Kamis, 14 April 2022

KHUTBAH JUMAT: RAMADHAN BULAN GANJARAN DAN AMPUNAN

 

 

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يوْمِ الدِّيْنِ.قَالَ اللهُ فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْم: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ. اَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

    Alhamdulillahirabbil’alamin, marilah kita bersyukur kepada Allah Swt karena dengan kehendakNya jualah, kita bisa berkumpul di Masjid Jami’ Jami’atul Khairiyah Sekuduk yang kita cintai ini, di majelis dan hari Jumat yang mulia ini. Shalawat dan salam moga selalu tercurah kepada Nabi junjungan kita, Muhammad Saw, beserta ahli keluarga dan para sahabat beliau. Mengawali khutbah ini, tak lupa khatib berpesan, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Sebagai insan yang faqir ilmu, khatib juga mengutarakan tidaklah yang berbicara ini lebih baik daripada yang mendengarkan. Kami memohon kepada Allah Swt, hidayah dan inayahNya semoga apa yang disampaikan mengandung kebenaran dan memberi kebermanfaatan.

 Kaum Muslimin Rahimakumullah.

    Pada hari Jumat yang diberkahi ini, khatib akan menyampaikan beberapa hal yang tentunya kita kaitkan dengan momentum Ramadhan yang dengan anugerah Allah Swt masih bisa kita rasakan. Kaum muslimin, jamaah jumat rahimakumullah.....

            Mahasuci Allah Swt yang telah menyampaikan kepada kita Bulan Ramadhan yang padanya diturunkan Al-Qur’an. Mahasuci Allah Swt yang memberikan kita kesempatan untuk menggapai ridha-Nya dan meraih pahala dalam shiyam dan qiyam, saat siang dan malam, dalam gerak dan diam. Allah Swt berfirman dalam Al-Baqarah: 183:

يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ.

Dari firman Allah Swt tersebut dapatlah kita pahami bahwa taqwa merupakan tujuan dari ibadah puasa. Taqwa secara terminologi didefinisikan sebagai إِمْتِثَالُ الْأَوَامِرِ وَاجْتِنَابُ النَّوَاهِى : “Menjalankan semua larangan Allah Swt dan menjauhi semua larangan-Nya”.  Dengan taqwa seseorang akan mendapatkan keutamaan-keutamaan dari Allah Swt. Beberapa keutamaan tersebut –misalnya: bahwasanya Allah Swt akan memberikan bagi orang yang bertaqwa jalan keluar atas segala masalah, kesulitan dan kesempitan serta diberi rezeki yang tidak terkira, dari arah yang tidak disangka-sangkanya. 

(...وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا () وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبْ..). Orang bertaqwa juga akan diberikan kemudahan dalam urusannya sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Ath-Thalaq: 4 

(...وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا) Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah Swt akan memudahkan urusannya, mengadakan penyelesaian dan jalan keluar yang dekat (tidak lama). Serta orang yang bertaqwa ialah mereka yang akan dihapuskan kesalahan-kesalahannya dan akan dilipatgandakan pahalanya. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ath-Thalaq: 5 

(...وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا). Imam Ibnu Katsir menjelaskan maksudnya ialah menghapuskan darinya semua kesalahannya dan melimpahkan pahala kepadanya, meskipun yang amalan yang dilakukannya mudah dan sedikit.

            Kemudian, siapa saja yang bisa memanfaatkan kesempatan bersua dengan Ramadhan dan mengisinya dengan baik, maka ia akan mendapatkan ampunan dari Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw dari Abu Hurairah berikut:

رَوَى الشَّيْخَانِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.  

“Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra, ia berkata: “Rasulullah Saw bersabda: ‘Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan ihtisab(an), maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni. Barangsiapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan atas dasar iman dan ihtisab(an), maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni. Barangsiapa yang melakukan qiyam Lailatul Qadr atas dasar iman dan ihtisab(an), maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.’” (Muttafaq’alaih)[1]

Menjelaskan makna dari kata “iman” dan “ihtisaban”, al-Hâfidz Ibn Hajar menuturkan dalam kitabnya, Fath al-Bâri:

اَلْمُراَدُ بِالإِيْمَانِ: الاِعْتِقَادُ بِفَرْضِيَّةِ صَوْمِهِ. وَبِالاِحْتِسَابِ: طَلَبُ الثَّوَابِ مِنَ اللهِ تَعَالَى. وَقَالَ اَلْخَطَّابِيْ: اِحْتِسَابًا أَيْ: عَزِيْمَةً، وَهُوَ أَنْ يَصُوْمَهُ عَلَى مَعْنَى الرَّغْبَةِ فِيْ ثَوَابِهِ طَيِّبَةَ نَفْسِهِ بِذَلِكَ غَيْرَ مُسْتَثْقِلٍ لِصِيَامِهِ وَلاَ مُسْتَطِيْلٍ لأَيَامِهِ. اهـ

“Maksud dari lafadz, “Iman[an]” adalah meyakini kewajiban puasanya [Ramadhan]. Sedangkan maksud lafadz, “Ihtisab[an]” adalah mencari pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Al-Khatthabi berkata, “Ihtisab[an]” maksudnya “Azimah”, yaitu berpuasa dengan konotasi mengharapkan pahala-Nya, dengan jiwa yang bersih terhadapnya, tidak merasa berat menjalankan puasa, dan mengulur-ulur harinya.”

Diberikannya ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu ini tentu merupakan anugerah yang tak terhingga buat mukmin yang mengharapkan rahmat dari Allah Swt. terutama di akhirat nanti. Adapun secara duniawi, pembersihan diri dari dosa dapat menjadi asbab ketenangan di hati, di samping itu juga membuka pintu-pintu rezeki. Karena sebagaimana kita ketahui, selain bisa jadi merupakan bentuk cobaan, keterlambatan atau hambatan-hambatan rezeki bisa jadi pula lantaran efek samping dari dosa-dosa yang dilakukan. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: [وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ] “Sesungguhnya seseorang akan terhalang dari rezekinya karena dosa yang telah ia perbuat.” (HR. Imam Ahmad)

            Seyogyanya, untuk meraih ridha Allah Swt dan pahala yang besar ini kita harus bersungguh-sungguh. Akan tetapi kemampuan kita untuk melakukan ibadah secara khusus dan fokus dalam rangka meraikan kesempatan meraih berlimpahnya pahala di bulan mulia ini tentulah berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Ada yang memang diberikan oleh Allah masa yang luang untuk berfokus pada amalan-amalan sunnah seperti memperbanyak bacaan Al-Qur’an, memperbanyak bilangan shalat sunnat dan sebagainya. Ada yang diberikan rezeki yang lapang sehingga ia bisa mengejar keutamaan bersedekah dan berbagi. Ada yang diberikan kesehatan sehingga ia kuat melakukan berbagai ibadah yang memerlukan keterlibatan fisik yang banyak. Bagaimana nasib kita yang pada bulan ini masih perlu berjuang untuk memenuhi nafkah harian, petani, nelayan, pedagang, yang harus berfokus pada pekerjaannya? Atau mungkin orang tua yang sebagian besar waktunya menjaga-mengasuh anak-anak? Kaum wanita yang mengalami masa halangan? Atau pelajar-pengajar yang harus menyibukkan dirinya dengan berbagai bacaan, tugasan dan makalah? Atau para pelayan publik yang disibukkan dengan urusan terkait hajat hidup orang banyak. Dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim disebutkan:

كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ عَمَلِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَصِيْرُ بِحُسْنِ النِّيَةِ مِنْ أَعْمَالِ الْآخِرَةِ

“Betapa banyak amal yang berbentuk amal dunia tetapi menjadi amalan akhirat karena baiknya niat.” Kaidah ini bersesuaian dengan hadits Rasulullah Saw dari Umar bin Khattab: [إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ] “Sesungguhnya amalan itu tergantung niat.”

Akhir kata semoga kita termasuk orang-orang yang dapat mengisi Ramadhan ini dengan amaliyah baik maliyah, badaniyah dan ruhaniyah dengan baik dan lebih baik dari Ramadhan kita yang sebelumnya. Jika kemarin terasa ada yang kurang, perbaiki hari ini, jika hari ini masih ada yang bisa ditingkatkan, semoga jika bertemu esok hari dapat kita maksimalkan lagi. Wallahul musta’an. Dan semata kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.

Sekian, yang baik lagi benar semata milik Allah Azza waJalla, kekurangan dan kekhilafan adalah fitrah kami sebagai hamba.  

Demikian khutbah singkat yang dapat khatib sampaikan, moga bermanfaat bagi kita sekalian.

وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ...

 

Khutbah kedua....

اَلْحَمْدُللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيآاَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ تَعَلَى: اِنَّا اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ  يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ, وَالْمُسْلِمِيْنِ وَالْمُسْلِمَات, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ , اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات. اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَان، وَارْزُقْنَا صِيَامَهُ وَقِيَامَهُ، وَسُجُوْدَهُ وَرُكُوْعَهُ، وَتِلَاوَتَهُ آنآءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ. اَللَّهُمَّ بَلِّغْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَارْزُقْنَا خَيْرَهَا وَأَجْرَهَا، وَاغْفِرْلَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا أَخَّرْنَا يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا  .رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 فَيَا عِبَادَ اللهَ, اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَان وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّروْنَ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

[Sekuduk. Jumat, 15.April.22, +-02:15-07:34]

 

 



[1] Ringkasan Riyadhush Shalihin, Syaikh Yusuf An-Nabhani, Penerbit Irsyad Baitussalam, h. 233.

KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH

                اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ ب...