AMALAN LISAN, RINGAN DILAFALKAN TAPI BERAT DI MIZAN...
MARI AMALKAN DZIKIR-DZIKIR TITIPAN RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHIWASALLAM. KAMI KUTIPKAN DARI BEBERAPA REFERENSI YANG JUMLAHNYA TERBATAS YANG ADA DI SIMPANAN. HARAP MAKLUM DAN SEMOGA POSTINGAN INI BERMANFAAT BUAT KITA SEMUA. SALAM TAKZIM, ANASSEKUDUK.
وَقَالَ :
أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ فَسَأَلَهُ
سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ، كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ قَالَ:
يُسَبِّحُ
مِائَةَ تَسْبِيْحَةٍ، فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ
أَلْفُ خَطِيْئَةٍ.
“Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan 1.000
kebaikan tiap hari?” Salah seorang di antara yang duduk bertanya: “Bagaimana di
antara kita bisa memperoleh 1.000 kebaikan (dalam sehari)?” Rasul bersabda:
“Hendaklah dia membaca 100 tasbih, maka ditulis 1.000 kebaikan baginya atau 1.000
kejelekannya dihapus.” (HR. Muslim
4/2073)[1]
رَوَى
الشَّيْخَانِ عَنْ أَبِيْ أَيُّوْبَ الْأَنْصَارِّيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ قَالَ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرٌ عَشْرَ مَرَّاتٍ كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْفُسٍ مِنْ وَلَدِ
إِسْمَعِيْلَ
Bukhari-Muslim
meriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari ra, dari Nabi Saw bahwa beliau bersabda:
”Barang
siapa yang membaca:
[لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ]
(Tiada
ilah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kekuasaan
dan segala pujian. Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu) sebanyal 10 kali,
maka seolah dia telah memerdekakan 4 orang budak dari keturunan Isma’il.”[2]
رَوَى
الشَّيْخَانِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ قَالَ لَاإِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ فِي
يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ
مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةَ سَيِّئَةٍ وَ كَانَتْ لَهُ حِزْرًا
مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَالِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ
بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ
أَكثَرَ مِنْ ذَالِكَ وَقَالَ مَنْ قَالَ
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ لَهُ خَطَايَاهُ
وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
“Bukhari-Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: ‘Barang siapa
yang membaca:
[لَاإِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ]
(Tiada
ilah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kekuasaan
dan segala pujian. Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu) dalam sehari sebanyak
100 kali, dia akan mendapatkan pahala seperti memerdekakan 10 budak, dituliskan
untuknya 100 kebaikan, dihapus 100 kesalahannya, sepanjang hari itu dia
dipelihara dari gangguan syetan sampai tiba sore hari, dan tak ada seorang pun
yang membawa amalan yang lebih utama daripadanya,
kecuali orang yang membacanya lebih banyak lagi.” Beliau juga bersabda: ‘Barang
siapa membaca:
[سُبْحَانَ اللهِ
وَبِحَمْدِهِ]
(Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya),
dalam sehari sebanyak 100 kali, maka dosa-dosanya akan dihapus meski sebanyak
buih di lautan.”[3]
Jabir ra, meriwayatkan bahwa
Rasulullah Saw bersabda,
مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ
اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ، غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang mengucapkan kalimat:
[سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ]
(Mahasuci
Allah, Mahaagung, dan dengan memuji-Nya), maka sebuah pohon kurma ditanam
baginya di surga untuknya.” (HR. Tirmidzi)[4]
Juwairiyah ra
meriwayatkan bahwa pada suatu saat Nabi Saw keluar dari rumah beliau, kemudian
kembali setelah waktu Dhuha tiba. Ketika itu Juwairiyah masih tetap duduk. Maka
Nabi Saw bertanya kepadanya,
“Kamu masih
dalam keadaan ketika aku pergi darimu?”
Juwairiyah
menjawab, “Ya,”
Lalu beliau
bersabda,
“Sungguh,
setelah aku pergi dari tempatmu, aku telah mengucapkan empat kalimat sebanyak
tiga kali yang jika ditimbang dengan kata-katamu sejak hari ini, keempat
kalimat itu menandingi ucapan-ucapanmu. Keempat kalimat itu adalah
سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا
نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَدَ كَلِمَاتِهِ
(Mahasuci Allah sebanyak
makhluk-Nya, sesuai dengan kerelaan diri-Nya, setimbang ‘Arsy-Nya, dan sebanyak
tinta kalimat-kalimat-Nya).” (Diriwayatkan Muslim, Abu
Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah)[5]
Salman al-Farisi ra meriwayatkan bahwa
Nabi Saw telah bersabda,
لَايَغْتَسِلُ
رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ بِمَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ
وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيْبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَرُوْحُ
إِلَى الْمَسْجِدِ فَلَا يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كَتَبَ
اللهُ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ لِلْإِمَامِ إِذَا تَكَلَّمَ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا
بَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى.
“Tidaklah seseorang mandi pada hari Jumat dan membersihkan
bagian anggota tubuh (kumis, kuku, dan rambut kemaluan) kemudian dia bersisir
dan memakai wewangian lalu ia pergi ke masjid tanpa memisahkan di antara dua
orang yang telah duduk, kemudian mengerjakan shalat sunnah serta mendengarkan
imam di waktu berkhotbah, melainkan akan diampuni dosa-dosanya antara Jumat itu
dengan Jumat berikutnya.” (Diriwayatkan Bukhari)[6]
Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan dari Buraidah
bahwa Rasulullah Saw bersabda,
فِى الْإِنْسَانِ سِتُّوْنَ
وَثَلَاثَمِائَةِ مَفْصَلِ, عَلَيْهِ
عَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصَلِ
مِنْهَا صَدَقَةٌ...
“Di dalam tubuh manusia terdapat 360 persendian. Ia harus menyedekahi setiap
persendian itu.”
Para sahabat bertanya,
“Siapa yang dapat melakukannya, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Memendam ludah (membersihkan kotoran) yang ada di dalam masjid
(merupakan sedekah) dan menyingkirkan aral dari jalanan (juga sedekah). Jika
tidak dapat melakukannya, maka ia cukup mengerjakan 2 rakaat shalat Dhuha.”
(Diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad)[7]
Rasulullah Saw juga bersabda,
إِنَّ مِمَّا
يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ
وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا نَشَرَهُ أَوْ وَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ
أَوْ مُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ
أَوْ
بَيْتًا لِإِبْنِ السَّبِيْلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً
أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ
فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ تَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ.
“Sesungguhnya
di antara hal-hal yang menyusul orang mukmin dari amal dan kebaikan-kebaikannya
setelah kematiannya adalah ilmu yang disebarkannya, anak shaleh yang
ditinggalkannya, mushaf yang diwariskannya, masjid yang
didirikannya, rumah untuk para musafir yang dibangunnya, sungai yang
dialirkannya, atau sedekah yang dikeluarkannya dari hartanya ketika dia masih
sehat dan hidup, yang menyusulnya setelah kematiannya.”
(Diriwayatkan
Ibnu Majah)[8]
Tentang
mendoakan muslimin muslimat, mukminin-mukminat, Rasulullah Saw bersabda:
مَنِ
اسْتَغْفَرَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِكُلِّ
مُؤْمِنٍ وَ مُؤْمِنَةٍ حَسَنَةً
“Barangsiapa memintakan ampun kepada Allah untuk kaum
mukminin-mukminat, maka Allah akan menuliskan baginya dari setiap orang mukmin
dan mukminat itu satu kebaikan.” (HR. Thabrani dari Ubaidah bin
Shamit)[9]
Utsman bin
Affan meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,
مَا مِنْ
عَبْد يَقُوْلُ فِى صَبَاح كُلِّ يَوْمٍ وَمَسَاء كُلِّ لَيْلَة: بِاسْمِ اللهِ
الَّذِيْ لَايَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاءِ
وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ فَيَضُرُّهُ شَيْءٌ.
“Jika seorang hamba membaca kalimat:
[بِاسْمِ اللهِ الَّذِيْ لَايَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ
فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ]
(Dengan
menyebut nama Allah yang tidak ada sesuatu apa pun di bumi dan di langit yang
dapat menimbulkan bahaya jika menyebut namanya, Dia Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui) sebanyak tiga kali pada pagi dan sore hari, ia tidak akan terkena
bahaya apa pun.” (Diriwayatkan Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu
Majah, Ahmad, Ibnu Hibban, dan Hakim)[10]
[1] Hisnul Muslim,
Said bin Ali Qathani E-Book
[2] Ringkasan Riyadhus
Shalihin, Imam Nawawi,
Peringkas Syaikh Yusuf An-Nabhani, Penerbit: Irsyad Baitus Salam: Bandung, 178
[3] Ibid, h. 178-179
[4] Fiqh Sunnah Jilid
2, Sayyid Sabiq, Penerbit: Pundi Aksara: Jakarta, hlm. 450
[5] Fiqh Sunnah Jilid
2, Sayyid Sabiq, Penerbit: Pundi Aksara: Jakarta, hlm. 455
[6] Fiqh Sunnah Jilid
1, Sayyid Sabiq, Penerbit: Pundi Aksara: Jakarta, hlm. 580
[7] Fiqh Sunnah Jilid
1, Sayyid Sabiq, Penerbit: Pundi Aksara: Jakarta, hlm. 377
[8] Fiqh Sunnah Jilid
5, Sayyid Sabiq, Penerbit: Pundi Aksara: Jakarta, hlm. 434
[9] Nashaihul Ibad:
Menjadi Santun dan Bijak, Imam Nawawi Al-Bantani, Penerbit: Irsyad Baitus
Salam: Bandung, hlm. 483
[10] Fiqh Sunnah Jilid
2, Sayyid Sabiq, Penerbit: Pundi Aksara: Jakarta, hlm. 478