Senin, 03 Februari 2020

TERAPI LAHIR DAN BATIN DENGAN PETUNJUK RASULULLAH SAW


Bismillah......lillah.......
Alangkah indahnya jika: di rumah sakit, para perawat dan dokter muslim mendawamkan ruqyah atau dzikir perlindungan dan pengobatan pagi dan sore. Alangkah indah jika para pasien dan pengunjung yang muslim juga selalu menjaga shalat fardhu yang 5 waktu dan mendekatkan diri dengan doa dan dzikrullah, sedekah, saling perhatian, mengelola kesabaran dan kesyukuran atas hidup yang masih melekat di badan. Alangkah indah jika di samping resep obat, lembaran doa ma’tsur pengobatan dari Nabi juga di lampirkan oleh perawat dan diamalkan oleh pasien...alangkah indahnya, jika sembuh kita sembuh dengan paripurna karena ikhtiar dan doa kita tidak putus-putus. Jika ternyata ada yang dijemput malaikatul maut berpulang dalam keadaan sabar, tawakkal, dan husnuzhan kepada Allah Swt. Alangkah indah jika niat-niat baik penulis dapat diungkapkan di sini dengan ikhlas, bersih tulus niat, dan mencapai banyak saudaraku yang lain, terlepas dari fakta bahwa potensi kekurangan dan kekhilafan yang sangat mungkin muncul baik sengaja maupun tak sengaja.

Tulisan kali ini saya kutipkan dari buku karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dari halaman 195-250. Tulisan ini bersifat resume atau poin-poin yang menurut penulis cukup mewakili atau yang paling praktis (mudah dan langsung praktik) karena sangat luasnya materi yang diberikan oleh sang penulis buku.


v PETUNJUK NABI SAW DALAM TERAPI UMUM TERHADAP SEMUA KELUHAN PENYAKIT DENGAN RUQYAH ILAHIYAH.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunannya dari hadits Abu Darda bahwa ia menceritakan: Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “ Barangsiapa di antara kalian mengeluhkan sesuatu atau mendapatkan keluhan salah seorang saudaranya, hendaknya ia mengucapkan: ......
رَبُّنَا الله الَّذِيْ فِى السَّمَاءِ, تَقَدَّسَ اسْمُكَ وَاَمْرُكَ فِى السَّمَاءِ وَالْاَرْضِ, كَمَا رَحْمَتُكَ فِى السَّمَاءِ فَاجْعَلْ رَحْمَتَكَ فِى الْاَرْضِ, وَاغْفِرْلَنَا حُوْبَنَا وَخَطَايَانَا, اَنْتَ رَبُّ الطَّيِّبِيْنَ, اَنْزِلْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِكَ, وَشِفَاءً مِنْ شِفَائِكَ عَلَى هَذَا الْوَجْعِ
.....Ya Allah, Rabb kami yang ada di atas langit, sungguh Mahasuci namaMu dan agamaMu di langit dan di bumi, seperti juga rahmatMu di langit, maka jadikanlah rahmatMu ada di bumi. Ampunilah dosa dan kesalahan kami: Engkau adalah Rabb dari orang-orang shalih. Turunkanlah rahmat dari sisiMu, kesembuhan dari kesembuhanMu terhadap keluhan ini..
...niscaya dengan izin Allah akan sembuh.”
            Sementara dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri bahwa Jibril As pernah datang menemui Nabi Saw lalu berkata: “Hai Muhammad! Apakah engkau sakit?” Beliau menjawab, “Ya”, Jibril berkata:......
بِاسْمِ اللهِ اَرْقِيْكَ, مِنْ كُلِّ دَاءٍ يُؤْذِيْكَ, وَ مِنْ كُلِّ نَفْسٍ اَوْ عَيْنٍ حَاسِدٍ, اَللَّهُ يَشْفِيْكَ,  بِاسْمِ اللهِ اَرْقِيْكَ
Artinya: Dengan Asma Allah aku meruqyahmu dari segala penyakit yang mengganggumu, dan dari kejahatan setiap jiwa atau ‘ain yang dengki. Semoga Allah memberimu kesembuhan. Dengan Asma Allah aku meruqyahmu.”

v PETUNJUK NABI SAW DALAM MENGATASI KESUSAHAN, KEGUNDAHAN DAN RASA SEDIH
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim terdapat hadits Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw saat tertimpa kesusahan biasa berdoa:
لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ الْعَظِيْم الْحَلِيْم, لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْم, لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ {السَّبْعَ}, وَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْم
Artinya: “Tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Allah yang Mahaagung dan Mahalembut. Tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Allah, Rabb Arsy yang Agung. Tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Allah, Rabb dari langit (yang tujuh), Rabb dari bumi serta Rabb dari Arsy yang Mulia.”
Dalam Jami’ At-Tirmidzi diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Saw apabila merasa sedih karena suatu hal, beliau mengucapkan:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْم, بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ.
Artinya: “Ya Allah Yang Mahahidup Yang Mahaterjaga, dengan rahmatMu aku memohon keselamatan.”
Riwayat lain dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah mengalami kegundahan karena suatu hal, beliau memandang ke arah langit sambil berkata:
سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
Artinya: “Mahasuci Allah yang Mahaagung.”
Namun bila beliau bersungguh-sungguh sekali dalam doanya, beliau mengucapkan:
 يَا حَيُّ يَا قَيُّوْم
Artinya: “Ya Allah Yang Mahahidup Yang Mahaterjaga,
Dalam Sunan Abu Daud diriwayatkan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa Rasulullah Saw bersabda: doa untuk menghadapi musibah adalah sebagai berikut:
 اَللّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُوْ فَلَا تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ, وَاَصْلِحْ شَأْنِيْ كُلَّهُ, لَا إِلَهَ اِلَّا اَنْتَ.
Artinya: “Ya Allah, hanya rahmatMu yang aku harapkan, maka janganlah Engkau sandarkan urusanku kepada diriku sendiri biarpun sekejap mata. Perbaikilah segala urusanku, tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Engkau”
Dalam masalah yang sama juga diriwayatkan dari Asma binti Umais bahwa ia menceritakan: Rasulullah Saw berkata kepadaku, “Maukah engkau kuajarkan beberapa kata yang berguna untuk diucapkan pada saat kesusahan atau di tengah musibah:
 اللهُ رَبِّيْ لَا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا.
Artinya: “Ya Allah Ya Rabbi, aku tidak akan menyekutukanNya dengan sesuatu apapun”

Dalam Sunan Abu Daud dari Said Al-Khudri, bahwa Rasulullah Saw mengajarkan Abu Umamah yang dihimpit kesedihan dan lilitan hutang doa untuk diamalkannya setiap pagi dan petang.
اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ, وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَل, وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ, وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَال
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari sifat lemah dan malas. Aku berlindung kepadaMu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepadaMu dari lilitan hutang dan kezhaliman orang lain”
Abu Umamah berkata: “Lalu doa itu kulakukan dan Allah melenyapkan kesedihan dan hutang yang melilitku.”

v PETUNJUK NABI DALAM RUQYAH TERHADAP SENGATAN BINATANG BERBISA DENGAN AL-FATIHAH
Dalam bagian ini, Penulis buku mengutip riwayat dari Shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Said Al-Khudri yang mengisahkan tentang pemimpin suatu dusun yang disengat binatang berbisa dan kemudian diruqyah oleh salah satu dari sahabat dengan membacakan surat Al-Fatihah. Ibnu Qayyim, sang Penulis kemudian menjelaskan bahwa surat Al-Fatihah, yang Allah tidak pernah menurunkan surat dalam Al-Qur’an, Taurat, Zabur atau Injil yang setara dengan surat ini: surat yang mengandung berbagai makna yang tercakup dalam Kitab-kitab Allah, meliputi berbagai dasar dari Asma Rabb dan kunci-kunci pokoknya, yaitu dalam kata-kata Allah, Ar-Rabb, Ar-Rahman, Ar-rahim, ditetapkannya keberadaan Hari Pembalasan, disebutkannya keesaan Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Dalam surat ini disebutkan betapa bergantungnya seorang hamba kepada Allah dengan cara memohon doa dan pertolongan kepadaNya. Juga betapa pentingnya hidayah Allah. Siapakah hamba yang tidak membutuhkan hidayah Allah? Hidayah menuju jalan yang lurus yang meliputi kemampuan makrifat dan tauhid serta ibadah seorang hamba itu sendiri.
Kemudian Penulis menyimpulkan bahwa Al-Fatihah itu mengandung keikhlasan beribadah, pujian kepada Allah, penyandaran urusan kepadaNya, bertawakkal kepadaNya, serta meminta dengan sepenuh hati untuk mendapatkan seluruh kenikmatan: hidayah yang mendatangkan seluruh kenikmatan dan menolak segala bencana.
Penulis kemudian mengatakan, ada yang berpendapat bahwa letak dari “unsur penyembuh” dalam Al-Fatihah terdapat pada ayat إِيَّكَ نَعْبُدُ وَإِيَّكَ نَسْتَعِيْنُ
Tidak diragukan lagi bahwa klausa dalam ayat itu adalah bagian terkuat sebagai penyembuh. Karena keduanya merupakan penyandaran dan ketawakkalan yang mutlak, permohonan perlindungan dan pertolongan, menunjukkan kebutuhan dan permintaan, dan gabungan dari segala bentuk tujuan ibadah, yakni hanya mempersembahkan ibadah kepada Allah semata. Sarana terbaik dalam ibadah adalah memohon pertolongan Allah untuk beribadah kepadaNya. Kesemuanya itu tidak ada dalam ayat lain dari surat Al-Fatihah. Penulis kemudian bertutur pernah terserang penyakit suatu saat di Mekkah, kemudian mencari obat dan juru medis. Sambil menunggu, penulis mengobati diri dengan surat Al-Fatihah, mengambil air Zamzam dan meminumnya sambil terus-menerus membaca surat tersebut berulang-ulang. Ternyata Penulis bisa sembuh total. Mulai saat itu Penulis bersandar pada pembacaan surat ini untuk mengobati berbagai keluhan, ternyata khasiatnya amat manjur sekali.
Selanjutnya Ibnu Qayyim menjelaskan bagaimana ruqyah dengan surat Al-Fatihah dan ayat lainnya berkhasiat untuk mengobati sengatan binatang beracun atau sakit lainnya. Di sini akan saya kutip secara lengkap tulisan beliau yang dapat pembaca rujuk di halaman 219-220, karena dalam hemat saya apa yang disampaikan Penulis kitab akan sangat membantu kita dalam pemahaman, pengamalan dan praktik pengobatan dengan surat Al-Fatihah demikian juga dengan ruqyah dan doa-doa penyembuhan yang diajarkan Rasulullah Saw di bagian-bagian selanjutnya.
h. 219.....Khasiat ruqyah dengan surat Al-Fatihah dan yang lainnya dalam mengobati berbagai binatang beracun merupakan hal yang ajaib sekali. Karena berbagai binatang berbisa memberikan pengaruh melalui proses busuk dari jiwa mereka yang sudah jahat seperti dijelaskan sebelumnya. Senjatanya adalah antup (penyengat) berbisa yang digunakan untuk menyengat mangsanya. Biasanya mereka akan menyengat bila sedang marah. Kalau sudah marah, racun dalam tubuhnya akan bergejolak sehingga terpancar keluar. Allah telah menciptakan obat bagi setiap penyakit dan lawan atau anti dari segala sesuatu. Jiwa orang yang meruqyah akan berpengaruh pada orang yang diruqyah sehingga akan menimbulkan aksi dan reaksi sebagaimana yang terjadi antara obat dan penyakit. Jiwa orang yang diruqyah akan menjadi kuat dan staminanya meningkat karena ruqyah tersebut untuk menghadapi penyakitnya sehingga penyakit itu ditolaknya dengan izin Allah. Poros pengaruh obat terhadap penyakit juga ada pada aksi dan reaksi. Sebagaimana hal itu bisa terjadi pada setiap bentuk obat dan penyakit ruhani. Semburan dan tiupan bisa membantu proses pelembaban dan sirkulasi udara serta bermanfaat untuk jiwa yang diruqyah secara langsung dengan dzikir dan doa. Karena ruqyah itu keluar dari hati peruqyahnya dari mulutnya. Bila lafal itu keluar dari mulutnya diiringi dengan sesuatu dari tubuhnya berupa udara, nafas dan riak atau ludah, maka pengaruhnya akan lebih optimal, lebih efektif, dan lebih mengena. Adanya persenyawaan antara keduanya merupakan kinerja yang lebih reaktif, mirip dengan proses ramuan obat-obatan.
h. 220.....Ringkasnya, jika orang yang meruqyah berhadapan langsung dengan roh-roh jahat untuk kemudian mengunggulinya. Saat diruqyah, memang perlu sekali meniupkan udara untuk melenyapkan pengaruh tersebut. Semakin besar kekuatan jiwa orang yang meruqyah, ruqyahnya pun semakin sempurna. Penggunaan tiupan dalam ruqyah seperti halnya roh-roh jahat menggunakan sengatannya yang beracun. Penggunaan tiupan ini memiliki rahasia lain. Trik ini sering digunakan oleh roh-roh baik dan roh-roh jahat. Oleh karena itu para penyihir atau dukun santet sering menggunakan cara ini, demikian juga orang-orang beriman.
Allah Swt berfirman: وَمِنْ شَرِّ النَّفَثَتِ فِى العُقَدِ Dan dari kejahatan wanita-wanita penyihir yang meniupkan pada buhulan (QS. Al-Falaq: 4)
Sebab, tiupan bisa ikut mengalami proses sesuai dengan sihirnya, (sikap) kemarahan dan sengatan. Lalu tiupan-tiupan itu mengirim anak panah, dilepaskan melalui tiupan dan ludah yang membawa sedikit liur agar pengaruhnya semakin kuat. Para wanita penenung biasa menggunakan tiupan untuk memaksimalkan sihirnya, meskipun tidak langsung menyentuh korban sihir, namun tiupan itu diarahkan kepada buhulan untuk kemudian ditiupkan dengan mantera sehingga akan berpengaruh kepada korban sihir melalui perantara roh jahat. Ruh yang baik akan menghadapinya dengan proses yang sama melalui ruqyah yang juga menggunakan tiupan. Mana dari kedua roh itu yang lebih kuat, dialah yang akan menang. Perseteruan antara satu jenis jenis ruh dengan ruh yang lain serta perlawanan yang terjadi dari keduanya seperti halnya perseteruan dan perlawanan antara tubuh kasat, serangan dan alat-alatnya sama. Bahkan asal dari perseteruan dan peperangan adalah antara jiwa manusia. Tubuh menjadi tentara dan alat perangnya saja. Akan tetapi orang yang dikalahkan oleh inderanya tidak akan merasakan adanya pengaruh, aksi dan reaksi ruh karena inderanya telah demikian mendominasi dirinya dan dimensi-dimensi ragawi alam ruh dan hukum-hukum serta gerak-geriknya.
Artinya, bahwa apabila ruh itu kuat dan mengikuti proses kandungan makna Al-Fatihah dengan bantuan tiupan dan ludah, pasti akan mampu mengatasi ruh jahat tersebut sehingga bisa tersingkirkan. Wallahu a’lam.

v PETUNJUK NABI DALAM TERAPI TERHADAP SENGATAN KALAJENGKING DENGAN RUQYAH
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Musnadnya dari hadits Abdullah bin Mas’ud yang mengisahkan bahwa Rasulullah Saw suatu ketika shalat dan disengat kalajengking di jari tangan Beliau. Lalu Beliau menyuruh diambilkan bejana berisi air dan garam. Lalu bagian yang disengat itu direndam dengan air dan garam itu sambil membaca surat Al-Ikhlas dan Al-Muawwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) hingga sakitnya reda. Hadits senada juga dikeluarkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dan Al-Ausath, Baihaqi dalam Asy-Syu’ab, Abu Nu’aim dalam Ath-Thib serta Ibnu Mardwai dari Ali dan Al-Mustanfiri.
Penulis menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat petunjuk adanya gabungan antara obat alami dan obat ilahiyah. Pengobatan ilahiyah dengan pembacaan surat Al-Ikhlas dan Al-Muawwidzatain, yang dilakukan oleh Rasulullah Saw tentunya disertai dengan pemahaman akan dalam dan luasnya makna surat tersebut diserta keimanan dan keyakinan kepada kekuasaan Allah Swt. Kemudian penggunaan unsur pengobatan alami yaitu garam. Garam memang berguna untuk menghadapi banyak jenis racun terutama kalajengking. Penulis kitab Al-Qanun menegaskan, “Garam bisa digunakan dengan dengan campuran bubuk kain linen (rami) untuk mengatasi sengatan kalajengking.” Demikian juga disebutkan oleh pakar medis lainnya.
Garam memiliki energi penyedot dan pelarut sehingga bisa menyedot dan melarutkan racun. Karena sengatan kalajengking mengandung unsur api, maka ia perlu didinginkan, disedot dan dikeluarkan. Komposisi antara air yang bersifat mendinginkan panas sengatan dan garam yang memiliki kemampuan menyedot dan mengeluarkan racun, menjadi cara terapi yang paling optimal, paling mudah dan sederhana. Hadits ini juga mengandung peringatan mengenai terapi terhadap penyakit ini yaitu dengan cara pendinginan, penyedotan, dan pengeluaran racun yang ada. Wallahu a’lam.
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Hurairah, perihal seorang laki-laki yang datang menjumpai Rasulullah Saw dan menceritakan pada malam sebelumnya ia disengat kalajengking. Rasulullah Saw kemudian bersabda: “Jika di waktu sore engkau mengucapkan:
.... أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ للهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ.
Artinya: Aku berlindung kepada Allah dengan kalimat-kalimatnya yang paripurna dari kejahatan makhluk yang Dia ciptakan,” niscaya sengatan itu tidak akan membahayakanmu.
Harus diketahui bahwa obat-obatan Ilahiyah bisa berkhasiat melawan penyakit yang sudah menyerang atau mencegahnya sebelum datang. Kalau penyakit itu datang, ia tidak akan membahayakan lagi, meskipun menimbulkan rasa sakit. Adapun obat-obatan alami hanyalah berkhasiat melawan penyakit yang sudah datang menyerang. Ta’awudz dan dzikir bisa mencegah datangnya penyakit, bisa dengan menghalangi datangnya tergantung tingkat kesempurnaan dari orang yang melakukan ta’awudz itu sendiri, kekuatan dan kelemahannya. Ruqyah dan ta’awudz bisa digunakan untuk menjaga kesehatan dan menghilangkan penyakit.
Disebutkan juga dalam hadits mengenai ta’awudz Abu Darda secara marfu’:
اَللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ, لَااِلَهَ اِلَّا أَنْتَ, عَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ, وَ أَنْتَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْم   
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada yang diibadahi secara benar melainkan Engkau. Hanya kepadaMu aku bertawakkal, dan Engkau adalah Rabb dari Arsy yang Agung.”
Sebelumnya telah diulas yang di dalamnya terdapat kata-kata, “Barangsiapa mengucapkannya di waktu pagi, maka ia tidak akan terkena musibah hingga sore hari. Dan barangsiapa yang mengucapkannya di waktu sore, maka ia tidak akan terkena musibah hingga malam hari.”

v PETUNJUK NABI MENGENAI TERAPI TERHADAP RASA SAKIT DENGAN RUQYAH
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya, dari Utsman bin Abil Ash diceritakan bahwa ia pernah mengeluh kepada Rasulullah mengenai sakit yang dirasakan pada tubuhnya sejak masuk Islam. Maka Nabi Saw bersabda:
“Letakkan tanganmu di atas bagian tubuhmu yang sakit, lalu ucapkanllah (بِسْمِ الله) 3 kali, dan ucapkan doa berikut sebanyak 7 kali:
اَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَمَا أُحَاذِرُ.
“Aku berlindung dengan kemuliaan dan kekuasaan Allah dari keburukan apa yang aku kudapati dan kukhawatirkan akan terjadi.”
Dalam terapi ini terdapat beberapa hal, di antaranya: menyebut Asma Allah, menyerahkan urusan kepadaNya, memohon perlindungan dengan kemuliaan dan kekuasaanNya dari rasa sakit. Semua cara itu dapat menghilangkan rasa sakit, lalu diulang-ulang agar lebih manjur dan lebih mengena. Sama halnya dengan minum obat yang juga harus berulang-ulang agar bisa mengeluarkan materi penyakit. Bilangan yang 7 kali itu mengandung keistimewaan tersendiri yang tidak ditemukan pada bilangan lainnya.
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Nabi Saw pernah menjenguk keluarganya yang sedang sakit, beliau mengusap tubuhnya dengan tangan kanan beliau sambil berkata:
اَللّهُمَّ رَبَّ النّاسِ, أَذْهِبِ الْبَأْسَ, وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِى, لَا شِفَاءَ اِلَّا شِفَاءُكَ,
 شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَامًا.
“Ya Allah, Rabb dari sekalian manusia! Lenyapkanlah rasa sakitnya, berikanlah kepadanya kesembuhan karena Engkau adalah yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan karena pertolonganMu, kesembuhan yang tidak diiringi dengan sakit lain.”
Dalam ruqyah terdapat tawasul kepada Allah dengan kesempurnaan rububiyah dan rahmatNya agar mendapat kesembuhan. Karena, memang Allah jualah yang memberi kesembuhan. Sesungguhnya kesembuhan itu hanya berasal dariNya. Maka ruqyah ini sudah mengandung tawasul kepada Allah dengan tauhid, ihsan dan rububiyahNya.

v MENGHADAPI KEPEDIHAN MUSIBAH
QS. Al-Baqarah: 155-157
Ada 2 hal pokok yang harus direnungkan:
-         Pokok pertama: bahwa seorang hamba, keluarga dan hartanya adalah benar-benar milik Allah Swt. Sehingga apapun yang ada pada diri saat ini dipandang sebagai pinjaman atau titipan semata.
-         Pokok kedua: tempat kembali seorang hamba hanyalah kepada Allah Swt. Dirinya sendiri pasti akan meninggalkan dunia ini di belakangnya untuk kembali –sebagaimana juga ia datang- seorang diri.

Untuk menghadapi ujian musibah dapat dilakukan beberapa hal di antaranya:
-         Menyadari bahwa apapun yang ditakdirkan Allah akan menimpanya tidak akan meleset. (bersucilah, raihlah mushaf, kemudia baca dan resapilah QS. Al-Hadid: 22-23)
-         Kiat lain, melihat musibah itu sendiri sehingga ia sadar bahwa Rabb menyediakan sesuatu yang lebih kekal dan lebih baik dari musibah itu.
-         Kiat lain menghadapi musibah ialah belajar dari sikap para orang shalih dalam menghadapi musibah. Bacalah dan renungkan biografi dan kisah orang shalih dalam menghadapi musibahnya.
-         Kiat lain, menyadari bahwa sekadar rasa duka tidak akan mampu menolak musibah, bahkan menyebabkan efek sampingnya semakin menjadi-jadi. Kedukaan berlebihan itu sendiri hakikatnya menunjukkan proses bertambahnya penyakit.
-         Kiat lain ialah dengan menyadari kehilangan pahala sabar dan berserah diri pada Allah merupakan musibah besar yang sesungguhnya.
-         Kiat lain, menyadari bahwa kesedihan itu akan membuat musuh senang, mengganggu temannya sesama muslim, di samping membuat murka Allah, memancing orang kehilangan daya kontrol, menggugurkan pahala, melemahkan jiwa.
-         Menyadari bahwa kesabaran dan harapan akan adanya pahala yang menyusul kemudian jauh lebih banyak daripada yang bisa diperoleh jika musibah itu tidak datang.
-         Menentramkan hati dengan mengharap pengganti dari Allah.
-         Menyadari bahwa jatah yang kita terima sebagai efek datangnya musibah itu tergantung bagaimana kita meresponnya. Jika kita ridha, kita akan mendapatkan pahala ridha. Jika kita mengutuknya, maka kita akan mendapat dosa karena mengutuknya.
-         Kiat lain, bagaimana pun seseorang berduka lara hingga ke puncak kedukaan, akhirnya ia terpaksa harus bersabar juga. Namun, kesabaran semacam ini sama sekali tak terpuji dan tidak mendapat pahala.
-         Terapi lain ialah dengan melakukan segala yang sesuai dengan yang disukai Allah dan diridhaiNya, dengannya ia akan dapatkan ketentraman.
-         Kiat lain ialah menimbang antara besarnya nikmat yang hilang karena musibah, dan besarnya ganjaran karena bersabar.
-         Menyadari bahwa yang memberi musibah itu ialah Allah yang Mahabijaksana. Ujian yang datang tidaklah bermaksud untuk membinasakannya akan tetapi menguji kesabaran, keridhaan, keimanannya.
-         Kiat lain, dengan menyadari jika kalau bukan karena musibah dan cobaan di dunia ini, tentulah hamba akan terkena penyakit ujub dan takabur, bahkan bisa menimbulkan Fir’aunisme dan kebekuan hatinya.
-         Kiat lain ialah menyadari bahwa kepahitan dunia ialah kemanisan untuk akhirat.
v Terapi Penyakit Ain

 أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ للهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ, وَ مِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ.

 أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ للهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ, وَ مِنْ شَرِّ عِبَادَهُ, وَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ أَنْ يَحْضُرُوْنَ.

  بِاسْمِ اللهِ, حَبْسٌ حَابِسٌ, وَحَجَرٌ يَابِسٌ, وَشِهَابٌ قَبِسٌ, رَدَدْتُ عَيْنَ الْعَائِنِ عَلَيْهِ, وَعَلَى أَحَبِّ النَّاسِ إِلَيْهِ: {فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُوْرٍ. ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيْرٌ. }      ]


Selesai +- 12 tengah hari, 01-02-2020, sekuduk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH

                اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ ب...