اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلَا هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لَا
اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ
بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ، مَنْ يُطِعِ اللهَ فَقَدْ
رَشَدَ، وَمَنْ يَعْصِمِهَا فَإِنَّهُ لَا يَضُرُّ اِلَّا نَفْسَهُ وَلَا يَضُرُّ
اللهَ تَعَالَى شَيْئًا[1].
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. قَالَ
اللهُ فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْم: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا إِذَا نُوْدِيَ
لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلٰى ذِكْرِ اللهِ وَذَرُالْبَيْعَۗ
ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.
Masjid Jami' Jami'atul Khairiyah dalam proses pembangunan |
اَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Alhamdulillahirabbil’alamin, marilah kita bersyukur kepada Allah Swt karena dengan kehendakNya jualah, kita bisa berkumpul di Masjid Jami’ Jami’atul Khairiyah Sekuduk yang kita cintai, di majelis dan hari Jumat yang mulia ini. Shalawat dan salam moga selalu tercurah kepada Junjungan kita, Nabiyullah Muhammad Saw, beserta ahli keluarga dan para sahabat beliau. Mengawali khutbah, tak lupa khatib berpesan, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Sebagai insan faqir ilmu, khatib juga mengutarakan tidaklah yang berbicara ini lebih baik daripada yang mendengarkan. Semoga Allah Swt memberikan hidayah dan inayahNya sehingga apa yang disampaikan bermanfaat, mengandung kebaikan dan kebenaran.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Pada hari Jumat yang diberkahi ini, khatib akan menyampaikan
beberapa keistimewaan dan beberapa amaliyah di hari Jumat. Materi kali ini mungkin tidak asing bagi
hadirin sekalian, baik yang pernah kita dapatkan dari para guru kita di bangku
sekolah/madrasah, dari buku yang dibaca atau dari audio-video ceramah yang
disimak. Bagi yang sudah tahu, maka penyampaian khatib ini kita anggap murajaah
atau penguatan, bagi yang lupa semoga dengannya kita diingatkan, dan bagi yang
belum tahu maka ini bisa jadi sebagai bekal yang kemudian bisa diamalkan.
Semoga dengan penyampaian singkat ini dapat menambah kualitas Jumat kita
seterusnya.
Keistimewaan pertama dari hari Jumat dapat kita ketahui dari Abu
Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيْهِ
خُلِقَ آدمُ وَفِيْهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيْهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلَا
تَقُوْمُ السَّاعَةُ إِلَّا فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ
“Hari
yang terbaik adalah hari Jumat. Pada hari itulah Adam As diciptakan, pada hari
itu pula ia dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan darinya. Kiamat pun tidak
akan terjadi kecuali pada hari Jumat.”
(HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan An-Nasa’i)
Abu Lubanah Al-Badri ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Penghulu dari semua hari adalah hari Jumat. Hari Jumat merupakan hari yang paling agung di antara hari-hari yang lain dan hari yang paling agung di sisi Allah azza wa jalla, bahkan melebihi (lebih agung) daripada hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Pada hari Jumat itu terjadi lima peristiwa: Allah Azza wa Jalla menciptakan Adam as, Allah menurunkan Adam ke bumi, Allah mewafatkan Adam, dan pada hari Jumat itu ada suatu saat di mana tidak seorang hamba pun memohon sesuatu kepada-Nya kecuali akan dikabulkan Allah permohonannya selama yang dimintanya itu bukan sesuatu yang haram, serta pada hari Jumat pula terjadi Kiamat. Tidak ada satu Malaikat Muqarrabin, begitu juga langit, bumi, angin, gunung, atau lautan melainkan semuanya takut kepada hari Jumat.” (HR. Thabrani dan Ibnu Majah).
Imam Thabrani dalam kitab Al-Ausath dan Al-Kabir meriwayatkan
dengan sanad yang dapat dipercaya dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw pada
suatu ketika –pada hari Jumat- pernah bersabda,
يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِيْنَ، هَذَا يَوْمٌ جَعَلَهُ اللهُ لَكُمْ عِيْدًا
فَاغْتَسِلُوْا وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ.
“Wahai umat Islam, hari ini adalah hari raya yang dijadikan Allah untuk kalian. Karena itu, hendaklah kalian mandi serta bersiwak (menggosok gigi).”
Seyogyanya, setiap orang yang hendak
ke masjid sebaiknya dalam keadaan bersih dan berhias secara sesuai, yakni dengan
mandi, mengenakan pakaian terbaik, menggosok gigi, dan memakai wewangian. Imam
Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini dalam kitabnya Kifayatul Akhyar menyatakan
pakaian yang berwarna putih adalah lebih utama[2]. Akan
tetapi hakikatnya adalah bagaimana kita berusaha memperoleh keutaman hari Jumat
dengan pakaian yang terbaik yang dimiliki. Adapun bila kita hubungkan dengan
keistimewaan hari Jumat seterusnya, maka marilah kita simak penuturan Salman
Al-Farisi ra berikut. Ia meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,
لَا يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَيَتَطَهَّرُ بِمَا اسْتَطَاعِ
مِنْ طُهْرٍ، وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ،
أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيْبِ بَيْتِهِ، ثُمَّ
يَرُوْحُ إِلَى الْمَسْجِدِ فَلَا يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ، ثُمَّ يُصَلِّى مَا
كَتَبَ اللهُ لَهُ، ثُمَّ يُنْصِتُ لِلْإِمَامَ إِذَا تَكَلَّمَ، إِلَّا غُفِرَلَهُ مَا بَيْنَهُ وبَيْنَ
الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى.
“Tidaklah
seseorang yang mandi pada hari Jumat dan membersihkan bagian anggota tubuh
(kumis, kuku, dan rambut kemaluan) kemudian ia memakai wewangian dan bersisir
lalu ia pergi ke masjid tanpa memisahkan di antara dua orang yang telah duduk,
kemudian mengerjakan shalat sunnah serta mendengarkan imam di waktu berkhutbah,
melainkan akan diampuni dosa-dosanya antara Jumat itu dengan Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Ahmad)
Dalam
hal ini, Abu Hurairah ra. juga meriwayatkan,
وَثَلَاثَةُ أَيَّامٍ زِيَادَةٍ، فَإِنَّ اللهَ جَعَلَ الْحَسَنَةَ
بِعَشَرَةِ أَمْثَالِهَا.
“Dan diberi tambahan tiga hari karena Allah membalas setiap
kebaikan dengan sepuluh kali lipat.”
Mengenai pengampunan dosa, maksudnya hanyalah dosa-dosa yang kecil-kecil. Ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra., “Selama ia tidak mengerjakan dosa besar.”
Jamah
kaum Muslimin Rahimakumullah
Seterusnya, membaca Al-Qur’an adalah juga amalan yang amat baik. Rasulullah
Saw menyatakan bahwa pentingnya membaca Al-Qur’an, karena ia panduan hidup di
dunia dan menjadi (شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ) yaitu pemberi syafaat kepada siapa saja yang membaca dan
mengamalkannya di
akhirat kelak. Akan tetapi, ada riwayat yang secara spesifik
menerangkan keutamaan membaca Surah Al-Kahfi pada hari Jumat ini.
Abu Said Al-Khudri ra meriwayatkan bahwa Nabi Saw bersabda,
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ
مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
“Barang siapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jumat, maka ia akan diberi cahaya yang dapat menerangi di antara keduanya.”
Keistimewaan lain dari hari Jumat
adalah ia merupakan waktu doa yang mustajab. Menurut riwayat Abu Musa ra. bahwa
ia mendengar Nabi Saw bersabda, “Waktu yang maqbul itu adalah antara waktu
imam duduk di atas mimbar sampai selesai shalat.” (HR. Bukhari dan Abu
Dawud)[3]
Imam
Ahmad bin Hanbal menyatakan kebanyakan riwayat menyebutkan waktu tersebut ialah
setelah ashar, tetapi dapat pula diharapkan datangnya setelah tergelincirnya
matahari. Di antaranya dapat diketahui dari riwayat Abu Said dan Abu Hurairah
berikut bahwa Rasulullah Saw bersabda,
إِنَّ فِى الْجُمُعَةِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ
يَسْأَلُ اللهَ فِيْهَا خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَهِيَ بَعْدَ
الْعَصْرِ..
“Pada hari Jumat itu ada suatu saat di mana tidak seorang muslim pun yang memohon suatu kebaikan kepada Allah dan waktunya bertepatan dengan saat tersebut melainkan Allah akan mengabulkan permohonannya. Saat itu adalah sesudah Ashar.”(HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Abu Dawud)
Dan
terakhir, di antara amalan yang baik diamalkan pada hari Jumat adalah
bershalawat atas Nabi Muhammad Saw. Adalah tepat sekali karena beliaulah
penghulu manusia sementara Jumat adalah penghulu seluruh hari.
Aus
bin Aus ra meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Di antara hari-hari
yang paling utama adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan dan pada
hari itu pula diwafatkan serta pada hari itu pula ditiupkan sangkakala dan
dimatikan seluruh umat manusia. Karena itu, perbanyaklah membaca shalawat
atasku dan bacaanmu itu akan disampaikan kepadaku. “Para Sahabat bertanya,
وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ, قَدْ أَرِمْتَ؟
"Bagaimana cara bacaan shalawat itu disampaikan kepada engkau,
padahal waktu itu jasad engkau telah hancur luluh?”
Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah melarang
bumi untuk memakan jasad para nabi.”
(HR. Abu Dawud, Darimi, Ibnu Majah dan Nasa’i)
Sebenarnya masih banyak adab-adab sunnah lain yang dapat dipelajari
dan diamalkan guna menambah bobot kualitas hari Jumat kita. Semoga penyampaian
yang sedikit dalam masa yang singkat ini dapat bermanfaat dan diamalkan. Dan
semoga seterusnya akan kita dapatkan tambahan ilmu dari para guru dan khatib di
Jumat demi Jumat mendatang.
Demikian
khutbah singkat yang dapat khatib sampaikan..
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ...
Khutbah Kedua....
اَلْحَمْدُللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا. اَشْهَدُ اَنْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيآاَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ تَعَلَى: اِنَّا اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِيِّ يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ
اَمَنُوْا صَلُّوْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يوْمِ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ,
وَالْمُسْلِمِيْنِ وَالْمُسْلِمَات, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ ,
اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات. اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى
رَمَضَان، وَارْزُقْنَا صِيَامَهُ وَقِيَامَهُ، وَسُجُوْدَهُ وَرُكُوْعَهُ،
وَتِلَاوَتَهُ آنآءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ. اَللَّهُمَّ بَلِّغْنَا
لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَارْزُقْنَا خَيْرَهَا وَأَجْرَهَا، وَاغْفِرْلَنَا مَا
قَدَّمْنَا وَمَا أَخَّرْنَا يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّكَ
عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا .رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ
فِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
فَيَا عِبَادَ اللهَ, اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَان وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّروْنَ
وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَر[Sekuduk. Jumat, 17.Juni.22, +-05:00-10:15]
Salam takzim, anassekuduk.
[1] HR. Abu Dawud
dari Ibnu Mas’ud (Fiqh Sunnah, jil.ii, penerbit Pena Pundi Aksara, h.5
[2] Kifayatul
Akhyar, Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, versi terjemah, penerbit: PT. Bina
Ilmu. jil.i h. 310
Tidak ada komentar:
Posting Komentar