Alhamdulillahirabbil’alamin,
bersyukur kepada Allah Saw atas nikmat iman dan Islam yang
dengannya kita menjalani hidup hingga saat ini. Shalawat dan salam semoga Allah
Swt anugerahkan buat junjungan kita, Nabi Muhammad Saw serta ahli keluarga,
kerabat dan sahabat baginda.
Pada unggahan kali ini, kami hendak menukil pembahasan tentang kecerdasan ganda (multiple intelligences) dan beberapa hal lain yang kami nukil dari buku berjudul “Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran”.[1]
1.
Beragamnya Kecerdasan Peserta
Didik[2]
Menurut
Howard Gardner (1993), kecerdasan seseorang meliputi beberapa unsur: matematika
logika, bahasa, musikal, visual-spasial, kinestetis, interpersonal,
intrapersonal, dan naturalis[3].
a. Kecerdasan
Logis Matematis[4]
Kecerdasan logis matematis memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahamami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan kemampuan berpikir. Individu dengan kecerdasan ini cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Mereka cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam penyelesaian problem matematika. Apabila kurang paham, mereka akan cenderung berusaha bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Mereka juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan teka-teki.
b. Kecerdasan
Bahasa[5]
Memuat kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Mereka dengan kecerdasan bahasa umumnya menyenangi kegiatan berkaitan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata mutiara, dan sebagainya. Mereka juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang bersifat detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan verbalisasi. Mereka juga memiliki kemampuan lebih tinggi dibanding orang/peserta didik lain dalam penguasaan bahasa baru.
c. Kecerdasan
Musikal[6]
Kecerdasan ini memuat kemampuan
seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di
sekelilingnya, termasuk nada dan irama. Orang dengan kecerdasan jenis ini
cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui
senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio,
pertunjukan orkestra, atau alat musik yang dimainkannya sendiri. Mereka mudah
mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan berkaitan dengan musik.
d. Kecerdasan
Visual-Spasial[7]
Berkaitan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Mereka mampu misalnya menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti pada orang yang menjadi pemahat patung atau arsitek bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah berhubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan ini.
Peserta didik dengan kecerdasa ini biasanya unggul misalnya
dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan.
e. Kecerdasan
Kinestetis[8]
Memuat kemampuan seseorang untuk secara aktif meggunakaan bagian atau keseluruhan tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.
Kecerdasan jenis ini tampak
misalnya pada peserta didik yang unggul dalam olahraga seperti bulu tangkis,
sepakbola, renang dan sebagainya. Atau bisa tampil pada mereka yang pandai
menari, pandai bermain akrobat atau unggul dalam bermain sulap.
f.
Kecerdasan Interpersonal[9]
Mereka dengan kecerdasan ini
menunjukkan kemampuan untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung
memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi
dengan lingkungan di sekelilingnya. Sering juga disebut kecerdasan sosial
, yang selain kemampuan menjadli persahabatan yang akrab dengan teman, juga
mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan
antarteman, memperoleh simpati dari peserta didik dan lainnya.
g. Kecerdasan
Intrapersonal
Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaannya sendiri. Ia cenderung mampu mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Ia senang melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. beberapa di antaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.
h. Kecerdasan
Naturalis[10]
Kecerdasan ini terkait
kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada
di lingkungan alam terbuka, seperti pantai, gunung, cagar alam atau hutan.
Individu dengan kecerdasan ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam
seperti bermacam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka flora dan fauna,
benda-benda angkasa dan sebagainya.
Teori
tentang kecerdasan ini selanjutnya dikembangkan dan dilengkapi oleh Daniel
Goleman (1995) lewat bukunya “Emotional Intelligence”. Goleman
menekankan perhatian pada faktor emosi atau perasaan. Menurutnya faktor emosi
sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam kecerdasan
antarpribadi. Ada lima wilayah kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan
emosional yaitu: 1. Kemampuan mengenali emosi diri, 2. Kemampuan mengelola
emosi, 3. Kemampuan memotivasi diri, 4.
Kemampuan mengenali emosi orang lain, dan 5. Kemampuan membina hubungan.
Selanjutnya
dijelaskan bahwa sangat penting untuk mengembangkan kecerdasan emosi pada
peserta didik. Mengingat banyak dijumpai anak-anak yang cerdas di sekolah, cemerlang
prestasi akademiknya, namun tidak mampu mengelola emosinya, seperti mudah
marah, mudah putus asa, angkuh atau sombong sehingga prestasi tersebut tidak
bermanfaat bagi dirinya. Kecerdasan emosi perlu lebih dihargai dan dikembangkan
terkait kelanjutan hidup dalam keterampilan bermasyarakat sehingga akan membuat
seluruh potensinya dapat berkembang secara lebih optimal.
Selain IQ
(Intelligence Quotient), Robert Coles (1997) dalam bukunya “The Moral
Intelligence of Children” mengemukakan ada suatu jenis kecerdasan yaitu
yang disebut kecerdasan moral
yang juga memegang peran penting bagi kesuksesan seseorang dalam
hidupnya. Hal ini ditandai kemampuan untuk bisa menghargai dirinya sendiri
maupun orang lain, memahami perasaan terdalam orang-orang di sekelilingnya, dan
mengikuti aturan-aturan yang berlaku, yang semuanya ini merupakan kunci
keberhasilan individu di masa depan.
Di dalam
komunitas sekolah, peserta didik selalu berinteraksi dengan sesama teman, guru,
dan orang lain. Namun, sebagai makhluk Tuhan peserta didik juga mempunyai
kewajiban untuk selalu taat menjalankan perintah agamanya (Emotionally and
Spiritual Quotient). Karenanya, harus diseimbangkan antara diri individu
(IQ), sosial (EQ) dan hubungan dengan Tuhan (ESQ).
Dalam buku
ini juga dikemukakan beberapa ciri keberbakatan peserta didik yang secara
singkat terdiri atas tiga: 1. Kemampuan umum tergolong di atas rata-rata (above
average ability)[11], 2. Kreativitas[12] (creativity) tergolong
tinggi, dan 3. Komitmen[13] terhadap tugas (task
commitment) tergolong tinggi.
2.
Kecerdasan Ganda (Multiple
Intelligences), Bidang dan Peningkatannya[14].
Kecerdasan |
Bidang (Keterampilan Kerja) |
Upaya Peningkatan[15] |
Verbal (Linguistik / Bahasa) |
Berceramah, bercerita,
memberi informasi; petunjuk, menulis, menyusun kata-kata, berbicara bahasa
asing, menafsirkan, menerjemahkan, mengajar, memberi kuliah, berdiskusi,
berdebat, melakukan penelitian, mendengarkan kata-kata, meniru, memeriksa
naskah, menyunting, memproses kata, membuat berkas, membuat laporan. |
Permainan merangkai kata,
membuat buku harian, menuliskan apa saja yang ada dalam pikiran setiap
harinya sebanyak 250 kata, menyediakan waktu bercerita secara teratur dengan
keluarga atau sahabat. |
Spasial (Visual) |
Melukis, menggambar, membayangkan,
menciptakan, penyajian visual, merancang, berkhayal, membuat penemuan,
memberi ilustrasi, mewarnai, menggambar mesin, membuat grafik, membuat peta,
berkecimpung dalam fotografi, membuat dekorasi, membuat film. |
Bermain permainan gambar tiga
dimensi, puzzle, kubus dan teka-teki lainnya, dekorasi ulang interior
dan taman rumah, membuat struktur benda dengan logo, atau bahan mainan tiga
dimensi lainnya. |
Logis Matematis |
Mengurus keuangan, membuat
anggaran, melakukan penelitian ekonomi, menyusun hipotesis, melakukan
estimasi, melakukan kegiatan akutansi/kalkulasi/audit, berhitung, menggunakan
statistik, membuat penalaran, menganalisis, menyusun sistematika,
mengklarifikasi, mengurutkan. |
Berlatih menghitung soal-soal
matematika sederhana di kepala (berapa 21 x 40 dalam 5 detik), pelajari cara
menggunakan sempoa, sering mengisi teka-teki silang/asah otak lainnya. |
Musikal |
Bernyanyi, memainkan
instrumen musik, merekam, menjadi dirigen, melakukan improvisasi, membuat
lagu, membuat transkrip, membuat aransemen, mendengarkan, membedakan nada,
menyetem, melakukan orkestrasi, menganalisis, mengkritik gaya musik. |
Melihat pertunjukan musik,
bernyanyi atau bersenandung, luangkan waktu mendengarkan musik yang tidak
dikenal akrab (western, jazz, country, dll) Bagi yang muslim bisa
diarahkan ke penyimakan terhadap tilawah Al-Qur’an, senandung shalawat,
nasyid atau tembang religi. |
Kinestetik |
Menyortir, mengepak,
menyeimbangkan, mengangkat, membawa sesuatu, berjalan, berlari, membuat
kerajinan tangan, memperbarui, membersihkan, melakukan tugas pengapalan,
menyerahkan sesuatu, menyelamatkan, mempertunjukkan, memberi tanda, meniru,
mendramatisasi, menjadi model busana, menari, olahraga, mengorganisasi
kegiatan luar rumah, bepergian. |
Bergabung dengan klub
olahraga di lingkungan, mengumpulkan beragam benda yang berbeda tekstur dan
bentuk yang khas-lalu coba mengenali benda tersebut dengan mata tertutup. |
Interpersonal |
Menjalin hubungan hangat dan
penuh kepercayaan dengan orang lain. |
Belilah kotak kartu nama: isi
dengan kontak bisnis, teman, kenalan, kerabat dan orang lain serta tetaplah
menjalin hubungan dengan mereka, luangkan waktu 15 menit sehari untuk
mempraktikkan keterampilan mendengar secara aktif dengan pasangan
hidup atau sahabat dekat, bekerjasama dengan satu orang atau lebih dalam
sebuah proyek berdasarkan kesamaan minat (misal sesama peminat penulisan
artikel tentang pantai, seni kain perca) |
Intrapersonal |
Mengenali potensi diri:
positif maupun negatif lalu mengoreksi hal-hal yang perlu diubah. |
Memilih tokoh favorit (idola)
yang positif dan baca biografi mereka serta jadikan mereka kawan imajinasi
dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang memerlukan pemahaman mendalam,
lakukan hal-hal yang membahagiakan/menyenangkan diri sekurang-kurangnya
sekali sehari (me time), luangkan waktu sekitar 10 menit setiap sore untuk
meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang
dialami. |
Naturalis |
Kemampuan mencintai
lingkungan dan sesama makhluk hidup. |
Memelihara hewan favorit
(jika mungkin), melihat acara mengenai flora dan fauna, menahan diri untuk
tidak merusak lingkungan seperti: tidak mencoret meja, menginjak rumput
kantor, memetik bunya yang sedang tumbuh. |
Eksistensial |
Kemampuan menelaah
nilai-nilai yang berkembang di tengah masyarakat baik tradisional maupun yang
sedang menggejala. |
Perbanyak membaca buku
filsafat sederhana, mengajukan pertanyaan yang memerlukan penelaahan jawaban
secara mendalam, misalnya: apakah ada makhluk selain manusia di alam semesta?
Berapa kira-kira jumlah mobil yang ditemui sewaktu perjalanan dari rumah ke
sekolah/kantor? Buat/tempel poster atau
gambar yang dapat memicu semangat di tempat yang mudah terlihat. |
Sekian,
salam takzim, anassekuduk.
Mulai
diketik Senin, 10-01-2022, jam +-22.00, selesai Selasa, 11-01-2022, jam 02.50 WIB.
[1]
Source: MENGELOLA KECERDASAN DALAM PEMBELAJARAN: Sebuah Konsep Pembelajaran
Berbasis Kecerdasan. Hamzah B. Uno dan Masri Umar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
[2]
Sebenarnya bisa juga dikatakan sebagai kecerdasan manusia secara umum baik
mereka yang menyandang status sebagai peserta didik (di lingkungan sekolah)
atau mereka yang tidak. (anassekuduk)
[3]
Atau dikenal dengan istilah Multiple Inteeligences. Perlu juga diketahui
bahwa seseorang bisa saja memiliki keunggulan di beberapa kecerdasan di saat
yang bersamaan.
[4]
Kecerdasan ini misalnya dimiliki oleh insinyur, ekonom, ilmuan, akuntan. Adapun
tokoh yang di bidang ini misalnya Albert Enstein dan para peraih gelar Doktor Cumlaude.
[5]
Abraham Lincoln dan Sutan Takdir Alisyahbana ialah di antara contoh individu
dengan kecerdasan ini.
[6]
Tokoh yang menonjol di bidang ini misalnya: Mozart, Mochtar Embut, Irawati
Sudiarso dan lain-lain.
[7]
Kecerdasan ini misalnya tampak pada arsitek, artis, pemahat, fotografer, dan
perencana strategik.
[8]
Tampak pada atlit, penari, aktor. Tokoh olahraga misalnya Mike Tyson, Muhammad
Ali dan lainnya.
[9] Kecerdasan ini dimiliki guru, politisi, pemimpin agama. Tokoh yang menonjol di bidang kecerdasan ini misalnya: Gus Dur (Abdurrahman Wahid), Ibu Theresa.
[10]
Dalam buku ini disebutkan bahwa Gardner menambahkan kecerdasan kedelapan ini
pada tahun 1996, yaitu kemampuan berkaitan dengan mengenali flora dan fauna dan
mencintai alam yang dikembangkan melalui ilmu biologi. Tokoh yang menonjol di
bidang ini misalnya: Charles Darwin dan Mendel.
[11]
Yaumil (1991) mengemukakan ciri dari kemampuan ini di antaranya: perbendaharaan
kata lebih banyak dan maju dibandingkan peserta didik biasa, cepat menangkap
hubungan sebab-akibat, cepat memahami prinsip dasar suatu konsep, pengamat yang
tekun dan waspada, mengingat dengan tepat serta memiliki informasi aktual,
selalu bertanya-tanya, cepat sampai pada kesimpulan yang tepat mengenai:
kejadian-fakta-orang-atau benda.
[12]
Cirinya antara lain: rasa ingin tahu luar biasa, menciptakan berbagai ragam dan
jumlah gagasan guna memecahkan persoalan, sering mengajukan tanggapan yang unik
dan pintar, tidak terhambat mengemukakan pendapat, berani ambil resiko, suka
mencoba, peka terhadap keindahan dan segi-segi estetika dari lingkungannya.
[13]
Ciri-ciri: mudah terbenam dan benar-benar terlibat dalam suatu tugas, sangat
tangguh dan ulet menyelesaikan masalah, bosan menghadapi tugas rutin,
mendambakan dan mengejar hasil sempurna, lebih suka bekerja secara mandiri,
sangat terikat pada nilai-nilai dan menjauhi hal-hal buruk, bertanggungjawab,
berdisiplin, sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya.
[14]
Dapat pengunjung baca lebih lanjut di halaman 38-41 buku yang dikutip.
[15]
Menurut hemat kami, upaya peningkatan ini dapat diadopsi oleh guru atau mungkin
walikelas untuk melihat dimana kecenderungan keterampilan anak didiknya untuk
seterusnya dikembangkan. (anassekuduk)