اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ
وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا
نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا
النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَالَّرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ, فَيَا
عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ
الْمُتَّقُوْنَ.
Alhamdulillahirabbil’alamin,
marilah kita bersyukur kepada Allah Swt karena dengan kehendakNya
jualah, kita bisa berkumpul dalam majelis Jumat yang berbahagia ini. Shalawat
dan salam moga selalu tercurah kepada baginda Nabi kita, Muhammad Saw, ahli
keluarga dan para sahabat beliau. Mengawali khutbah ini, tak lupa khatib
berpesan, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada
Allah Swt.
Pada hari Jumat yang
mulia ini, khatib akan menyampaikan khutbah yang kami kutip dan sarikan dari
sebuah buku karya Doktor Aidh Al—Qarni yang versi Indonesianya berjudul:” Hidup
yang Menakjubkan”. Khutbah hari ini berjudul
GAYA HIDUP MUKMIN, GAYA
HIDUP BAHAGIA....
Kaum muslimin, jamaah
jumat rahimakumullah.....
Allah Swt
berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَاكَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih,
baik laki-laki maupun perempuan, dan dia beriman, maka sungguh Kami akan
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (An-Nahl: 97)
Siapapun yang menginginkan kehidupan yang baik, harus beriman
kepada Allah Swt dan beramal shalih, berbuat baik dengan ikhlas, lillahi
ta’ala. Sementara orang kafir yang tidak
beriman kepadaNya, sekali-kali tidak akan menemukan kehidupan yang baik,
meskipun secara lahir dan tampaknya ia kelihatan bersuka-cita,
bersenang-senang, bernikmat-nikmat dalam hidupnya. Akan tetapi, di balik itu,
ia tidak menemukan kehidupan yang nyaman dan tenteram. Kehidupan semacam ini,
hakikatnya adalah kehidupan yang hampa dan sia-sia. Tak ada kenyamanan,
kepuasan, kedamaian, ataupun ketenangan di dalamnya.
Allah Swt berfirman:
وَ مَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا
“Dan barangsiapa yang
berpaling dari peringatanKu, maka baginya kehidupan yang sempit.” (Thaha:
124)
Kaum muslimin,
rahimakumullah.....
Adapun
kehidupan seorang muslim, seorang mukmin, dan itulah status kita saat ini, pada
hakikatnya adalah hidup yang sebenar-benarnya bahagia, dan beruntung,
bagaimanapun keadaannya.
Jika
Allah mentakdirkan seorang mukmin menjadi seorang yang kaya, ia menjadi orang
yang bahagia karena hartanya dinafkahkan untuk mencari keridhaan Tuhannya dan
untuk beribadah kepadaNya. Dengan harta itu, dia memenuhi apa yang menjadi
hak-haknya dan mengerjakan apa yang menjadi kewajibannya. Dia termasuk Ahli
Dutsur (yaitu orang-orang yang berlimpah harta) yang kembali pulang ke
haribaan Rabbnya dengan membawa pahala.
Jika dia
miskin, kemiskinannya itu tak mencegahnya untuk tetap beribadah kepada Allah.
Ia memuji Allah atas harta yang dihindarikan darinya. Sebab, harta itu bisa
jadi fitnah baginya. Lalu dia bersabar, merasa cukup, dan ridha dengan bagian
yang sedikit.
Jika
badannya sehat dan tubuhnya kuat, dia jadikan kesehatan dan kekuatannya itu
untuk berkhidmat kepada Rabbnya dan beribadah kepadaNya. Dia menjalankan
ketaatan dan bersungguh-sungguh dalam memperbaiki amal ibadahnya serta
mengumpulkan kebaikan. Seolah-olah dia memiliki dunia dan seluruh isinya.
Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ مِنْكُمْ آمِنًا فِيْ سِرْبِهِ
مُعَافًا فِيْ جَسَدِهِ عِنْدَهُ
قُوْتُ يَوْمِهِ فَكَاَنَّمَا حِيْزَتْ
لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا
“Siapa yang pada pagi harinya
dalam keadaan aman di tempat tinggalnya, sehat wal afiat badannya, mempunyai
makanan untuk sehari itu, maka
seolah-olah dunia dan seisinya telah terkumpul baginya” (HR.
At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Jika dia
sakit, dia bersabar dan mengharapkan balasan kepada Allah. Sakitnya menjadi
penghapus kesalahan, pencuci dosa, dan pembersih keburukan-keburukannya. Bahkan
bagi setiap muslim, setiap mukmin, setiap dari kita yang menjadi hamba Allah,
segala bentuk kesusahan, kesulitan, kegundahan, kerisauan dan musibah serta
bencana, bisa mendatangkan pahala yang tak terkira ataupun penghapus dari
dosa-dosa.
Rasulullah Saw bersabda:
مَايُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَاوَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا
حُزْنٍ وَلَا اَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا اِلَّا كَفَّرَ
اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Setiap kesusahan, duka cita,
bala’ ataupun sakit yang menimpa seorang mukmin, bahkan duri yang menusuknya,
Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahan si mukmin tadi, dengannya” (HR.
Bukhari dari Abu Hurairah)
Demikianlah,
drama kehidupan ini. Kadang kita saksikan orang kaya yang tergeletak tak
berdaya di atas kasur empuk di bilik rumah sakit, sementara ada yang hidup
sederhana akan tetapi bebas bergerak kemana saja dan bisa berkumpul bersama
ahli keluarganya. Di sisi lain, kadang kita juga kagum dengan orang kaya yang
banyak membantu orang lain lewat kelebihan harta yang dimiliki, sedangkan kita
untuk sementara berjuang mengerahkan segenap raga demi memenuhi keperluan
sehari-hari dan beramal dengan kemampuan tenaga yang ada.
Jika
fasilitas duniawi dianugerahkan kepada seorang mukmin, dia jadikan itu untuk
menjaga dan mengabdi kepada agamanya. Jika fasilitas itu hilang, ia justru memuji
Allah karena merasa telah diselamatkan dari fitnah, ujian, sehingga menjadi
orang yang senang dan bahagia.
Jika
diberi jabatan, maka dia jadikan jabatannya sebagai jalan untuk meraih surga,
melakukan perbaikan, dan memberi manfaat kepada hamba-hamba Allah Swt lainnya.
Dia tahu bahwa jabatan adalah ujian dari Allah untuk mengetahui apakah
pemiliknya bersyukur atas karunia tersebut atau justru mengingkarinya.
Kaum muslimin,
rahimakumullah......
Niat
seorang mukmin selalu berada dalam kebaikan. Bangun dan tidurnya, makan dan
minumnya, selalu diniatkan untuk menghadap pahala dari Allah, sehingga seluruh
aktivitasnya menjelma menjadi ibadah. Seluruh kegiatan dan amal ibadahnya ialah
lillah (untuk Allah), billah (dengan inayah/pertolongan Allah), ‘alallah
(disandarkan kepada Allah), ilallah (ditujukan kepada Allah) dan fillah
(karena Allah). Demikianlah yang kita baca dan ikrarkan dalam doa ifititah,
dalam shalat yang membuka dan menutup hari kita ”inna shalati, wanusuki, wa
mahyaaya, wa mamaatii, lillahi rabbil ‘alamiin (sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam)
Dengan penjelasan tersebut,
maka sangat beralasan jika Rasulullah Saw sampai mengungkapkan kekaguman
baginda pada keistimewaan umatnya yang beriman. Beliau bersabda:
عَجَبًا لِاَمْرِ الْمُؤْمِنِ اِنَّ اَمْرَهُ كُلُّهُ خَيْرٍ, اِنْ
اَصَابَتْهُ سَرَّاءُ فَشَكَرَ كَانَ
خَيْرً لَهُ, وَاِنْ اَصَابَتْهُ فَصَبَرَ
كَانَ خَيْرً لَهُ, وَلَيْسَ ذَالِكَ لِاَحَدٍ غَيْرِ الْمُؤْمِنِ
“Sungguh menakjubkan perilaku
orang mukmin. Semua keadaan adalah baik baginya. Jika memperoleh kesenangan dia
beryukur, yang demikian itu adalah baik baginya. Dan jika dia ditimpa
kesusahan, dia bersabar, dan yang demikian itu adalah baik pula baginya.
Perilaku yang seperti itu hanya ada pada diri seorang mukmin.” (HR.
Muslim dan Ahmad)
Demikian khutbah jumat yang
dapat khatib sampaikan, moga bermanfaat bagi kita sekalian.
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ...
Khutbah
kedua....
اَلْحَمْدُللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا
اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
اِرْغَامًا جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ سَيِّدِ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَر. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ
الْغُرَر. فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ تَعَلَى: اِنَّا اللهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَااَيُّهَا
الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْ عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ
الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ, وَالْمُسْلِمِيْنِ
وَالْمُسْلِمَات, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَات, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ
مُجِيْبُ الدَّعَوَات. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا
وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ. فَيَا عِبَادَ اللهَ, اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَان
وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّروْنَ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar