Kamis, 15 Oktober 2020

Khutbah Jum'at: Agar Berbagai Aktivitas Keseharian Bernilai Ibadah

 

 

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَالَّرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. 

 

Alhamdulillahirabbil’alamin, marilah kita bersyukur kepada Allah Swt karena dengan kehendakNya jualah, kita bisa berkumpul dalam majelis Jumat yang berbahagia ini. Shalawat dan salam moga selalu tercurah kepada baginda Nabi kita, Muhammad Saw, ahli keluarga dan para sahabat beliau. Mengawali khutbah ini, tak lupa khatib berpesan, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt.

Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Pada hari Jumat yang diberkahi ini, khatib akan menyampaikan khutbah dengan tema 

“Agar Berbagai Aktivitas Keseharian Bernilai Ibadah”.

Kaum muslimin, jamaah jumat rahimakumullah.....

Allah Swt berfirman dalam Surat Adz-Dzariyat: 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنَ.

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

 

          Melihat sekilas arti ayat ini, tersirat pesan kita mestilah memanfaatkan setiap saat untuk melakukan ibadah. Akan tetapi, apakah berarti kita harus shalat terus-menerus, puasa tanpa berbuka, menghafal dan membaca Al-Qur’an saban waktu, atau memenuhkan masa dengan berbagai ritual ibadah lain setiap saat? Tentu tidak! Karena ibadah tak hanya diartikan sebagai kegiatan ritual semata, tapi juga kegiatan sosial dan muamalah. Kita bekerja, berdagang, belajar, memasak, berdagang, mencuci piring, bahkan mandi setiap hari juga bisa bernilai ibadah jika memang diniatkan demikian. Bukankah segala perbuatan akan dinilai oleh Allah Swt bergantung pada niatnya.

          Lantas, mengapakah kegiatan-kegiatan yang berorientasi kehidupan dunia ini dapat disebut dan dimasukkan dalam bentuk ibadah? Karena demikianlah Allah memerintahkan, hidup manusia haruslah seimbang. Allah lah yang menciptakan siang untuk bekerja dan malam untuk istirahat. Allah lah yang menyuruh manusia untuk menikah, berketurunan. Dia memberikan tuntunan bagi manusia untuk bermuamalah dengan sesama manusia, baik orang tua, anak-anak, tetangga, kaya maupun fakir miskin. Semua tuntunan ini disebut di dalam Al-Qur’an serta dikukuhkan dan dijelaskan dalam sunnah/hadits Rasulullah Saw.

          Dengan demikian, sepatutnya bagi setiap muslim untuk menyelaraskan kehidupan duniawinya dengan kebutuhan hidup akhiratnya agar ia menjadi orang yang beruntung. Tak hanya di dunia, terlebih lagi di akhirat nanti.

 

          Akan tetapi, kita juga sadar betapa singkatnya hidup manusia di dunia ini jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal lagi abadi. Perihal usia umatnya, Rasulullah Saw bersabda dari Abu Hurairah ra:

 

أَعْمَارُ اُمَّتِيْ بَيْنَ السِّتِّيْنَ اِلَى السَّبْعِيْنَ وَاَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَالِكَ.

 

“Usia umatku (umumnya) antara 60-70 tahun. Jarang sekali di antara mereka yang melewati (angka) itu. (HR. At-Tirmidzi). Ketika ditanya tentang hadits ini Imam Nawawi, ia berkata hadits ini hasan. Demikian dalam Fatawal Imamin Nawawi.

 

Kaum muslimin, jamaah jumat rahimakumullah.....

Baiklah, dengan dasar ini, mari kita sejenak merenung dan berandai.

Anggaplah kita diberi jatah umur sama dengan Rasulullah Saw. Anggap saja kita semua akan dijatah hidup mencapai usia 63 tahun.

Nah, dalam sebuah penelitian, disebutkan tidur yang sehat itu berkisar antara 6-7 jam per hari.

Selanjutnya, berdasarkan perhitungan kira-kira ini, mari kita lanjutkan perhitungan tersebut.

Jika kita ambil rata-rata kita tidur 7 jam per hari untuk standar tidur yang sehat, maka dalam usia 63 tahun, secara ringkasnya, kita menghabiskan 18 tahun hanya untuk tidur saja. Belum lagi kalau hitungan kira-kira ini kita lanjutkan dengan menambahkan jam kerja kita. Masih dengan jatah usia 63 tahun, misalnya kita bekerja 7 jam per hari. Maka secara hitung-hitungan, singkatnya manusia menghabiskan 21 tahun. Jika ditambahkan, maka untuk untuk tidur dan bekerja saja kita sudah menghabiskan 39 tahun. Sisanya 24 tahun usia kita. Belum lagi kalau dikurangi dengan waktu yang dihabiskan untuk bermain-main, nongkrong, berpesta, jalan-jalan, dan sederet aktivitas lainnya.

 

Kaum muslimin, jamaah jumat rahimakumullah.....

Dengan bercermin pada hal tersebut sebelumnya, maka ada baiknya bagi kita untuk segera berbenah untuk mengisi masa sebaik mungkin agar kita tidak termasuk golongan yang merugi. Untuk itu sangat beralasan bagi kita untuk selalu mengingat peringatan Allah Swt dalam Surat Al-Ashr.

 

وَالْعَصْرِ. اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ. اِلَّاالَّذِيْنَ اَمَنُوْا وَعَمِلُواالصَّلِحَتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.  

“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (Al-Ashr: 1-3)

 

Jika demikian halnya, bukankah tidur, bekerja, makan minum dan beragam kegiatan manusia merupakan suatu yang tidak bisa tidak perlu untuk dipenuhi dalam rangka menjaga keberlangsungan hidupnya.

Di sini khatib mengutip tips yang bisa kita terapkan agar kegiatan harian kita bernilai ibadah.

Para ulama biasa menjelaskan suatu kaidah, bahwa setiap amal yang hukum asalnya mubah (boleh) seperti makan, minum, dan sebagainya) bisa mendapatkan pahala dan bernilai ibadah, APABILA diniatkan untuk melakukan ibadah (pengabdian/penghambaan/pelaksanaan kepatuhan pada aturan Allah). Imam Nawawi dalam Syarh Muslim mengatakan:

اَنَّ الْمُبَاحَ اِذَا قَصَدَ بِهِ وَجْه اللهِ تَعَلَى صَارَ طَاعَة, وَيُثَاب عَلَيْهِ.

 

“Sesungguhnya perbuatan mubah, jika dimaksudkan dengannya untuk mengharapkan wajah Allahta’ala, maka dia akan berubah menjadi suatu ketaatan dan akan mendapatkan balasan (ganjaran).  

Kadiah ini adalah:

اَلْعَادَاتُ تَنْقَلِبُ عِبَادَاتِ بِالنِّيَّاتِ الصَّالِحَاتِ.

“Kebiasaan (adat) berubah menjadi ibadah dengan niat shaleh.”

Yang dimaksud dengan adat dalam kaidah ini adalah perbuatan yang biasa dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan manfaat dunia saja, seperti makan, minum, tidur, bekerja, nikah dan lainnya. Kaidah ini menjelaskan tentang keberadaan amalan dan aktivitas yang termasuk kategori hukum asalnya mubah, namun akan bernilai ibadah apabila diiringi dengan niat yang shaleh. Untuk mewujudkannya, seseorang dituntut untuk memunculkan niat ta’abbud (peribadahan) di dalam hatinya setiap kali hendak mengerjakan perkara mubah tersebut, dan juga ketika mengerjakannya. Perbuatan mubah juga bisa menjadi maksiat jika disertai niat yang jelek.

 

Contoh penerapan kaidah ini misalnya:

1.       Makan dan minum. Asalnya perbuatan ini adalah rutinitas dan kebiasaan yang hukumnya mubah. Seseorang tidak berpahala atau berdosa ketika mengerjakannya. Akan tetapi, status ubah ini bisa menjadi ibadah dengan menerapkan kaidah di atas. Misalnya sesaat akan makan, kita munculkan niat dengan makan minum untuk menguatkan badan agar maksimal dalam beribadah. Menyertainya dengan adab atau sunnah yang diajarkan Rasulullah Saw seperti mengawali dengan bismillah, makan dengan tangan kanan, mulai mengambil makanan dari yang terdekat dan lain-lain. Dengan ini waktu yang dihabiskan untuk makan minum ini, tiap saatnya akan bernilai ibadah.

2.     Membeli barang-barang seperti mobil, pakaian, rumah, beraneka ragam makanan dan minuman, perlengkapan rumah tangga dan sebagainya, asalnya adalah perkara mubah. Semua ini akan bernilai ibadah jika disertai niat shalih. Misalnya pakaian agar bisa menutup aurat karena itu perintah Allah dan menjaga kehormatannya, belanja agar bisa memberi keluarga dari sumber yang halal, membantu perekonomian umat atau saudara seiman, belanja agar bisa berbagi atau bersedekah darinya, dan sebagainya.

3.     Memakai jam tangan agar ingat waktu shalat wajib, kapan shalat dhuha, mengetahui kapan waktu berbuka puasa dan sebagainya.

4.     Dalam hal berangkat ke tempat bekerja. Hal ini biasanya memakan cukup banyak waktu. Dengan kaidah di atas, jika diterapkan maka pekerjaan kita, dimulai dari berangkat hingga kembali bisa bernilai ibadah. Misalnya, niat untuk mencari harta yang halal, atau meniatkan hasil dari kerja untuk memberi nafkah yang halal lagi baik untuk orang-orang yang menjadi tanggungannya, entah itu orang tua, anak istrinya dan lainnya.

5.     Tidur. Siapakah yang dapat hidup tanpa tidur. Bahkan tidur sebagai bentuk istirahat yang mengimbangi beragam aktivitas kegiatan manusia, ia termasuk kebutuhan badan yang utama. Setelah melakukan berbagai kegiatan, tubuh akan kelelahan. Dan tidur adalah sarana untuk mengembalikan kekuatan dan kesegaran tubuh. Nah, tidur sebagai keperluan alami manusia ini dapat bernilai ibadah. Misalnya: niatkanlah ibadah, mengembalikan kekuatan agar bisa beramal lebih baik dan lebih banyak. tidur dengan menerapkan adab yang diajarkan Rasulullah Saw misalnya: berwudhu terlebih dahulu, mengucapkan dzikir atau doa yang disunnatkan, tidur dengan memiringkan tubuh ke sisi kanan. Dengan demikian moga tidur ini pun bernilai ibadah.

6.    Bertamasya, bepergian, liburan, menikmati keindahan alam. Ini pun bisa bernilai ibadah selama tidak mengantarkan kita pada perkara yang haram. Niatkan untuk merehatkan jiwa, mengendurkan pikiran, sehingga setelahnya kita siap dan sigap untuk kembali bergelut dengan berbagai amalan kebaikan lainnya.

 Menutup penjelasan ini, kita kutip pesan para ulama:

“Orang yang cerdas, dia jadikan amalan mubahnya menjadi ibadah. Adapun orang yang lalai, dia jadikan amalan ibadahnya semata-mata kebiasaan (rutinitas saja).”

 

Demikian khutbah jumat yang dapat khatib sampaikan, moga bermanfaat bagi kita sekalian.

وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ...

 

 

Khutbah kedua....

اَلْحَمْدُللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدِ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَر. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ الْغُرَر. فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ تَعَلَى: اِنَّا اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ  يَااَيُّهَا

الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ, وَالْمُسْلِمِيْنِ وَالْمُسْلِمَات, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَات, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. فَيَا عِبَادَ اللهَ, اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَان وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّروْنَ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

 

Senin, 13 Juli 2020

MATERI QURAN HADITS KELAS 12 MA HIDUP SEDERHANA DAN MENYANTUNI DHUAFA


MATERI AL-QUR’AN DAN HADIS KELAS XII

a.       Hidup Sederhana
       Pola hidup sederhana merupakan pola hidup pertengahan antara berlebih-lebihan, dan kekurangan atau antara boros dan pelit. Pola hidup sederhana merupakan sifat yang terpuji. Pola hidup sederhana berarti menggunakan harta benda yang dimiliki secara seimbang.[1]
Surat Al-Furqan Ayat 67
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا
Artinya:”Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”. [2]
       Pada ayat di atas menjelaskan, apabila manusia atau orang yang beriman yang ingin membelajakan hartanya, maka dia tidak boleh berlebihan dan juga tidak boleh kikir. Melainkan beada di tengah-tengah (moderat). Secara etimologi kata al-israf berasal dari kata al saraf berarti tindakan melampaui batas pada semua perbuatan yang dikerjakan manusia.
      Disamping dengan membelanjakan harta secara israf Allah juga melarang bersifat kikir. Allah swt. berfirman  وَلَمْ يَقْتُرُوا(dan tidak pula kikir). Secara etimologi, al-qatr mempunyai arti meminimkan nafkah. Kata ini semakna dengan kata al-bukhl, lawan dari al-israf. Sedangkan secara syar’i, al-qatr berarti menahan diri dari membelanjakan harta dalam ketaatan kepada Allah swt.
Surat al-Isra’ 29-30
وَلا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا (29) إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا(30)
Artinya:
(29) “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal” (30) Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.[3]
       Di dalam ayat 29 ini Allah swt. memberi arahan cara yang baik dalam membelanjakan harta. Permulaan ayat ini Allah melarang menjadikan tangan terbelenggu pada leher. Ungkapan ini sudah terbiasa dikalangan-kalangan orang Arab yaitu sudah menunjukkan kekikiran. Kikir di larang oleh Allah yaitu enggan memberikan harta kepada orang lain walaupun sedikit. Di samping itu Allah melarang mengulurkan tangan selebar-lebarnya, ungkapan ini berarti Allah melarang boros dalam membelanjakan harta.
Kemudian pada ayat 30 Allah swt. menjelaskan mengenai perolehan seseorang. Keadaan seseorang yang tidak mampu itu hanya bersifat sementara dan tidaklah menjadi suatu kehinaan di hadapan Allah tetapi semata-mata karena kehendak Allah yang mengatur dan memberi rizki. Allah menjelaskan Dia-lah yang melapangkan rizki kepada siapa yang di kehendakinya diantara hamba-hambaya dan Dia pula yang menyempitkannya.
عن عمروبن شعيب عن ابىه عن جده ان رسول الله صلى الله علىه وسلم قال كاوا واشربوا وثصدقوا والبسوا غير مخيلة ولاسرف  (اخرجه احمد
Terjemah:
Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakrknya bahwa Rasulullah saw.bersabda, “makanlah, minumlah, dan berpakaianlah tanpa ada kesombongan dan berlebihan.” (HR. Ahmad:6421)[4]
Ada empat hal penting dalam hidup sederhana yang diperintahkan dalam hadis ini. Yaitu sederhana dalam makam, minum, bersedekah, dan berpakaian. Maksud dari sederhana makan dan minum yaitu  tidak terlalu kenyang.

MATERI QURAN HADITS KELAS 11 MA

BAB II
PEMBAHASAN
SEMESTER I MA KELAS 11
HORMAT DAN PATUH KEPADA ORANG TUA DAN GURU

D.      Materi Pokok Pembelajaran
1.        Surah al-Isra’ (17): 23-24
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا (٢٣)
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (٢٤)

23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Surah al-Isra’ ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Pada ayat 23 disebutkan bahwa yang pertama Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, yang kedua kita harus berbakti kepada orang tua. Pada ayat 24 disebutkan bahwa anak hendaknya mendoakan kedua orang tuanya.
2.        Surah Luqman (31): 13-17
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (١٣)
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (١٤)
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (١٥)
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (١٦)
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ (١٧)

13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
[1181] Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.

Pada ayat 13 diperintahkan untuk merenungkan anugrah Allah kepada Luqman itu dan serta mengingatkan kepada orang lain. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa antara kewajiban orang tua kepada anak-anaknya adalah memberi nasehat dan didikan.
Pada ayat 14 menyatakan dan kami wasiatkan yakni berpesan dengan amat kukuh kepada semua manusia menyangkut kepada orang tuanya. Pada ayat 15 menerangkan bahwa jika orang tua memaksa untuk mempersekutukan Allah, maka jangan mematuhinya. Setiap perintah untuk perbuatan maksiat, maka tidak boleh ditaati.
Pada ayat 16 berkaitan dengan masalah akhirat, dimana di dalamnya terdapat pahala yang adil dan perhitungan yang cermat atas amal perbuatan manusia. Nasihat Luqman pada ayat 17 menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar makruf dan nahi mungkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah.
3.        Hadits tentang perintah hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
Menghormati orang tua sangat ditekankan dalam Islam. Hadits riwayat Bukhari Muslim menyatakan bahwa seseorang harus berbuat baik dan menghormati orang tua, karena merupakan perbuatan yang terpuji. Pentingnya seseorang minta ijin dari kedua orang tua yang masih hidup pada setiap keinginan dan kegiatan, seperti melakukan jihad, sebab ridla Allah terletak pada ridla kedua orang tua, dan murka Allah terletak pada kemungkaran orang tua.

MATERI II
MENGHAYATI MUJAHADAH AL-NAFSHUZNUDZAN DAN UKHUWAH
C.      Materi Pokok Pembelajaran
1.        Surah al-Anfal (8): 72
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُوا وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلا عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (٧٢)

72. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi[624]. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

[624] Yang dimaksud lindung melindungi Ialah: di antara muhajirin dan anshar terjalin persaudaraan yang Amat teguh, untuk membentuk masyarakat yang baik. demikian keteguhan dan keakraban persaudaraan mereka itu, sehingga pada pemulaan Islam mereka waris-mewarisi seakan-akan mereka bersaudara kandung.

Q. S. al-Anfal (8) ayat 72 mengandung pesan-pesan yang mulia, yaitu:
a.         Peristiwa hijrah, ada tiga golongan yang disebutkan dalam Q. S. al-Anfal ayat 72, yaitu :
1)        Kaum Muhajirin.
Kaum Muhajirin yaitu orang-orang yang berhijrah bersama Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.
2)        Kaum Anshar.
Kaum Anshar yaitu orang-orang Madinah yang beriman kepada Allah SWT, berjanji kepada Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin untuk bersama-sama berjuang di jalan Allah.
3)        Kaum Muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah.
Mereka tetap tinggal di Makkah yang dikuasai oleh kaum Musyrikin. Mereka tidak dapat disamakan dengan kaum Muhajirin dan Anshar karena mereka tidak berada dalam lingkungan masyarakat Islam, tetapi hidup dilingkungan orang-orang musyrik.
b.    Antara Muhajirin dan Anshar saling melindungi, hidup berdampingan dan saling tolong menolong.
c.     Muhajirin dan Anshar melakukan jihad dengan harta dan jiwanya atas dorongan keimanan kepada Allah SWT.
d.    Allah SWT Maha Melihat dan Mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-Nya.
Q. S. al-Anfal (8) ayat 72 menjelaskan bahwa kaum Muhajirin dan Anshar telah memberikan teladan dalam mujahadah al-nafsMujahadah al-nafs artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu atau bersungguh-sungguh menghindari perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah SWT. Kontrol diri merupakan salah perilaku terpuji yang harus dimiliki setiap muslim.
2.        Surah al-Hujurat (49): 12
Q. S. al-Hujurat (49) ayat 12 berisi tentang larangan berprasangka buruk. Berprasangka buruk (su’udzan) merupakan perilaku tercela yang harus dihindari. Sebaliknya orang beriman diperintahkan untuk berprasangka baik (husnudzan) , baik itu husnudzan kepada Allah SWT, kepada sesama manusia, maupun kepada diri sendiri.
3.        Surah al-Hujurat (49): 10
Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang mukmin itu bersaudara. Persaudaraan (ukhuwah) diantara sesama mukmin adalah persaudaraan yang dilandasi oleh persamaan aqidah dan keimanan kepada Allah SWT. Persaudaraan yang didasari oleh nilai-nilai Islam dikenal dengan istilah ukhuwah Islamiyah.

MATERI III
LARANGAN PERGAULAN BEBAS DAN PERBUATAN KEJI
C.      Materi Pokok Pembelajaran
1.        Surah al-Isra’ (17) ayat 32
وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا (٣٢)

32. Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
Secara umum Q. S. al-Isra’ (17) ayat 32 mengandung pesan-pesan sebagai berikut:
a)              Larangan mendekati zina.
b)              Zina merupakan perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.

2.        Surah an-Nur (24) ayat 2
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (٢)

2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.
Isi kandungan Q. S. an-Nur (24) ayat 2 adalah:
a)        Perintah Allah SWT untuk mendera pezina perempuan dan pezina laki-laki masing-masing seratus kali.
b)        Orang yang beriman dilarang berbelas kasihan kepada keduanya untuk melaksanakan hukum Allah SWT.
c)        Pelaksanaan hukuman tersebut disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.

MATERI IV
TOLERANSI DAN ETIKA PERGAULAN
C.      Materi Pokok Pembelajaran
1.        Surah al-kafirun: 1-6.
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (١)
لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (٢)
وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٣)
وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (٤)
وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٥)
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (٦)

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Ada beberapa poin yang menjelaskan tentang kandungan surah al-Kafirun ayat 1-6 diantaranya adalah:
a)                  Penegasan bahwa Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammmad dan kaum muslimin tidaklah sama dengan Tuhan yang disembah oleh orang-orang kafir (musyrik), begitu juga dalam cara peribadahannya.
b)                  Mengisyaratkan tentang gagalnya semua usaha dan harapan orang-orang kafir dalam usaha mereka agar Nabi Muhammad meninggalkan dakwahnya.
c)                  Penolakan Nabi Muhammad dan umat Islam terhadap kaum kafir untuk mencampuradukkan keimanan dan peribadahan yang diajarkan agama Islam dengan agama kaum kafir.
d)                 Anjuran untuk saling bertoleransi dan menghormati dalam memeluk suatu keyakinan atau akidah.
2.        Surah Yunus: 40-41.
وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ لا يُؤْمِنُ بِهِ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ (٤٠)
وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (٤١)

40. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
41. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".
Kandungan surat Yunus (10) ayat 40-41 antara lain:
a)                  Ada golongan umat manusia yang beriman terhadap al-Qur’an dan ada yang tidak beriman kepada al-Qur’an.
b)                  Allah SWT mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang bertaqwa kepada Allah SWT dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah SWT.
c)                  Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT (umat Islam) harus yakin bahwa Rasul Allah SWTyang terakhir adalah Nabi Muhammad SAW dan al-Qur’an adalah kitab suci yang harus dijadikan pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman.
3.        Surah al-Kahfi: 29.
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا (٢٩)

29. Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Kandungan surah al-Kahfi (18) ayat 29 antara lain:
a)                  Kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, sedangkan yang salah datangnya dari selain Allah.
b)                  Manusia baik segala individu maupun kelompok, memiliki kebebasan penuh untuk menentukan pilihan terhadap agama yang dianutnya.
c)                  Manusia yang memilih agama salah yakni yang tidak berasal dari Allah dan mengandung unsur menyekutukan Allah dianggap zalim dan balasan bagi orang yang zalim adalah neraka.
4.        Surah al-Hujurat: 10-13.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (١٠)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (١١)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (١٢)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (١٣)

10. Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

[1409] Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh.
[1410] Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya.

Isi kandungan surah al-Hujurat ayat 10-13 adalah sebagai berikut:
a)                  Allah SWT menegaskan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara orang-orang seketurunan karena sama-sama menganut unsur keimanan yang sama dan kekal.
b)                  Allah SWT memperingatkan kaum mukmin supaya jangan saling mengolokkan karena boleh jadi kaum yang diperolokkan pada sisi Allah jauh lebih mulia dan terhormat.
c)        Dilarang pula memanggil dengan gelar yang buruk.
d)                 Allah SWT memberi peringatan kepada orang-orang yang beriman, supaya mereka menjauhkan diri dari su’udzan/ prasangka buruk terhadap orang-orang beriman.
e)                  Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan-Nya bermacam-macam bangsa dan suku supaya saling mengenal dan saling menolong dalam kehidupan bermasyarakat.
5.        Hadits tentang toleransi dan etika pergaulan.
Hadits riwayat Ahmad berisi tentang:
a)        Orang yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua.
b)        Orang yang lebih tua harus menghargai orang yang lebih muda.


SEMESTER GENAP
MATERI I
TANGGUNG JAWAB TERHADAP KELUARGA DAN MASYARAKAT
D.      Materi Pokok Pembelajaran
1.        Surah At-Tahrim (66): 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (٦)

6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى (١٣٢)

132. Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (٧٠)

70. Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama[485] mereka sebagai main-main dan senda gurau[486], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at[487] selain daripada Allah. dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. mereka Itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.

[485] Yakni agama Islam yang disuruh mereka mematuhinya dengan sungguh-sungguh.
[486] Arti menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau ialah memperolokkan agama itu mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya dengan dasar main-main dan tidak sungguh-sungguh.
[487] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.



Di dalam surah At-Tahrim ayat 6 Allah memerintahan kepada umat manusia yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya agar mereka menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, yaitu dengan taat dan patuh melaksanakan perintah dan meeninggalkan larangan-Nya dan mengajarkan kepada keluarganya supaya mereka melaksanakan perintah agama dan meninggalkan apa yang dilarangnya, sehingga merea selamat dari api neraka.
2.        Surah An-Nisa’ (4) : 9
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا (٩)

9. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
Di dalam surah An- Nisa’ ayat 9 Allah menjelaskan kepada kita agar tidak meninggalkan keturunan yang lemah-lemah dan akan menjadi beban masyarakat, baik lemah jasmani maupun rohani, Allah memerintahkan kepada kaum muslimin terutama orang tua agar mereka memikirkan, memperhatikan, tidak lalai dan tidak meninggalkan keturunan yang lemah-lemah yang akan menjadi beban masyarakat, baik dalam kaitannya dengan hidup di dunia maupun hidup diakhirat kelak.

3.        Surah At- Thoha (20) : 132
فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى (٢٠)

20. Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, Maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
Di dalam Surah At-Thoha ayat 132 Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar menyeru kepada keluarganya untuk melaksanakan sholat, sebagaimana perintah mendirikan sholat kepada dirinya sendiri. Dalam perintah untuk tidak tergiur kepada kekayaan dan kenikmatan orang- orang kafir.
4.        Surah Al- An’am (6) : 70
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (٧٠)

70. Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama[485] mereka sebagai main-main dan senda gurau[486], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at[487] selain daripada Allah. dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. mereka Itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.
[485] Yakni agama Islam yang disuruh mereka mematuhinya dengan sungguh-sungguh.
[486] Arti menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau ialah memperolokkan agama itu mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya dengan dasar main-main dan tidak sungguh-sungguh.
[487] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Di dalam Surah Al- An’am ayat 70 Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang beriman agar meninggalkan dan memutuskan hubungan dengan orang-orang yang menadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau dengan memperolok-olokkan agama itu, mengerjakan perintah-perintahnya dan menghentikan larangan-larangannya atas dasar main-main dan tidak dengan sungguh-sungguh.
5.        Surah An-Nisa’ (4) : 36
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا (٣٦)

36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

[294] Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.
[295] Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
Di dalam surah An-Nisa’ ayat 36 menjelaskan kepada kita adanya dua jenis bentuk ibadah yaitu ibadah khusus (ibadah madhoh) dalam bentuk pengabdian dan penghambaan kepada Allah dan tata caranya telah diatur seperti shalat, puasa, naik haji dll. Kemudian yang kedua ibadah umum (ibadah ghoirul madhoh) yaitu semua pekerjaan yang baik yang dikerjakan dalam rangka patuh kepada Allah SWT saja bukan karena yang lain.
6.        Surah Al- Huud (11) : 117- 119
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ (١١٧)
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ (١١٨)
إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (١١٩)

117. Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.
118. Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat,
119. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.
Di dalam  Surah Al- Huud ayat 117-119 menjelaskan bahwa Allah tidak akan membinasakan suatu negeri, jika penduduk negeri tetap suka beramal shaleh  dan tidak berbuat kedholiman. Oleh karena itu Allah memperingatkan kepada umat Islam agar jangan menadikan agama sebagai main-main dan senda gurau
7.    Hadits tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat
Di dalam Hadits telah dijelaskan bahwa setiap manusia di beri tugas memimpin atau menjaga. Baik kaitannya dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Tugas adalah amanat, apapun jabatan yang ada pada diri seseorang, dia harus mempertanggung jawabkan tugas yang di bebankan kepadanya di hadapan yang dipimpin dan di dalam pengadilan Allah kelak. Oleh karenanya, dia harus benar-benar waspada dan hati-hati serta harus bersikap adil dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya.

MATERI II
BERKOMPETENSI DALAM KEBAIKAN
C.      Materi Pokok Pembelajaran
1.        Surah Al-Baqarah ayat 148
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَمَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١٤٨)

148. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam Surah Al-Baqarah ayat 148 Allah memerintahkan umat Islam untuk senantiasa berlomba- lomba dalam mengerakan kebaikan (fastabiqul khairat). Menghadap ke kiblat (ka’bah) bukanlah tujuan tapi harus di pahami bahwa umat Islam adalah satu. Dan kandungan ayat ini yang dapat kita ambil maknanya adalah hendaknya kita giat bekerja serta berlomba dalam segala bentuk kebaikan. Kita harus berkompetisi dalam melakukan hal- hal yang positif. Dampak positif yang dihasilkan yaitu terciptanya kondisi kehidupan yang dinamis, maju dan senantiasa bersemangat untuk berkreasi dan berinovasi.
2.        Surah Al- Fatir ayat 32
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ (٣٢)

32. Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan[1260] dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.

[1260] Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya Amat banyak dan Amat jarang berbuat kesalahan.
Dalam surah Al-Fatir ayat 32 diterangkan bahwa Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman hidup umat manusia, ada tiga kelompok yang menyikapi hal tersebut, kelompok paertama adalah mereka yang menzalimi dirinya sendiri, yaitu orang-orang yang meninggalkan perintah Allah dan mengerjakan yang diharamkan. Kelompok kedua adalah mereka yang bersikap pertengahan, yaitu mereka melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan, namun terkadang mereka meninggalkan perkara-perkara yang disunahkan dan melakukaan perkara yang di makruhkan. Kelompok yang ketiga yaitu mereka yang melakukaan kebaikan-kebaikan dengan izin Allah, mereka senantiasa mengerjakan perbuatan yang diwajibkan dan disunahkan serta menjauhi perkara yang diharamkan dan dimakruhkan.
3.        Surah An-Nahl ayat 97
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٩٧)

97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

[839] Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
Dalam Surah An-Nahl ayat 97 dijelaskan bahwa perbuatan seseorang dapat dikatakan baik dengan diukur bagaimana ia menafkahkan hartanya tersebut. Apabia ia telah mampu mendermakan sebagaian harta yang dicintainya atau barang yang ia sendiri masih menyukainya berarti ia akan memperoleh kebaikan yang sempurna dihadapan Allah. Hal ini tentunya disertai niat semata-mata karena Allah.
4.        Hadits tentang bertaubat sebelum meninggal
Dalam Hadits dijelaskan agar orang- orang Islam segera bertaubat sebelum meninggal, karena pada hakekatnya yang mengetahui tentang umur manusia hanyalah Allah semata. Dan dijelaskan pula agar setiap musim rajin menyambung silaturahmi dan memperbanyak shodaqah baik secara terang- terangan maupun sembunyi. Apabila dilaksanakan maka akan memperoleh rizki dengan jalan yang mudah dan dapat pertolongannya


MATERI III
ETOS KERJA
C.      Materi Pokok Pembelajaran
1.        Surah Al- Jumu’ah ayat 9-11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٩)
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (١٠)
وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (١١)

9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[1475]. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
10. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
11. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki.

[1475] Maksudnya: apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah azan di hari Jum'at, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.
Dalam surah Al-Jumu’ah ayat 9-11 dijelaskan bahwa orang beriman diwaibkan untuk melaksanakan sholat jum’at dan meninggalkan semua kegiatan urusan perniagaan dan kegiatan lain untuk fokus mengerjakan sholat jum’at saat datang panggilan untuk sholat jum’at. Allah juga memerintahkan agar orang-orang beriman memperbanyak dzikir dan manusia juga harus berhati-hati untuk tidak tertipu dengan gemerlapnya duniawi, sehingga memprioritaskan urusan duniawi dari pada urusan ukhrawi.
2.        Surah Al-Qhasas ayat 77
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (٧٧)

77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Dalam surah Al-Qhasas ayat 77 Allah menjelaskan bahwa Allah akan menganugerahkan kebaiakan diakhirat apabila umat manusia berbuat baik dan tidak berbuat kerusakan dimuka bumi.
3.        Hadits tentang etos kerja
Dalam hadits ini merupakan motivasi dari Nabi Muhammad SAW kepada kaum muslimin untuk memiiki etos kerja yang tinggi. Kita dilarang untuk bertopang dagu dan berpangku tangan mengharap rizki datang dari langit. Kita harus giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Bahkan dikatakan oleh Nabi bahwa tidak ada yang lebih baik dari usaha seseorang kecuali hasil kerjanya sendiri. Dan Rasulullah juga menegaskan agar manusia mengembangkan usaha untuk keperluan hidup didunia dan usaha untuk menyiapkan bekal diakhirat nanti.


MATERI IV
MAKANAN YANG BAIK DAN HALAL
C.      Materi Pokok Pembelajaran
1.        Surah Al-Baqarah ayat 168- 169
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأرْضِ حَلالا طَيِّبًا وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (١٦٨)
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ (١٦٩)

168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
169. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.
Dalam Surah Al-Baqarah ayat 168-169 dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada segenap manusia agar memakan makanan yang halal dan baik, dan juga memperingatkan kepada manusia agar tidak mengikuti langkah syaitan, karena syaitan selalu berupaya menyesatkan manusia untuk melakukan perbuatan yang jahat dan keji.
2.  Hadis pertama (HR. Abu Dawud)
Dalam hadits dijelaskan mengenai salah satu ciri atau karakteristik hewan yang tidak halal untuk dikonsumsi yakni hewan buas yang bertaring selain itu Rasul juga menyebutkan secara spesifik yang diharamkan Allah yakni keledai jinak, barang temuan dari orang kafir mu’ahad.
3.  Hadis kedua (HR. Tirmidzi)
Dalam hadits dijelskan bahwa makanan yang baik adalah makanan yang diperoleh dari hasil usahanya sendiri dengan jalan bekerja dan orang mukmin tidak boleh menggantungkan hidupnya kepada pemberian atau belas kasihan orang lain.


MATERI V
MENSYUKURI NIKMAT ALLAH
C.      Materi Pokok Pembelajaran
1.      Surah Az-Zuhruf ayat 9- 13
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ (٩)
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (١٠)
وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ (١١)
وَالَّذِي خَلَقَ الأزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالأنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ (١٢)
لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ (١٣)

9. Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".
10. Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
11. Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).
12. Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
13. Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi Kami Padahal Kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,
Dalam surah Az-Zuhruf ayat 9- 13 menjelaskan bahwa semua sumber daya alam yang ada merupakan rizki dan nikmat dari Allah yang tak terhitung nilainya dan dikaruniakan Allah kepada manusia, oleh karena itu manusia seharusnya pandai-pandai mensyukurinya dan salah satu bentuk mensyukuri nikmat Allah adalah dengan beribadah kepadanya, memelihara alam dan tidak merusaknya.
2.      Surah Al-Ankabut ayat 17
إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (١٧)

17. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta[1146]. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.

[1146] Maksudnya: mereka menyatakan bahwa berhala-berhala itu dapat memberi syafaat kepada mereka disisi Allah dan ini adalah dusta.
Dalam Surah Al-Ankabut ayat 17 menegaskan bahwa rizki adalah wewenang yang mutlak yang hanya dimiiki oleh Allah saja. Karena itu dianjurkan kepada manusia untuk memohon rizki dan penghasilan itu hanya kepada Allah saja. Dan manusia akan dimintai pertanggung jawaban atas segala amal perbuatan dan juga tentang nikmat yang diberikan Allah.
3.      Hadits tentang syukur nikmat
Dalam hadis ini dijelaskan bahwa manusia harus bersikap syukur terhadap nikmat yang diberikan Allah dan manusia harus sadar bahwa, kedudukan atau pangkat serta harta dan kekayaan yang lebih tinggi yang dimiliki orang lain itu merupakan ujian, sehinnga manusia lebih selamat memandang kebawah dalam hal tersebut. Sehingga terhindar dari sikap mengandai-andaikan yang menimbulkan manusia jauh dari rasa syukur nikmat.


OLEH:
IHDA ROSYIDATUL ULUM
ZUNISA’ IFFATUR RIZQIYYAH
MANSUR TOYYIBI
MOH. KAMALUDDIN

KHUTBAH JUM'AT: SEMANGAT TAHUN BARU HIJRIYAH DAN MUHASABAH

                اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَتُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوْهُ وَنَعُوْذُ ب...