Rabu, 20 Mei 2020

BAPAK LEBIH MUDA DARI ANAK BAHKAN CUCUNYA? YUK, SIMAK KISAH BERIKUT......


Kisah Unik Nabi Uzair
Kisah ini dikutip dari buku Kisah Para Nabi, Ibnu Katsir, halaman 822-828
Judul Asli: Qashashul Anbiya (قَصَصُ الْاَنْبِيَاءِ)
Penulis: Imaduddin Abu Fida’ Isma’il bin Katsir Al-Quraisyi Ad-Dimasyqi
Jakarta: Ummul Qura, 968 hlm. 2013

....Ishaq bin Bisyr meriwayatkan dari Sa’id, dari Abu Urubah, dari Qatadah, dari Hasan, dari Abdullah bin Salam, bahwa Uzair itulah seorang hamba yang dimatikan Allah selama 100 tahun lalu. Kemudian ia dibangkitkan kembali.
Awal Kisah Nabi Uzair
Ishaq bin Bisyr menuturkan, “Sa’id bin Bisyr memberitakan kepada kami, dari Qatadah, dari Ka’ab dan Sa’id bin Abu Urubah, dari Qatadah, dari Hasan, Muqatil dan Juwaibir, dari Dhahhak, dari Ibnu Abbas, Abdullah bin Ismail As-Suddi meriwayatkan dari ayahnya, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, Idris meriwayatkan dari kakeknya, Wahab bin Munabih, Ishaq mengatakan, ‘Mereka semua bercerita kepadaku tentang Uzair, sebagian di antara mereka menambahkan isi cerita. Mereka menuturkan dengan sanad masing-masing, Uzair adalah seorang hamba shaleh dan bijak.
Suatu ketika, ia pergi menuju ladang miliknya untuk mengecek kondisinya. Saat pulang, ia menghampiri reruntuhan rumah saat matahari tepat di tengah-tengah langit. Ia kepanasan lalu memasuki rumah itu dengan mengendarai keledai. Ia lalu turun dari keledai, ia membawa satu keranjang berisi buah tin dan keranjang lain berisi anggur. Ia singgah di tempat tersebut, lalu mengeluarkan piring yang ia bawa, ia lantas memeras anggur yang ia bawa, setelah itu mengeluarkan roti kering, roti kering ia celupkan ke dalam perasan anggur agar basah, lalu ia makan.
Setelah itu ia berbaring dan menyandarkan kaki ke tembok. Ia melihat atap rumah-rumah tersebut, juga melihat rumah-rumah lain yang sudah rata dengan tanah, para penghuninya telah punah, ia juga melihat seonggok tulang yang sudah lapuk lalu mengatakan, ‘Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?’ Ia tidak ragu Allah kuasa untuk menghidupkan kembali negeri itu, ia mengucapkannya karena heran. Allah kemudian mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawanya. Allah mematikannya selama 100 tahun.
Setelah berlalu 100 tahun, dan selama itu terjadi banyak hal dan peristiwa di tengah-tengah Bani Israil. Allah kemudian mengirim seorang malaikat kepada Uzair, malaikat itu lalu menciptakan hati agar ia bisa memahami dan menciptakan mata untuk melihat bagaimana Allah menghidupkan orang-orang yang sudah mati. Malaikat kemudian menyempurnakan penciptaanya dan ia (Uzair) melihat semua itu, setelah itu malaikat itu menutup tulangnya dengan daging, bulu dan kulit, setelah itu ia meniupkan ruh kepadanya, semua itu dilihat dan dimengerti Uzair.
Ia kemudian duduk, lalu malaikat bertanya kepadanya, ‘Berapa lama engkau tinggal di sini?’ Ia menjawab, ‘Aku tinggal di sini sehari atau setengah hari.’ Ini karena Uzair tidur tepat pada pertengahan siang, lalu dibangkitkan sebelum matahari terbenam. Ia berkata, ‘Atau setengah hari dan tidak sampai satu hari.’ Malaikat berkata, ‘Tidak! Engkau telah tinggal di sini selama 100 tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu, yaitu roti kering dan perasan anggur di dalam piring yang masih tetap seperti sedia kala tanpa mengalami perubahan. Itulah firmanNya, ‘Belum berubah.’ Seperti itu juga buah tin dan anggur masih tetap segar dan tidak berubah. Sepertinya Uzair mengingkari hal itu dalam hatinya, lalu malaikat berkata, ‘Apa kau mengingkari kata-kata? Lihatlah keledaimu itu.’ Uzair kemudian melihat keledainya, ternyata tulang-belulangnya sudah lapuk dan hancur luluh.
Malaikat kemudian memanggil tulang-belulang keledai itu, tulang-belulang memenuhi panggilannya dan datang menghadap dari segala penjuru. Setelah itu, malaikat menyusun kembali susunan penciptaannya, Uzair melihatnya, malaikat itu memberinya urat dan nadi, setelah itu ia tutupi dengan daging, ia tumbuhkan kulit dan bulu, lalu ia tiupkan ruh hingga keledai itu berdiri, mengangkat kepala dengan kedua telinga mengarah ke langit sambil meringkik karena dikiranya kiamat telah terjadi.
...Uzair Pulang ke Rumah....
Ia kemudian naik keledai dan pulang ke kampungnya. Orang-orang tidak mengenalinya, ia juga tidak mengenali rumahnya. Ia terus berjalan hingga tiba di rumahnya. Ia melihat seorang wanita tua yang buta dan lumpuh, ia sudah berusia 120 tahun. Saat Uzair pergi meninggalkan mereka, wanita itu masih berusia 20 tahun. Wanita itu mengenali dan memahami Uzair. Saat tua, wanita tersebut menderita kelumpuhan. Uzair berkata, ‘Nenek! Apa ini rumah Uzair?’ Wanita itu menjawab, ‘Ya, ini rumah Uzair.’ Lalu ia menangis dan berkata, ‘Sejak sekian tahun lamanya aku tidak mengetahui seorang pun menyebut-nyebut nama Uzair. Orang-orang telah melupakannya.’
Uzair berkata, ‘Ini aku Uzair. Allah mewafatkanku selama seratus tahun lalu membangkitkanku kembali.’ Wanita itu mengucapkan, ‘Subhanallah! Kami kehilangan Uzair seratus tahun lalu, dan kami tidak pernah lagi mendengar kabar beritanya.’ Uzair kembali menegaskan, ‘Ini aku Uzair.’ Wanita tua itu berkata, ‘Uzair doanya mustajab, ia biasa mendoakan kesembuhan bagi orang sakit dan yang tertimpa musibah. Kalau begitu, berdoalah kepada Allah agar mengembalikan penglihatanku agar aku bisa melihatmu. Jika kau Uzair, aku pasti mengenalmu.’
Uzair kemudian berdoa kepada Allah, kemudian mengusap kedua matanya. Kedua mata wanita tua itu sembuh. Uzair meraih tangannya dan berkata, ‘Berdirilah atas izin Allah.’ Allah membuat kedua kaki wanita itu bebas bergerak dan bisa berdiri dengan sehat seakan-akan terburai dari ikatan. Ia lalu melihat Uzair dan berkata, ‘Aku bersaksi bahwa kau adalah Uzair.’
Wanita tua itu kemudian pergi ke perkampungan Bani Israil, mereka tengah berada di tempat-tempat perkumpulan dan majelis-majelis. Anak Uzair saat itu adalah seorang syaikh berusia 118 tahun, dan para cucunya adalah syaikh-syaikh di majelis tersebut. Wanita tua itu berkata dengan suara keras, ‘Ini Uzair telah datang kepada kalian.’ Mereka mendustakannya. Wanita tua itu kemudian menjelaskan, ‘Ini aku fulanah, budak milik kalian. Dia (Uzair) berdoa kepada Rabb-nya lalu Ia mengembalikan penglihatanku dan menyembuhkan kakiku. Ia (Uzair) mengatakan bahwa Allah mewafatkannya selama seratus tahun kemudian membangkitkannya kembali.’ Orang-orang menghampiri lalu menatapnya. Anaknya berkata, ‘Ayahku punya tahi lalat di antara kedua pundak.’ Ia membuka bajunya, dan benar dia adalah Uzair.
Bani Israil kemudian berkata, ‘Di antara kita, tak seorang pun hafal Taurat selain Uzair seperti yang kami dengar, Bukhtanashar telah membakat kitab Taurat dan tidak tersisa sedikit pun selain yang dihafal orang-orang, maka imlakkan Taurat kepada kami.’ Ayah Uzair, Sarukha, memendam kitab Taurat di sebuah tempat yang hanya diketahui Uzair selama masa kekuasaan Bukhtanashar. Uzair kemudian mengajak mereka pergi ke tempat itu. Uzair lalu menggali dan mengeluarkan kitab Taurat. Namun, kertas-kertasnya sudah rusak dan tulisannya juga hilang.
...Pembaharuan Kitab Taurat....
Uzair kemudian duduk di bawah sebuah pohon sementara Bani Israil berada di sekelilingnya. Uzair memperbarui Taurat untuk mereka. Saat itu, dua benda bercahaya terang turun dari langit dan masuk ke dalam tubuh Uzair, ia ingat kembali kitab Taurat lalu memperbaruinya untuk Bani Israil. Karena itulah orang-orang Yahudi mengatakan, ‘Uzair anak Allah,’ karena adanya dua benda bercahaya terang yang masuk ke dalam tubuhnya, karena ia memperbarui Taurat, dan memimpin Bani Israil. Uzair memperbarui kitab Taurat di negeri Sawad, di kediaman Hizq’il. Perkampungan tempat Uzair meninggal dunia bernama Syarabadz.
Ibnu Abbas berkata, “Uzair tepat seperti yang difirmankan Allah, ‘Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia.” Yaitu bagi Bani Israil.” Karena ia duduk bersama anak-anaknya yang sudah tua sementara ia masih muda, karena saat ia mati ia berusia 40  tahun. Allah membangkitkannya dalam wujud muda, sama seperti kondisi saat ia meninggal dunia.
Ibnu Abbas berkata, “Ia dibangkitkan setelah Bukhtanashar meninggal dunia.” Pernyataan serupa juga disampaikan Hasan.
Abu Hatim As-Sijistani menggubah bait-bait syair dengan inti seperti yang dikatakan Ibnu Abbas di atas:
Rambut masih hitam dan muda jika dibandingkan dengan anaknya
Dan jika dibandingkan dengan cucunya, cucunya masih lebih tua
Ia (Uzair) melihat anaknya sudah tua berjalan dengan tongkat
Sementara jenggotnya masih hitam, dan rambutnya berwarna pirang
Anaknya tiada berdaya dan tiada memiliki kekuatan lebih
Oia berdiri layaknya anak kecil berjalan, lalu terjatuh
Anaknya menjadi bagian dari sembilan puluh hujjah di tengah-tengah manusia
Dan termasuk dua puluh di antaranya yang tidak bisa berlari
Dan tidak berlaku sombong
Usia ayahnya 40 tahun
Sementara anaknya sembilan puluh tahun
Ini tidak masuk akal jika kau tahu
Dan jika kau tidak tahu, kau bisa dimengerti
Kisah ini dapat dirujuk dalam QS. Al-Baqarah: 259...
Sekian, skd, 19 Mei 2020, +-17.55..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH

                اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ ب...