Minggu, 09 Februari 2020

MUQADDIMAH IBNU KHALDUN (‘Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun al-Hadrami)


MUQADDIMAH
IBNU KHALDUN (‘Abdurrahman bin Muhammad  bin Khaldun al-Hadrami)

anassekuduk
Jakarta: Pustaka Firdaus, Cet.9. 852 hlm, 21 cm
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على سيّدنا محمد صلى الله عليه وسلم وعلى اله وصحبه اجمعين, امّابعد
a.       INTRO>>>>>>> 
Salah satu buku yang sangat ingin dimiliki. Akan tetapi sayangnya jarang sekali sempat kami baca. Alasannya sederhana, telah lama, di bangku madrasah Aliyah tepatnya, nama beliau ini kami dengar. Sependek pengetahuan dan sekelumit informasi yang kami dapat, Ibnu Khaldun ialah salah satu ilmuwan muslim masyhur yang memiliki keilmuan yang luas, multi disipliner, dan juga banyak tokoh Barat yang mengagumi dan merujuk pada karya-karya beliau. Apalagi ditambah dengan fakta bahwa, seandainya nanti pulang kampung setelah menyelesaikan kuliah, sangat sulit mendapatkan buku-buku “babon” seperti ini. Akan tetapi, karena memang luasnya bahasan beliau –rekan pembaca yang punya buku ini pasti tahu maksudnya- maka, kami hanya akan menulis kutipan yang berkaitan dengan pengajaran. Point of interest ini tak lain tak bukan karena saat ini kami berstatus sebagai tenaga pengajar di salah satu sekolah, sehingga wejangan dari Ibnu Khaldun dalam Muaddimah ini kami rasa sangat pantas untuk dicerna dan diterapkan dengan melihat pada kesesuaian situasi dan kondisi yang dihadapi oleh pembaca.
صلى الله عليه وسلم[anassekuduk]
b.       THE CONTENT>>>>>>>>>>

H. 751
Sikap yang Benar dalam Pengajaran, Ta’lim Ilmu-ilmu Pengetahuan dan Metode Mengajarkannya
                        Ketahuilah bahwa mengajarkan pengetahuan kepada pelajar hanya akan efektif bila dilakukan dengan berangsur-angsur, setapak demi setapak, dan sedikit demi sedikit. Pertama-tama, guru mengajarkan kepada muridnya problem-problem yang prinsipil mengenai setiap cabang pembahasan yang diajarkan. Keterangan-keterangan yang diberikan haruslah bersifat umum dan menyeluruh, dengan memperhatikan kemampuan akal dan kesiapan pelajar memahami apa yang diberikan kepadanya. Bila dengan cara ini seluruh pembahasan pokok telah dipahami, pelajar yang bersangkutan telah memperoleh suatu keahlian dalam cabang ilmu yang dipelajarinya.  Tetapi itu baru sebagian dari keahlian yang masih harus dilengkapi, sehingga hasil keseluruhan keahlian itu dapat menyiapkannya memahami seluruh pembahasan pokok dengan seluk-beluknya.
            Selanjutnya, menjadi kewajiban guru kembali kepada pembahasan pokok, dan mengangkat pengajaran kepada tingkat yang lebih tinggi. Kali ini guru tidak boleh puas hanya dengan cara pembahasan bersifat umum saja. Tetapi dia harus membahas segi-segi yang menjadi pertentangan dan berbagai pandangan yang berbeda, hingga pembahasan keseluruhannya sekali lagi diliput dan keahlian pelajar yang bersangkutan disempurnakan.
                        Kemudian, pada suatu kali pelajar yang sudah terlatih itu harus digiring kepada masalah pokok yang dibahas. Pada tahap ini, tidak ada masalah penting, bagaimana sulitnya atau yang menjadi pokok perbantahan, boleh ditinggalkan tak terbahas. Semua harus diterangkan kepada si murid itu, hingga memungkinkan dia mencapai keahlian yang sempurna.
                        Dari sini dapat diketahui bahwa cara latihan yang sebaik-baiknya mengandung 3 kali ulang. Dalam beberapa hal, ulangan yang berkali-kali itu dibutuhkan, tapi tergantung kepada keterampilan dan kecerdasan murid.
            Kita saksikan banyak guru generasi kita yang tidak tahu sama sekali cara mengajar. Akibatnya, misalnya, mereka sejak dari permulaan memberikan kepada muridnya masalah-masalah ilmu pengetahuan yang sukar dipelajari, dan menuntut mereka memeras otak untuk memecahkannya. Para guru itu mengira, cara yang demikian merupakan suatu latihan yang tepat, dan karenanya memaksa si murid memahami berbagai persoalan yang dijejalkan padanya. Pada permulaan para murid telah diajarkan bagian-bagian yang paling lanjut, sebelum mereka siap memahaminya. Ini dapat membingungkan mereka. Sebab kesiapan dan kesanggupan memahami suatu ilmu itu hanya dapat dikembangkan sedikit demi sedikit. Karena pada permulaan, murid biasanya belum sanggup menyerap pengertian yang sebenarnya, kecuali beberapa saja. Umumnya pengertian yang diberikan terserap secara kira-kira dan umum, yang harus dibantu dengan contoh-contoh yang mudah dipahami dan jelas. Kemudian, kesanggupannya itu akan tumbuh sedikit demi sedikit melalui kebiasaan dan pengulangan-pengulangan terhadap ilmu yang dipelajari. Hingga mereka kemudian menjadi siap dan sanggup memahami pokok-pokok persoalannya. Tetapi bila mereka masih terus dilibatkan dalam masalah-masalah yang sukar dan membingungkan selagi masih belum terlatih dan  belum sanggup memahami, niscaya otaknya akan dihinggapi kejemuan. Akibat lebih jauh, mereka akan menganggap ilmu yang dipelajari sukar, dan kemudian akan mengendurkan semangat mereka untuk memahaminya, dan lalu menjauhkan diri daripadanya. Padahal, mungkin kesukaran sebenarnya timbul dari cara mengajar yang tidak betul.
                        Adalah penting pula, tidak mencampuradukkan antara masalah yang diberikan dalam buku pelajaran dengan sejumlah masalah lain. Tindakan ini membuat pelajar menguasai betul-betul buku yang dipelajari dan memperoleh daripadanya suatu keahlian yang bisa bermanfaat untuk mendalami berbagai masalah lain. Seorang murid yang telah memperoleh keahlian dalam salah satu cabang ilmu pengetahuan memang akan lebih siap mempergunakan keahliannya itu pada cabang ilmu pengetahuan lain. Hal ini juga akan lebih banyak mengembangkan keinginan belajarnya di samping keahliannya akan meningkat lebih tinggi lagi sehingga pemahamannya akan ilmu pengetahuan secara menyeluruh akan tercapai. Tetapi bila banyak masalah sekaligus dihadapkan kepadanya, ia tidak akan sanggup memahami semuanya. Akibat lebih jauh, otaknya akan jemu dan tak sanggup bekerja, lalu putus asa, dan akhirnya akan meninggalkan ilmu yang sedang dipelajari. Dan “Allah akan memberi petunjuk kepada barangsiapa yang Ia sukai.”
                        Penting juga diperhatikan agar jangan terlalu lama melantur pada suatu masalah dan satu buku sehingga mengganggu jadwal belajar dengan yang tidak semestinya. Ini akan memberi peluang timbulnya sifat pelupa kepada si murid, sehingga menceraiberaikan dan membuat terputus-putusnya berbagai bagian ilmu yang sedang dipelajari, yang akan lebih mempersukar lagi perolehan keahlian dalam ilmu yang bersangkutan. Sebab, apabila seluruh isi permasalahan, sejak permulaan sampai akhir, tercerap dalam pikiran dan tercamkan, maka berbagai keahlian akan lebih mudah dicapai dan lebih mantap, karena diperoleh melalui pengulangan-pengulangan tindakan dan kaji lanjutan. Karena itu, bila tindakan tersebut dilupakan maka keahlian yang dihasilkan juga akan dilupakan, dan “Allah mengajarkan kepadamu apa yang dahulunya tidak kamu ketahui.”
                        Salah satu di antara madzhab yang baik dan metode yang harus diikuti dalam pengajaran, ta’lim, adalah meniadakan cara yang dapat membingungkan si murid, misalnya dengan tidak mengajarkan dua cabang ilmu pengetahuan sekaligus. Sebab dengan cara itu ia akan sukar sekali menguasai yang mana pun dari kedua disiplin ilmu tersebut, karena perhatiannya akan terbagi dan terganggu oleh satu dari yang lainnya. Bila pikiran benar-benar kosong untuk menerima sesuatu ilmu, ia dapat membatasi diri sepenuhnya padanya, cara yang lebih sesuai untuk menyerap ilmu yang diinginkan. Allah yang Mahasuci dan Mahatinggi, memberi taufiq bagi yang benar.

            Engkau, o pelajar, ketahuilah saya di sini akan memberi beberapa petunjuk yang bermanfaat bagi studimu. Apabila kamu menerimanya dan mengikutinya dengan sungguh-sungguh, kamu akan mendapatkan suatu manfaat yang besar dan mulia. Sebagai pendahuluan yang akan membantumu memahaminya, saya dapat katakan kepadamu bahwa:
                        Kemampuan manusia adalah anugerah khusus yang alami ciptaan Allah, sama seperti Dia menciptakan setiap makhlukNya. Kemampuan merupakan aksi dan gerak dalam jiwa manusia, mempergunakan suatu kekuatan pada rongga tengah daripada otak. Kadang-kadang pemikiran berarti permulaan tindakan manusia yang teratur dan tertib. Pada saat lain, ia awal mula pengetahuan tentang sesuatu yang tidak ada sebelumnya. Kemampuan berpikir diperhubungkan kepada sasaran yang kedua ujungnya dilihat, dan kini hendak ditegaskan atau ditolak. Dalam waktu yang lebih cepat dari kerdipan mata, ia mengenal garis penengah yang mempersatukan kedua ujung tersebut, apabila sasaran itu seragam. Atau, ia terus mencapai garis penengah yang lain, apabila sasarannya berjenis-jenis. Dia pun lalu menemukan sasarannya. Demikianlah cara kerja kemampuan berpikir, yang memperbedakan manusia dari semua jenis hewan.
                        Kemudian, kemampuan logika merupakan pengetahuan cara  keterampilan alam-berpikir dan mengira-ngirakan cara bertindak. Logika mendeskripsikannya, untuk mengetahui perbedaan antara pelaksanaan yang benar dan salah. Untuk menjadi benar, pikiran, berada di dalam esensi kemampuan untuk berpikir. Namun, ia dipengaruhi oleh kesalahan, walaupun itu jarang. Hal ini, hal ini timbul dari penglihatan/pemikiran terhadap dua ujung itu tadi dalam bentuk menyimpang dari yang sebenarnya, sebagai akibat adanya kekacauan pada tatanan tertib proporsi-proporsi dari mana konklusi dilihat. Logika membantu membuang kesalahan-kesalahan tersebut. Maka logika adalah barang bikinan yang disesuaikan dengan sifat proses pemikiran dan disejalankan dengan bentuk kerja akal. Dan karena sifatnya sebagai barang bikinan, pada umumnya logika tidak terpakai. Itulah sebabnya, kita menyaksikan banyak penyelidik besar tentang alam yang tanpa bantuan logika dapat mencapai tujuan penyelidikan berbagai cabang ilmu pengetahuan. Hal ini dapat benar-benar terjadi bila tujuan mereka yang esensial ialah mendapatkan kebenaran, dan apabila mereka bergantung kepada rahmat Allah, yang merupakan sebesar-besarnya bantuan yang mungkin diperoleh. Mereka membiarkan pikirannya mengikuti jalan yang diberikan oleh kodratnya sendiri, dan ini tentu saja membawa kepada kebenaran dan ilmu yang dicari, karena adanya naluri yang ditanamkan Allah di dalam akal.
                        Di samping barang bikinan tadi, yaitu logika, terdapat unsur awal lainyya daripada studi. Yakni pengetahuan tentang kata-kata dan cara kata-kata mengindikasikan ide-ide yang terdapat di dalam pikiran dengan menariknya dari bentuk-bentuk tulisan yang diucapkan, dalam hubungannya dengan tulis-menulis, dan dari apa saja yang diucapkan oleh lidah, atau pembicaraan, dalam hubungannya dengan ucapan-ucapan yang diungkapkan. Kamu, wahai pelajar, harus melampaui semua tabir penghalang itu, supaya sampai kepada keadaan yang memungkinkan kamu dapat berpikir tentang apa saja yang menjadi sasaranmu.
                        Pertama-tama, ada cara di mana tulisan menunjukkan kata-kata yang diucapkan. Inilah bagian yang paling mudah. Lalu ada cara lain ketika kata-kata yang diucapkan menunjukkan ide-ide yang dicari seseorang. Kemudian, ada pula kaidah-kaidah untuk merangkai ide-ide dalam susunan-susunan yang tepat. Ini dikenali dalam keahlian logika, dengan tujuan membuat deduksi. Itulah ide-ide abstrak yang terdapat di dalam pikiran –jaring-jaring yang dipergunakan seseorang untuk memburu sasaran dengan menggunakan kemampuan pikir alami seseorang dan meleburkan dirinya kepada rahmat dan anugerah Allah.
                        Tidaklah setiap orang bisa mencapai tingkatan-tingkatan ini dengan tepat, atau dengan mudah menembus tirai-tirai yang menutupi pengetahuan. Sebab, seringkali akal berhenti di muka tirai perkataan yang dipergunakan dalam pertukaran pikiran. Atau tergelincir ketika berupaya mendapatkan hubungan alasan-alasan yang timbul dalam berbagai perdebatan yang panas dan saat menghadapi ketegangan-ketegangan. Hal-hal ini membelokkan seseorang dari pencapaian pengetahuan yang dikehendaki. Dan memang, hanya sedikit saja yang beroleh petunjuk Allah yang dapat mengatasi berbagai rintangan seperti itu.
                        Kemudian, o pelajar, apabila pikiranmu penuh kesukaran dan dalam kebingungan, hingga kamu mulai bimbang sampaikah atau tidak kepada kebenaran, maka buanglah jauh-jauh soal-soal bikinan itu. Enyahkanlah tirai kata-kata dan kebimbangan. Lepaskanlah pikiranmu bergerak ke ruang pemikiran yang kosong dan murni ciptaan Allah, sambil membiarkannya menjelajah mencari sasarannya, dan mengikuti jejak langkah nenek moyangmu  yang besar. Apabila kamu menjalankan ini semua, maka cahaya pengetahuan akan menyinarimu. Kemudian, kamu boleh kembali kepada bentuk-bentuk nyata, lalu tuangkanlah ke dalamnya apa-apa yang telah kamu peroleh, dan dengan hati-hati mengikuti hukum-hukum logika bikinan. Berikutnya, tuangkanlah pakaian kebenaran yang telah kamu peroleh itu ke dalam perkataan, dan sajikanlah kepada dunia ucapan dan gambaran dalam susunan yang rapi dan kokoh.
                        Tetapi, wahai pelajar, bila kamu berhenti pada tingkatan bertukar pikiran dan kemudian bimbang, dan ragu-ragu dalam usahamu membedakan yang benar dan yang palsu, maka kamu tidak akan pernah sampai tujuan yang kamu kehendaki. Keadaan ini sama halnya dengan sebagaian besar ahli pikir zaman sekarang, apalagi yang tadinya berbicara dengan bahasa selain bahasa Arab, yang merupakan rintangan mental, atau orang yang terpikat pada logika. Mereka yakin bahwa logika merupakan cara yang alami untuk menetapkan persepsi kebenaran, sehingga jatuh ke dalam kebimbangan dalil-dalil, dan sama sekali tidak dapat membebaskan diri dari rintangan-rintangan yang timbul karenanya.
Sebagai suatu fakta, cara alami untuk menentukan persepsi kebenaran adalah, seperti
Telah kami kemukakan, kemampuan alami manusia untuk berpikir, bila itu dilakukannya secara bebas dari semua khayalan, dan apabila si pemikir meleburkan dirinya kepada rahmat Allah ta’ala. Adapun logika hanya sekadar mendeskripsikan proses pemikiran, dan amat sering berhasil meluruskannya. Maka ambillah pelajarna daripadanya dan mohonlah rahmat Allah bila kamu mendapatkan kesukaran di dalam memahami persoalan-persoalan! Sehingga cahaya Tuhan akan bersinar kepadamu dan memberi kamu inspirasi yang benar. Dan memberi petunjuk ke arah rahmatNya. “Dan tidak ada ilmu kecuali dari sisi Allah.” (QS. 67: 26)


H. 763
41. Kekerasan terhadap Pelajar Membahayakan Mereka
                        Sebabnya adalah karena sebagai berikut. Hukum yang keras di dalam pengajaran, ta’lim, berbahaya pada si murid, khususnya bagi anak-anak kecil. Karena itu termasuk tindakan-tindakan yang dapat menyebabkan timbulnya kebiasaan buruk. Kekasaran dan kekerasan dalam pengajaran, baik terhadap pelajar maupun hamba sahaya atau pelayan, dapat mengakibatkan bahwa kekerasan itu sendiri akan menguasai jiwa dan mencegah perkembangan pribadi anak yang bersangkutan. Kekerasan membuka jalan ke arah kemalasan dan keserongan, penipuan serta kelicikan. Berupa, misalnya, tindak tanduk dan ucapannya berbeda dengan apa yang ada dalam pikiran, karena takut mendapatkan perlakuan tirani bila mereka mengucapkan yang sebenarnya. Maka, dengan cara itu mereka diajari licik dan menipu. Kecenderungan-kecenderungan ini kemudian menjadi kebiasaan dan watak yang berurat-berakar di dalam jiwa. Ini pada gilirannya merusak sifat kemanusiaan yang seyogyanya dipupuk melalui hubungan sosial dalam pergaulan dan juga merusak sikap perwira, seperti sikap mempertahankan diri dan rumah tangga. Orang-orang yang semacam itu akan menjadi beban orang lain sebagai tempat berlindung. Jiwanya menjadi malas, dan enggan memupuk sifat keutamaan dan keluhuran moral. Mereka merasa dirinya kecil, dan tidak mau berusaha menjadi manusia yang sempurna, lalu jatuh ke dalam “golongan yang paling rendah.”
                        Inilah yang dialami hampir setiap bangsa yang pernah dijajah bangsa lain. Atau mendapat perlakuan kasar. Pengaruh buruk seperti ini jelas-jelas terlihat pada orang-orang yang tunduk pada kemauan orang lain, dan tidak berkuasa penuh atas dirinya sendiri. Ingatlah, umpamanya, bangsa Yahudi dengan akhlak buruk yang mereka miliki, hingga di tiap tempat dan masa diberi julukan terjenal khurj, yang artinya, ‘serong dan licik.’
                        Maka menjadi keharusan guru-guru hendaknya, agar tidak memperlakukan muridnya secara kasar atau dengan paksaan. Demikian pula hendaknya sikap para bapak terhadap anak-anaknya. Buku hukum yang dutulis Muhammad bin Abi Sayd, berkenaan hubungan guru-guru dan murid, mengatakan: “Apabila anak-anak terpaksa dipukul, guru hendaknya tidak boleh memukul mereka lebih dari 3 kali.” Umar mengatakan, “Barang siapa tidak terdidik dan terdisiplinkan oleh syari’at, tidak ‘kan terdidik oleh Tuhan.” Dengan kata-kata itu Umar bermaksud menjaga jiwa  dan kehinaan tindakan, dan berdasarkan keyakinan bahwa tindakan mendidik yang telah ditentukan syari’at lebih kuasa membuat seseorang terkendali, karena syari’at lebih mengetahui apa yang baik.
                        Salah satu di antara metode pendidikan terbaik telah dikemukan Ar-Rasyid kepada Khalaf bin Ahmar, guru puteranya Muhammad al-Amin, yang berkata, “O Ahmar, Amirul Mu’minin telah mempercayakan anaknya kepada Anda, kehidupan jiwanya dan buah hatinya. Maka, ulurkan tangan Anda padanya, dan jadikan dia taat pada Anda. Ambillah tempat di sisinya yang telah Amirul Mu’minin berikan kepada Anda. Ajari dia membaca Al-Qur’an. Perkenalkan dia sejarah. Ajak dia meriwayatkan syiir-syiir dan ajari dia sunnah-sunnah Nabi. Beri dia wawasan bagaimana berbicara dan memulai suatu pembicaraan dengan baik dan tepat. Larang dia tertawa, kecuali pada waktunya. Biasakan dia menghormati orang-orang tua Bani Hasyim yang bertemu dengannya, dan agar dia menghargai para pemuka militer yang datang ke majlisnya. Jangan biarkan waktu berlalu kecuali jika Anda gunakan untuk mengajarnya sesuatu yang berguna, tapi bukan dengan cara yang menjengkelkannya, cara yang dapat mematikan pikirannya. Jangan pula terlalu lemah lembu, bila umpamanya ia mencoba membiasakan hidup santai. Sebisa mungkin, perbaiki dia dengan kasih sayang dan lemah lembut. Jika dia tidak mau dengan cara itu, Anda harus mempergunakan kekerasan dan kekasaran.”
Sekian, untuk lebih lanjut silakan rekan merujuk ke buku ini. Recomended. Moga tulisan kali ini bermanfaat. 
Salam takzim, anassekuduk
            Selesai, Sekuduk: Ahad, 9-2-2020_20. 36




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH

                اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ ب...