aku pasti mengenalmu.’
Uzair
kemudian berdoa kepada Allah, kemudian mengusap kedua matanya. Kedua mata
wanita tua itu sembuh. Uzair meraih tangannya dan berkata, ‘Berdirilah atas
izin Allah.’ Allah membuat kedua kaki wanita itu bebas bergerak dan bisa
berdiri dengan sehat seakan-akan terburai dari ikatan. Ia lalu melihat Uzair
dan berkata, ‘Aku bersaksi bahwa kau adalah Uzair.’
Wanita tua
itu kemudian pergi ke perkampungan Bani Israil, mereka tengah berada di
tempat-tempat perkumpulan dan majelis-majelis. Anak Uzair saat itu adalah
seorang syaikh berusia 118 tahun, dan para cucunya adalah syaikh-syaikh di
majelis tersebut. Wanita tua itu berkata dengan suara keras, ‘Ini Uzair telah
datang kepada kalian.’ Mereka mendustakannya. Wanita tua itu kemudian
menjelaskan, ‘Ini aku fulanah, budak milik kalian. Dia (Uzair) berdoa kepada
Rabb-nya lalu Ia mengembalikan penglihatanku dan menyembuhkan kakiku. Ia
(Uzair) mengatakan bahwa Allah mewafatkannya selama seratus tahun kemudian
membangkitkannya kembali.’ Orang-orang menghampiri lalu menatapnya. Anaknya
berkata, ‘Ayahku punya tahi lalat di antara kedua pundak.’ Ia membuka bajunya,
dan benar dia adalah Uzair.
Bani
Israil kemudian berkata, ‘Di antara kita, tak seorang pun hafal Taurat selain
Uzair seperti yang kami dengar, Bukhtanashar telah membakat kitab Taurat dan
tidak tersisa sedikit pun selain yang dihafal orang-orang, maka imlakkan Taurat
kepada kami.’ Ayah Uzair, Sarukha, memendam kitab Taurat di sebuah tempat yang
hanya diketahui Uzair selama masa kekuasaan Bukhtanashar. Uzair kemudian
mengajak mereka pergi ke tempat itu. Uzair lalu menggali dan mengeluarkan kitab
Taurat. Namun, kertas-kertasnya sudah rusak dan tulisannya juga hilang.
...Pembaharuan
Kitab Taurat....
Uzair
kemudian duduk di bawah sebuah pohon sementara Bani Israil berada di
sekelilingnya. Uzair memperbarui Taurat untuk mereka. Saat itu, dua benda
bercahaya terang turun dari langit dan masuk ke dalam tubuh Uzair, ia ingat
kembali kitab Taurat lalu memperbaruinya untuk Bani Israil. Karena itulah
orang-orang Yahudi mengatakan, ‘Uzair anak Allah,’ karena adanya dua benda
bercahaya terang yang masuk ke dalam tubuhnya, karena ia memperbarui Taurat,
dan memimpin Bani Israil. Uzair memperbarui kitab Taurat di negeri Sawad, di
kediaman Hizq’il. Perkampungan tempat Uzair meninggal dunia bernama Syarabadz.
Ibnu Abbas
berkata, “Uzair tepat seperti yang difirmankan Allah, ‘Dan agar Kami jadikan
engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia.” Yaitu bagi Bani Israil.” Karena ia
duduk bersama anak-anaknya yang sudah tua sementara ia masih muda, karena saat
ia mati ia berusia 40 tahun. Allah membangkitkannya dalam wujud
muda, sama seperti kondisi saat ia meninggal dunia.
Ibnu Abbas
berkata, “Ia dibangkitkan setelah Bukhtanashar meninggal dunia.” Pernyataan
serupa juga disampaikan Hasan.
Abu Hatim
As-Sijistani menggubah bait-bait syair dengan inti seperti yang dikatakan Ibnu
Abbas di atas:
Rambut
masih hitam dan muda jika dibandingkan dengan anaknya
Dan jika
dibandingkan dengan cucunya, cucunya masih lebih tua
Ia (Uzair)
melihat anaknya sudah tua berjalan dengan tongkat
Sementara
jenggotnya masih hitam, dan rambutnya berwarna pirang
Anaknya tiada
berdaya dan tiada memiliki kekuatan lebih
Oia
berdiri layaknya anak kecil berjalan, lalu terjatuh
Anaknya menjadi bagian dari sembilan puluh hujjah di
tengah-tengah manusia
Dan
termasuk dua puluh di antaranya yang tidak bisa berlari
Dan tidak berlaku
sombong
Usia
ayahnya 40 tahun
Sementara
anaknya sembilan puluh tahun
Ini tidak
masuk akal jika kau tahu
Dan jika
kau tidak tahu, kau bisa dimengerti
Kisah ini dapat dirujuk dalam QS. Al-Baqarah: 259...
Sekian, skd, 19 Mei 2020, +-17.55..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar