Senin, 10 Januari 2022

Buku: “Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran” [kecerdasan ganda dan beberapa tips pengembangannya]



 

Alhamdulillahirabbil’alamin, bersyukur kepada Allah Saw atas nikmat iman dan Islam yang dengannya kita menjalani hidup hingga saat ini. Shalawat dan salam semoga Allah Swt anugerahkan buat junjungan kita, Nabi Muhammad Saw serta ahli keluarga, kerabat dan sahabat baginda.

Pada unggahan kali ini, kami hendak menukil pembahasan tentang kecerdasan ganda (multiple intelligences) dan beberapa hal lain yang kami nukil dari buku berjudul “Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran”.[1]

1.        Beragamnya Kecerdasan Peserta Didik[2]

Menurut Howard Gardner (1993), kecerdasan seseorang meliputi beberapa unsur: matematika logika, bahasa, musikal, visual-spasial, kinestetis, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis[3].

a.      Kecerdasan Logis Matematis[4]

Kecerdasan logis matematis memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahamami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan kemampuan berpikir. Individu dengan kecerdasan ini cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Mereka cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam penyelesaian problem matematika. Apabila kurang paham, mereka akan cenderung berusaha bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Mereka juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan teka-teki.

 

b.      Kecerdasan Bahasa[5]

Memuat kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Mereka dengan kecerdasan bahasa umumnya menyenangi kegiatan berkaitan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata mutiara, dan sebagainya. Mereka juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang bersifat detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan verbalisasi. Mereka juga memiliki kemampuan lebih tinggi dibanding orang/peserta didik lain dalam penguasaan bahasa baru.

 

c.      Kecerdasan Musikal[6]



Kecerdasan ini memuat kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk nada dan irama. 
Orang dengan kecerdasan jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik yang dimainkannya sendiri. Mereka mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan berkaitan dengan musik.

 

d.      Kecerdasan Visual-Spasial[7]

Berkaitan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Mereka mampu misalnya menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti pada orang yang menjadi pemahat patung atau arsitek bangunan. Kemampuan membayangkan suatu  bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah berhubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan ini. 

Peserta didik dengan kecerdasa ini biasanya unggul misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan.

 

e.      Kecerdasan Kinestetis[8]

Memuat kemampuan seseorang untuk secara aktif meggunakaan bagian atau keseluruhan tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. 

Kecerdasan jenis ini tampak misalnya pada peserta didik yang unggul dalam olahraga seperti bulu tangkis, sepakbola, renang dan sebagainya. Atau bisa tampil pada mereka yang pandai menari, pandai bermain akrobat atau unggul dalam bermain sulap.

 

f.        Kecerdasan Interpersonal[9]

Mereka dengan kecerdasan ini menunjukkan kemampuan untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Sering juga disebut kecerdasan sosial , yang selain kemampuan menjadli persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antarteman, memperoleh simpati dari peserta didik dan lainnya.

 

g.      Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaannya sendiri. Ia cenderung mampu mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Ia senang melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. beberapa di antaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.

 

h.      Kecerdasan Naturalis[10]

Kecerdasan ini terkait kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam terbuka, seperti pantai, gunung, cagar alam atau hutan. Individu dengan kecerdasan ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti bermacam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka flora dan fauna, benda-benda angkasa dan sebagainya.

 

Teori tentang kecerdasan ini selanjutnya dikembangkan dan dilengkapi oleh Daniel Goleman (1995) lewat bukunya “Emotional Intelligence”. Goleman menekankan perhatian pada faktor emosi atau perasaan. Menurutnya faktor emosi sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam kecerdasan antarpribadi. Ada lima wilayah kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional yaitu: 1. Kemampuan mengenali emosi diri, 2. Kemampuan mengelola emosi,  3. Kemampuan memotivasi diri, 4. Kemampuan mengenali emosi orang lain, dan 5. Kemampuan membina hubungan.

Selanjutnya dijelaskan bahwa sangat penting untuk mengembangkan kecerdasan emosi pada peserta didik. Mengingat banyak dijumpai anak-anak yang cerdas di sekolah, cemerlang prestasi akademiknya, namun tidak mampu mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah putus asa, angkuh atau sombong sehingga prestasi tersebut tidak bermanfaat bagi dirinya. Kecerdasan emosi perlu lebih dihargai dan dikembangkan terkait kelanjutan hidup dalam keterampilan bermasyarakat sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat berkembang secara lebih optimal.

Selain IQ (Intelligence Quotient), Robert Coles (1997) dalam bukunya “The Moral Intelligence of Children” mengemukakan ada suatu jenis kecerdasan yaitu yang disebut kecerdasan moral  yang juga memegang peran penting bagi kesuksesan seseorang dalam hidupnya. Hal ini ditandai kemampuan untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun orang lain, memahami perasaan terdalam orang-orang di sekelilingnya, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku, yang semuanya ini merupakan kunci keberhasilan individu di masa depan.

Di dalam komunitas sekolah, peserta didik selalu berinteraksi dengan sesama teman, guru, dan orang lain. Namun, sebagai makhluk Tuhan peserta didik juga mempunyai kewajiban untuk selalu taat menjalankan perintah agamanya (Emotionally and Spiritual Quotient). Karenanya, harus diseimbangkan antara diri individu (IQ), sosial (EQ) dan hubungan dengan Tuhan (ESQ).

 

Dalam buku ini juga dikemukakan beberapa ciri keberbakatan peserta didik yang secara singkat terdiri atas tiga: 1. Kemampuan umum tergolong di atas rata-rata (above average ability)[11], 2. Kreativitas[12] (creativity) tergolong tinggi, dan 3. Komitmen[13] terhadap tugas (task commitment) tergolong tinggi.

 

2.      Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Bidang dan Peningkatannya[14].

Kecerdasan

Bidang (Keterampilan Kerja)

Upaya Peningkatan[15]

Verbal (Linguistik

/

Bahasa)

Berceramah, bercerita, memberi informasi; petunjuk, menulis, menyusun kata-kata, berbicara bahasa asing, menafsirkan, menerjemahkan, mengajar, memberi kuliah, berdiskusi, berdebat, melakukan penelitian, mendengarkan kata-kata, meniru, memeriksa naskah, menyunting, memproses kata, membuat berkas, membuat laporan.

 

Permainan merangkai kata, membuat buku harian, menuliskan apa saja yang ada dalam pikiran setiap harinya sebanyak 250 kata, menyediakan waktu bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.

Spasial

(Visual)

Melukis, menggambar, membayangkan, menciptakan, penyajian visual, merancang, berkhayal, membuat penemuan, memberi ilustrasi, mewarnai, menggambar mesin, membuat grafik, membuat peta, berkecimpung dalam fotografi, membuat dekorasi, membuat film.

Bermain permainan gambar tiga dimensi, puzzle, kubus dan teka-teki lainnya, dekorasi ulang interior dan taman rumah, membuat struktur benda dengan logo, atau bahan mainan tiga dimensi lainnya.

Logis Matematis

Mengurus keuangan, membuat anggaran, melakukan penelitian ekonomi, menyusun hipotesis, melakukan estimasi, melakukan kegiatan akutansi/kalkulasi/audit, berhitung, menggunakan statistik, membuat penalaran, menganalisis, menyusun sistematika, mengklarifikasi, mengurutkan.

Berlatih menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala (berapa 21 x 40 dalam 5 detik), pelajari cara menggunakan sempoa, sering mengisi teka-teki silang/asah otak lainnya.

Musikal

Bernyanyi, memainkan instrumen musik, merekam, menjadi dirigen, melakukan improvisasi, membuat lagu, membuat transkrip, membuat aransemen, mendengarkan, membedakan nada, menyetem, melakukan orkestrasi, menganalisis, mengkritik gaya musik.

Melihat pertunjukan musik, bernyanyi atau bersenandung, luangkan waktu mendengarkan musik yang tidak dikenal akrab (western, jazz, country, dll)

Bagi yang muslim bisa diarahkan ke penyimakan terhadap tilawah Al-Qur’an, senandung shalawat, nasyid atau tembang religi.


Kinestetik

Menyortir, mengepak, menyeimbangkan, mengangkat, membawa sesuatu, berjalan, berlari, membuat kerajinan tangan, memperbarui, membersihkan, melakukan tugas pengapalan, menyerahkan sesuatu, menyelamatkan, mempertunjukkan, memberi tanda, meniru, mendramatisasi, menjadi model busana, menari, olahraga, mengorganisasi kegiatan luar rumah, bepergian.

Bergabung dengan klub olahraga di lingkungan, mengumpulkan beragam benda yang berbeda tekstur dan bentuk yang khas-lalu coba mengenali benda tersebut dengan mata tertutup.

Interpersonal

Menjalin hubungan hangat dan penuh kepercayaan dengan orang lain.

Belilah kotak kartu nama: isi dengan kontak bisnis, teman, kenalan, kerabat dan orang lain serta tetaplah menjalin hubungan dengan mereka, luangkan waktu 15 menit sehari untuk mempraktikkan keterampilan mendengar secara aktif dengan pasangan hidup atau sahabat dekat, bekerjasama dengan satu orang atau lebih dalam sebuah proyek berdasarkan kesamaan minat (misal sesama peminat penulisan artikel tentang pantai, seni kain perca)

Intrapersonal

Mengenali potensi diri: positif maupun negatif lalu mengoreksi hal-hal yang perlu diubah.

Memilih tokoh favorit (idola) yang positif dan baca biografi mereka serta jadikan mereka kawan imajinasi dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang memerlukan pemahaman mendalam, lakukan hal-hal yang membahagiakan/menyenangkan diri sekurang-kurangnya sekali sehari (me time), luangkan waktu sekitar 10 menit setiap sore untuk meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang dialami.

Naturalis

Kemampuan mencintai lingkungan dan sesama makhluk hidup.

Memelihara hewan favorit (jika mungkin), melihat acara mengenai flora dan fauna, menahan diri untuk tidak merusak lingkungan seperti: tidak mencoret meja, menginjak rumput kantor, memetik bunya yang sedang tumbuh.

Eksistensial

Kemampuan menelaah nilai-nilai yang berkembang di tengah masyarakat baik tradisional maupun yang sedang menggejala.

Perbanyak membaca buku filsafat sederhana, mengajukan pertanyaan yang memerlukan penelaahan jawaban secara mendalam, misalnya: apakah ada makhluk selain manusia di alam semesta? Berapa kira-kira jumlah mobil yang ditemui sewaktu perjalanan dari rumah ke sekolah/kantor?

Buat/tempel poster atau gambar yang dapat memicu semangat di tempat yang mudah terlihat.


Sekian, salam takzim, anassekuduk.

Mulai diketik Senin, 10-01-2022, jam +-22.00, selesai Selasa, 11-01-2022, jam 02.50 WIB.

 

 



[1] Source: MENGELOLA KECERDASAN DALAM PEMBELAJARAN: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Hamzah B. Uno dan Masri Umar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

[2] Sebenarnya bisa juga dikatakan sebagai kecerdasan manusia secara umum baik mereka yang menyandang status sebagai peserta didik (di lingkungan sekolah) atau mereka yang tidak. (anassekuduk)

[3] Atau dikenal dengan istilah Multiple Inteeligences. Perlu juga diketahui bahwa seseorang bisa saja memiliki keunggulan di beberapa kecerdasan di saat yang bersamaan.

[4] Kecerdasan ini misalnya dimiliki oleh insinyur, ekonom, ilmuan, akuntan. Adapun tokoh yang di bidang ini misalnya Albert Enstein dan para peraih gelar Doktor Cumlaude.

[5] Abraham Lincoln dan Sutan Takdir Alisyahbana ialah di antara contoh individu dengan kecerdasan ini.

[6] Tokoh yang menonjol di bidang ini misalnya: Mozart, Mochtar Embut, Irawati Sudiarso dan lain-lain.

[7] Kecerdasan ini misalnya tampak pada arsitek, artis, pemahat, fotografer, dan perencana strategik.

[8] Tampak pada atlit, penari, aktor. Tokoh olahraga misalnya Mike Tyson, Muhammad Ali dan lainnya.

[9] Kecerdasan ini dimiliki guru, politisi, pemimpin agama. Tokoh yang menonjol di bidang kecerdasan ini misalnya: Gus Dur (Abdurrahman Wahid), Ibu Theresa.


[10] Dalam buku ini disebutkan bahwa Gardner menambahkan kecerdasan kedelapan ini pada tahun 1996, yaitu kemampuan berkaitan dengan mengenali flora dan fauna dan mencintai alam yang dikembangkan melalui ilmu biologi. Tokoh yang menonjol di bidang ini misalnya: Charles Darwin dan Mendel.

[11] Yaumil (1991) mengemukakan ciri dari kemampuan ini di antaranya: perbendaharaan kata lebih banyak dan maju dibandingkan peserta didik biasa, cepat menangkap hubungan sebab-akibat, cepat memahami prinsip dasar suatu konsep, pengamat yang tekun dan waspada, mengingat dengan tepat serta memiliki informasi aktual, selalu bertanya-tanya, cepat sampai pada kesimpulan yang tepat mengenai: kejadian-fakta-orang-atau benda.

[12] Cirinya antara lain: rasa ingin tahu luar biasa, menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan, sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar, tidak terhambat mengemukakan pendapat, berani ambil resiko, suka mencoba, peka terhadap keindahan dan segi-segi estetika dari lingkungannya.

[13] Ciri-ciri: mudah terbenam dan benar-benar terlibat dalam suatu tugas, sangat tangguh dan ulet menyelesaikan masalah, bosan menghadapi tugas rutin, mendambakan dan mengejar hasil sempurna, lebih suka bekerja secara mandiri, sangat terikat pada nilai-nilai dan menjauhi hal-hal buruk, bertanggungjawab, berdisiplin, sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya.

[14] Dapat pengunjung baca lebih lanjut di halaman 38-41 buku yang dikutip.

[15] Menurut hemat kami, upaya peningkatan ini dapat diadopsi oleh guru atau mungkin walikelas untuk melihat dimana kecenderungan keterampilan anak didiknya untuk seterusnya dikembangkan. (anassekuduk)

KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH

                اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ ب...